Kamu kayak hantu, munculnya tiba-tiba tapi terus menghantui.
****
Uuuupz..., Lucky menguap sambil meregangkan badannya.
"Ooohh, jadi kamu masih belum bisa melupakan Doi ya, Ky? Ky..ky, udahlah lupain doi, fokus sama Nia atau Gina aja gitu !", suara Ebet tiba-tiba saja mengagetkan dan membuyarkan lamunanku.
"Hemm...kamu ngintipin tulisanku, Bet?" kataku bersungut.
"Siapa suruh kamu buka lebar-lebar Notebook, nggak cuma aku yang bisa baca, Ky, orang lain kalau lewat sini juga bakalan bisa bacanya kali".
"Udahlah, masih belum bisa kah untuk move on dari Anin, Ky?", lanjut Robert penasaran
"Enggak tuh, biasa aja, Bet. Sekedar mengenang yang manis-manis aja sih, masih boleh kan?", hehehe.., aku berusaha mengelak sebisa mungkin dari Ebet. Eh, namanya Robert tapi dipanggilnya Ebet.
" Iya juga toh ga apa-apa kok, Ky.", sindir Robert sambil nyeruput secangkir coklat hangat kesukaannya.
Bagaimana bisa move on darinya, aku sendiri sebenarnya sudah benar-benar kehilangan kekuatan untuk itu, Bet, batinku.
Memang semua ini karena salahku sendiri, kenapa aku sangat mencintainya. Aku sudah berusaha belajar mencintai yang lain tapi selalu saja nggak pernah benar-benar berhasil mencintai dia yang lain. Ah...sudahlah, mungkin ini nasib cintaku."Ky!!!", panggil Ebet mengejutkanku tiba-tiba dengan suara keras sudah di pintu kamar ruang kerjaku.
" Hiiiih! Buset, dah, ada apa, Bet?! Apa nggak ada cara lain bikin orang cepat sakit jantung", aku bersungut, tapi Ebet nggal peduli.
Ebet nyengir, "tuh..., mak lampir dah nungguin kamu di bawah!", ada raut kesal di wajah Ebet.
Ebet selalu menyebut Gina dengan sebutan " nenek lampir". Gina perempuan berkulit kuning langsat, dengan mata sipit, rambutnya hitam lurus panjang sampai pinggang, karena itulah Ebet memanggilny mak lampir. Dia perempuan yang sangat perhatian terhadapku sampai hal sekecil apapun ya walaupun cenderung posesif.
" Gundulmu, enak aja anak orang dibilang mak lampir", aku terkekeh melihat wajah Ebet yang sungkan tiap kali Gina datang.
Ebet kembali ngeluyur masuk kamarnya dan tenggelam nggak mau ke luar selama Gina ada."Hai, Ky...!", Gina tersenyum depan pintu kamarku. Suara Gina tumben terdengar lembut di telingaku.
"Eh, kamu Gin. Ada apa pagi-pagi datang ke sini?, apa kita janji hari ini?" tanyaku kemudian.
Gina melotot, "ohw, sekarang kalau aku mau ketemu kamu harus buat janji dulu ya, sama siapa bikin janjinya? Sama Albert? Atau bikin janji online untuk bisa ketemu Pak Lucky, hah?", Gina beneran marah. Kayanya aku udah merubah mood Gini, nih.
" Bukan gitu, Gina sayang" aku beranjak mendekati Gin, dan baru menyadari ucapanku ada yang salah.
"Maksudku itu, kenapa tumben pagi-pagi ke sini, kenapa nggak telpon aku minta datang aja ke rumahmu gini", aku tersenyum dibuat-buat. Sebenarnya aku sama kaya Ebet, males banget ketemu dia, apalagi hari ini.
" Maaf ya, Sayang..., ok deh, what can i do, say?" hemm, mulai deh aku harus bermanis ria depan Gina."Kita jalan yuk, Ky..., tapi kali ini jangan ke mall y", pinta Gina.
Mata Gina membulat lucu penuh semangat membuat aku benar-benar tidak bisa untuk menolaknya.
" Ya, Ky, yah...", rayu Gina kembali."Yaa..., ok deh. Tapi aku mandi dulu ya, mau tunggu kan, Sayang?", duh...aku harus biasakan panggil dia sayang biar ga ngambek.
" he..eh.., cepetan ya, Beb. Aku tunggu sini, gih!".
_____##_____

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Pengembara
Roman d'amourCinta memang aneh. Mungkin itu yang bisa aku simpulkan untuk saat ini karena kenyataannya seperti itu. Tidak hanya itu, tapi cinta sekaligus sangat misterius, sangat sulit untukku berkompromi dengan logika atau karena aku sudah terlalu lelah untuk m...