Bab 1

3.1K 580 155
                                    


Ketukan suara high heels pada lantai terdengar dengan cukup nyaring. Seiring dengan hal itu, semua orang yang berbaris di lobby gedung perusahaan ternama ini membungkuk dengan hormat. Tak ada satu pun yang berani bersuara bahkan semuanya terlihat takut pada sosok wanita muda yang terus melangkah menuju ke lift bersama seorang pria dan juga wanita paruh baya lainnya.

Jaejoong, si wanita yang berpakaian cukup mencolok dengan stelan kerja berwarna baby blue dan tas mewah yang harga jutaan won. Bahkan, beberapa perhiasan dengan brand kelas atas menghiasi penampilan kerja Jaejoong yang kerap di sapa Nyonya Kim.

"Aku tidak pernah menyuruh kalian berbaris di depan ketika aku mampir ke kantor," ucap Jaejoong ketika ia menghentikan langkahnya tepat di bibir lift.

Ia menoleh kepada seorang wanita paruh baya di sebelahnya dan tersenyum tipis. "Mrs. Hwan tolong katakan pada seluruh staff untuk tidak perlu menyambutku dengan berlebihan," Jaejoong benar-benar merasa lucu dengan keadaan ini.

Setiap kali ia berkunjung ke perusahaan, selalu saja hal ini ia dapati. Sejujurnya, ia cukup risih dengan keadaan yang seperti ini dan Jaejoong tidak ingin mereka terganggu dengan kedatangannya ke perusahaan.

"Ah Nyonya, hal ini cukup wajar dilakukan mereka, mengingat bahwa anda adalah presiden direkur perusahaan dan—"

"Mulai sekarang tidak perlu lagi, aku tidak ingin melihat wajah tegang para karyawan. Aku bukan ingin menguji mereka, tetapi aku kemari karena ada hal mendesak," Jaejoong menyela, ia tidak perlu diperlakukan terlalu istimewa. Toh, sejak dahulu ia memang terbiasa dengan hal yang sederhana.

"Nyonya Kim, anda ingat pelajaran kita tempo lalu. Anda adalah pemilik perusahaan keberadaan anda penting,  dan Tuan pernah berkata agar mendidik anda menjadi wanita anggun yang tegas!" bisik Mrs. Hwan dan tersenyum lembut ketika Jaejoong menoleh kepadanya.

Astaga, Jaejoong nyaris lupa hal itu. Pelajarannya yang masih terus berlanjut agar menjadi kalangan atas yang sempurna. Ia tersenyum kepada Mrs. Hwan kemudian mengangguk kepada pria di sampingnya.

Pria itu memencet tombol lift, tak berapa lama lift terbuka dan Jaejoong segera memasukinya bersama dua orang tadi. Kala lift tertutup Jaejoong menatap Mrs. Hwan dengan bingung.

"Apa aku harus membiarkan hal itu Mrs. Hwan?" Jaejoong bertanya dengan tidak percaya pada wanita yang menjadi kepercayaannya beberapa bulan lalu.

"Tentu saja, untuk membentuk karakter angkuh yang kuat kau harus menepikan kebaikan hatimu sedikit. Kau lupa tujuanmu?"  sahut Mrs. Hwan dan menaikkan alisnya sebelah.

"Kau yakin akan melakukannya Je?" pria di samping Jaejoong bertanya dengan skeptis.

"Tentu saja Oppa, kau lupa bagaimana keluarga kita hancur?" mata Jaejoong berapi-api, tak bisa ia lupa bagaimana kejadian yang menjadi titik balik keluarganya.

Ia nyaris menangis karena mengingat kejadian itu. Tapi sekarang ia tidak akan tinggal diam. Ia bukan Jaejoong sepuluh tahun lalu. Ia sudah dewasa dan sekarang ia dikenal sebagai pemilik perusahaan J-One group. Perusahaan besar di Korea dengan berbagai anak cabang perusahaan serta hotel dan resort bergengsi tersebar di seluruh pelosok kota Seoul.

Kekayaannya tidak main-main, apa lagi semua aset penting itu memang diwariskan semua kepadanya. Benar, semua yang ia miliki sekarang adalah pemberian yang tidak ia sangka-sangka dari pria baik hati itu. Pria itu tidak akan pernah ia lupakan walau bagaimana pun juga.

"Aku hanya mengikutimu, Je," ucap Hyunbin dan tersenyum lebar.

Mengangguk, Jaejoong tersenyum tipis. Ia sudah banyak belajar tentang menjadi nyonya besar yang dingin. Meski kadang-kadang sikap aslinya tak bisa ia tutupi, namun ia yakin selagi ada Mrs.Hwan, semua akan terkontrol dengan baik.

.
.
.

Melihat laporan semua perusahaan yang dikelola di atas meja, sejujurnya Jaejoong tidak paham sama sekali. Ia hanya duduk dan melihat-lihat saja. Sementara Hyunbin memperhatikan dengan seksama. Hyunbin, kakak satu-satunya Jaejoong memang memiliki keahlian management. Well, Hyunbin memang mengecap bangku kuliah hingga lulus sementara ia hanya terpaku pada SMA.

Itu tidak masalah bagi Jaejoong, sekarang bahkan sarjana dengan gelar tertinggi pun akan menghormatinya. Pada dasarnya, ia tahu bahwa kecongkakan hanya lah sifat seseorang yang sangat memuakkan. Ia sangat menghargai orang yang memiliki pandangan baik dalam strata pendidikan yang berbeda.

"Kau sudah melihat undangan yang ada di atas meja Je?" Hyunbin menatap Jaejoong yang duduk nyaman di seberang sofa yang di dudukinya.

Wanita itu mendongak dan menggeleng dengan pelan, "Tidak, aku belum melihat ada undangan."

"Coba saja lihat kau pasti akan bersorak senang!" ujar Hyunbin dan terkekeh pelan.

Jaejoong memajukan sedikit bibirnya. Ia berdiri dari sofa dan mengedarkan pandang ke atas meja. Menaikkan sebelah alisnya ia menemukan satu undangan eksklusif berwarna hitam dan di cetak dengan tinta emas di sana. Jaejoong membuka undangan, terbelalak ketika melihat nama di undangan, Jaejoong berlari kecil menghampiri Hyunbin yang sibuk dengan dokumen.

"Kau serius? Ini undangan pernikahan?"

"Hey, itu dikirimkan kepadamu, sebagai pemilik perusahaan ini sekarang kau memang berhak mendapat undangan dari kolegamu."

Itu benar, dulu ia sering mendapat undangan di atas namakan tuannya. Ia mengerjap dan menatap Hyunbin dengan lekat. "Jung Yunho, siapa pria itu?"

"Kau melihat di sana ada laptop, kau bisa cari tahu siapa Jung Yunho di sana. Perlu kau ketahui bahwa dia berasal dari keluarga Jung pemilik Tohoshinki Group, banyak perusahaannya mengambil pasar Jepang, karena memang beberapa perusahaan inti ada di Jepang," Hyunbin sedikit menjelaskan dan melirik ekspresi Jaejoong yang lucu.

"Orang tua? Pasti pria seperti Tuan Go yang sangat menyebalkan."

"Tidak, dia berusia 34 tahun kalau aku tidak salah."

Jaejoong mengambil tas branded miliknya di atas meja. Ia mengeluarkan ponsel dari sana sana kemudian mengetikkan nama pria tadi. Ketika beberapa photo muncul, Jaejoong langsung berpindah ke slide photo yang ada. Ia terkejut melihat pria itu dan menatap Hyunbin yang tertawa renyah.

"I-ini Jung Yunho?" tanya Jaejoong seraya melihatkan layar ponselnya kepada sang kakak.

"Benar itu dia. Aku pernah bertemu beberapa kali dengan pria itu, dan aku cukup terkejut melihat undangannya menikah dengan wanita dari keluarga itu!"

Jaejoong tertawa, ia memandang photo Yunho, pria ini terlihat cukup tampan. Jika wanita itu menikah dengan Yunho, maka tahap pertama dari rencananya akan berubah. Jaejoong tersenyum miring, lantas menatap datar Hyunhin, "Wanita dari keluarga itu? Kau lupa Oppa, bagaimana mulut wanita itu menghinaku dan bagaimana perlakuannya padaku? Aku ingat sekali, ketika dia menyiramku dengan air dingin, menjambak rambutku dan memukuli badanku, menampar wajahku dan aku tidak bisa membela diri. Aku terlalu malu mengangkat kepalaku karena ocehannya saat itu. Ocehan yang semestinya tertuju padanya, anak seorang penipu!"

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Just info ya, Cel akan upd bab selang seling aka suka" Cel bab berapa, tapi untuk anak group Cel udah kasih fasilitas lengkap dengan bab teratur. Kalau mau Bab teratur upd tolong jangan cuma baca dan voted aja tinggalkan komentar kalian. Itu sangat berharga.

Rules saya kali ini lebih tinggi dalam poin komentar. Kalau mau rata upd ga acak, saya kasih rules perbab 100 komentar dalam sehari kalau enggak saya bakal upd loncat  😎😎😎 .

Betingkah? Oh please, suka lanjut ga suka go away. Betingkah mana sama yang demen intip tapi malas jejak.

Alur maju mundur. Tapi sedikit bocoran saya akan terus ke bab flashback sebelum lanjut ke cerita di prolog.

.
.
.

Burning Down ( Lady Kim's Revenger )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang