Anindya Putri.
Kamu itu..., bidadari yang mungkin sengaja Tuhan kirimkan untukku, untuk mengiringi jalan hidupkku.
Walaupun Dia bukan milikku. Dia bukan pasangan hidupku. Tapi... entahlah, Dia, Tuhan kirimkan sangat melengkapiku meskipun hanya akan menjadi teman untukku, mungkin selamanya hanya akan berteman. Begitu pintanya.Aku bukan spesial untuknya. Tak pernah menjadi istimewa baginya. Aku tak perduli, kamu sangat spesial, kamu istimewa bagiku. Entah apa yang membuatnya menjadi begitu?
Kamu tahu Anin, kamu itu perempuan yang sangat sempurna bagiku. Sampai-sampai Aku begitu cemburu melihatmu dekat dengan laki-laki lain, entah teman atau bahkan suamimu sendiri. Maaf, tapi Aku juga tidak bisa tidak cemburu, Nin.
Merindukan mu memang terlarang...
Tapi merindukan mu telah memberikanku sejuta harapan..
Rasanya kalimat itu masih belum cukup mewakili perasaan ini, Cinta.
Namanya sih, Anindya Putri, Aku lebih senang memanggilnya dengan sebutan itu, yupz "Cinta". Nggak tahu kenapa, sebutan itu rasanya pas banget bisa mewakili semua perasaan yang ada dari dulu sampai saat ini...haha, terlalu berlebihan ya?Di depan sebuah layar mungil, di sudut balkon, Aku kembali mengingatnya.
Pertama kali Aku bertemu dan mengenalnya sudah dua puluh tahun lalu. Saat itu usiaku 16 tahun dan Anin 15 tahun, kami bertemu dimasa putih abu-abu. Dia adik kelasku, usia kami terpaut satu tahunan begitu kurang lebihnya.Diantara cewe-cewe keren nan kece-kece di SMU dulu, menurutku Anin, cewe paling sederhana bahkan terlalu biasa saja tapi nggak ngebosenin, malah selalu bisa bikin Aku gemes. Gimana enggak gemes coba, disaat teman cewe lainnya usia SMU udah mulai mengenal makeup ya walaupun hanya makeup minimalize naturalize dan lipsgloss dengan gaya potongan rambut tren di zamannya, Dia malah cuma pake bedak talk baby dan bibirnya yang mungil dibiarkan saja pucat.
Rambutnya yang hitam panjang sampai pinggang hanya diikat karet rambut warna hitam kesukaannya dan sesekali dibiarkannya tergerai atau dikuncir dua, dikepang kelabang ala gadis tempo doeloe...hmmm, manis bangetz. Ramah, sopan, sebenarnya lebih ke arah pendiam sih, nggak bawel kaya yang lainnya, itu juga yang membuatnya banyak disukai teman-teman terutama kaum Adam. Mungkin teman-teman cowok punya penilaian yang sama denganku. Luar biasa. Amazing banget.
"Hei, haloo..", ucapku saat itu sambil mengulurkan tangan bermaksud jabat tangan.
Anin menoleh ke arahku kemudian tersenyum. Waduh..., senyum apa ini, batinku, manis sekali, Tuhan." ohw.., hai juga", jawab Anin pendek saja tetapi wajahnya sudah kembali disembunyikan dari pandanganku.
Dia kembali sibuk dengan buku-buku yang telah diambilnya dari rak buku perpustakaan."Eh, kamu ngapain di sini?" tanyaku konyol basa-basi aneh.
Yang ditanya kembali melihat ke arahku kemudian tersenyum, "Loh, emangnya ngapain lagi kalau ke sini, Kak?", jawabnya kemudian sambil menggeleng kecil.
Haduuuh..., sambil garuk-garuk kepala yang tidak terasa gatal, iya banget lagian pertanyaanku yang aneh, ngapain lagi kalau dalam perpustakaan, ah Lucky, batinku sedikit malu karena jadi terlihat bodoh.
"Emm, maksudku, kamu ngapain dengan buku sebanyak itu? Apa akan kamu baca semua gitu?", mencoba mengganti pertanyaan.
"Kalau Aku, sudah pasti nggak sanggup tuh, mungkin dah muntah duluan, liat buku segitu banyak", lanjutku kemudian.Ah...lagi-lagi ada senyum manis yang merekah di bibirnya yang mungil, ayu banget sumpah kalo orang Jawa bilang.
Lucky membetulkan letak duduknya, meletakkan telapak tangannya di belakang kepala dan menyandarkannya ke sandaran kursi favoritnya, tersenyum mengenang, cah ayu satu itu. Kemudian melanjutkan....
"Ini kan, cuma tiga buku, kak? masa dibilang banyak, Ih..si Kakak ada-ada saja, lucu." Jawabnya.
"Hehe..iya, masa sih lucu, namaku kan Lucky, bukannya lucu", Aku ngebanyol konyol penuh modus.
"Ohh..jadi nama Kakak, Lucky yah?"
"Emmm, iyah, nama kamu siapa dong, boleh kenal kan?", tanyaku beneran penasaran sama ini anak.
Anin, melipat dan merapikan buku-buku yang dibacanya, sejurus kemudian Dia melihat ke arahku sambil tersenyum,
"Kak, permisi Aku kembali ke kelas dulu yah". Berlalu tanpa menungguku menjawab.Haduh..., ini anak, bener-bener keterlaluan, meninggalkan seorang Lucky gitu aja dengan sejuta rasa penasaran. Mangkel.
~~~
*Halooo...salam untuk semua pembaca.
*Mohon jangan dibully ya, masih belajar nulis inih, tolong kasih komen membangun donk.
*Mohon maaf bila ada kesamaan nama, karakter atau tempat ini murni fiksi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Pengembara
RomanceCinta memang aneh. Mungkin itu yang bisa aku simpulkan untuk saat ini karena kenyataannya seperti itu. Tidak hanya itu, tapi cinta sekaligus sangat misterius, sangat sulit untukku berkompromi dengan logika atau karena aku sudah terlalu lelah untuk m...