Suasana hening dan sepi, membuat Namjoon terlalu asyik dengan buku yang dia baca. Hingga dia tak menyadari jika orang yang ada di depannya, kini sudah terlelap dalam alam mimpi.
Sudah berapa lama orang yang ada di depannya ini tertidur dan menghiasi meja belajar dengan cat alami dari mulut orang itu. Hingga suara dengkuran halus masuk dalam rungunya, membuat matanya yang memakai kacamata pun mencari sumber suara dan mendapati teman seperjuangannya sedang melukis dengan abstrak di atas meja.
"Astaga! Hobi-ah! Bangun! Besok kita ada tes dengan ssaem Choi. Bagaimana bisa kau tidur pulas seperti ini dan tidak belajar? Mendapat nilai jelek, baru tahu rasa!"
Namjoon membangunkan Hoseok, dia menggelengkan kepalanya—tanda jika dirinya tidak habis pikir dengan anak itu—jelas-jelas besok mereka ada tes dengan dosen yang paling di takuti oleh seluruh penghuni kampus.
"Hoaahhhmm ... aku capek, Joon. Aku ingin istirahat." Setelah pulang dari kampus, bekerja di kafe mereka dan sekarang harus belajar. Hoseok tidak kuat. Rasanya tubuh kurus itu remuk semua.
"Kau tidak boleh seperti itu Hobi-ah, ini memang tanggung jawabmu menjadi seorang mahasiswa."
Ya ampun, apa Namjoon tidak tahu jika tubuhnya ini sangat lelah. Persetan dengan Namjoon, Hoseok pun meninggalkan Namjoon begitu saja menuju ke kasur.
"Katanya mau sepertiku, tapi belajar saja kau tidak mau. Bagimana sih?!"
Entah mengapa, perkataan Namjoon malam itu serasa bagai ejekan untuknya. Tangannya pun mengepal kuat. Dengan posisinya yang masih membelakangi Namjoon, ia mengatakan, "Kau benar, Joon. Aku tidak akan bisa seperti mu. Kau puas?!"
Setelah itu Hoseok mengambil satu bantal dan selimut, kemudian berjalan keluar kamar. Dia memutuskan tidur di sofa ruang tamu saja, malas melihat Namjoon yang sombong itu. Padahal bukan maksud Namjoon sombong padanya.
***
Benar kata Namjoon, Hoseok mendapatkan nilai yang tidak memuaskan dan harus mengulang lagi minggu depan. Pada saat itu juga ada Namjoon di sampingnya dan dia melihat nilai Hoseok. Namjoon menutup mulutnya, mencoba tidak menetertawakan Hoseok.
"Puas kau, ha?!" Hoseok melirik Namjoon yang menahan tawanya.
"Sudah ku bilang, 'kan? Makanya kalau disuruh belajar itu belajar. Seberapa lelahnya kita, kita harus pintar-pintar mengatur waktu mana jam bekerja dan mana jam belajar."
Hoseok jera mendengar ceramah Namjoon, akhinya ia meninggalkan Namjoon dan berjalan pulang menuju ke kafe untuk bekerja. Bodo amat dengan Namjoon yang meneriaki namanya dari belakang.
Langkah kaki Hoseok lebih kecil dari Namjoon, jadi mudah bagi Namjoon menyamakan langkah kaki mereka. Kini dirinya sudah berada di samping Hoseok dan itu membuat emosi Hoseok semakin menjadi.
"Dengarkan aku Hobi-ah. Kita masih ada waktu dua jam sebelum membuka kafe Seokjin hyung. Gunakanlah waktu itu untuk belajar. Jadi, nanti setelah pulang dari bekerja kau bisa langsung tidur."
Namjoon memberikan usulan yang selama ini dirinya lakukan pada sahabat yang sudah dianggap sepeti saudara sendiri, dan Hoseok pun tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. "Kau berkata seperti itu karena kau ingin menyombongkan dirimu padaku, bukan?"
Sungguh! Namjoon tidak ada pikiran seperti itu sama sekali. Niatnya baik menolong Hoseok, tapi ia malah dianggap menyombongkan diri.
"Terserahmu!"
Kini ganti Namjoon yang meninggalkan Hoseok.
Sesampainya di kafe, Namjoon sudah menemukan presensi Yoongi yang sedang mengelap meja. Yoongi pun menyapa adiknya itu, "oh, kau sudah sampai? Dimana Hoseok? Kalian tidak pulang bersama?"
Namjoon meletakkan tasnya kemudian berjalan menuju Yoongi dan membantu menata kursi-kursi yang berantakan. Tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Yoongi.
Tidak lama setelah itu, Hoseok datang dan langsung memainkan ponselnya di sudut pojok ruangan kafe ini. Bersikap acuh pada dua orang yang sedang menyiapkan kafe yang dua jam lagi akan di buka.
Yoongi menatap mereka secara bergantian. Ia merasakan ada aura negatif diantara mereka. Apa mereka sedang ada masalah? Sudahlah, Yoongi tanyakan saja nanti jika mereka semua sudah berkumpul.
Hari ini kafe sedikit tidak terurus. Namjoon yang sering salah mengirimkan pesanan ke para pelanggan dan Hoseok yang salah memberikan garam pada teh, bukannya gula. Kalau bukan karena kedatangan Jimin, Taehyung, dan Jungkook, Yoongi yakin semua akan kacau.
"Apa yang terjadi pada kalian?"
Setelah pulang dari kafe, mereka semua dikumpulkan Seokjin yang sudah mendapat cerita dari Yoongi apa yang terjadi tadi di kafe. Dan sekarang dia meminta jawaban dari mereka berdua, tapi tidak ada diantara mereka yang berniat untuk menjawab.
"Hoseok-ie ... Namjoon-ie ... kita ini keluarga, bukan? Bukankah keluarga itu harus berbagi suka maupun duka?" Seokjin akan terus membuat mereka berdua mengatakan yang sebenarnya, dengan cara apapun itu.
"Jadi kita bukan keluarga kalian?" Yoongi menambahkan.
Hoseok dan Namjoon menggelengkan kepala mereka dengan cepat—tanda jika yang dikatakan Seokjin dan Yoongi tidak lah benar—mereka adalah keluarga.
"Lalu apa yang membuat kalian menjadi seperti ini? Berbagilah pada kami, Namjoon-ie, Hoseok-ie." Sekali lagi Seokjin bertanya.
Dan dengan hati yang berat, karena malas untuk mengungkit masalah ini. Namjoon menjawab, "Hoseok-ie menganggapku sombong karena tadi aku menasihatinya untuk belajar. Padahal niatku bukan seperti itu, hyung."
"Hoseok-ie, apakah itu benar?"
Seokjin bertanya pada Hoseok, dan mendapatkan anggukan. Sebelum melanjutkan ucapanya, Seokjin menarik napas dalam-dalam dan membuangnya panjang.
"Hoseok-ie, kalau ada orang yang memberikan nasihat padamu, bukan berarti dia menyombongkan dirinya. Niat orang tersebut baik, mereka ingin melihatmu menjadi pribadi yang lebih baik."
Hoseok hanya bisa menundukkan kepala, benar juga yang dikatakan kakaknya ini. Dia jadi menyesal karena menganggap Namjoon seperti itu. Tidak perlu lagi Seokjin menyuruhnya meminta maaf. Hoseok segera mengatakan maaf pada Namjoon dan mendapatkan jawaban anggukan dari Namjoon. Kemudian hari ini diakhiri dengan pelukan mereka semua—lagi. Biarkan saja, toh berpelukan bisa menambah ikatan sahabat sekaligus persaudaraan diantara mereka menjadi semakin kuat.
"Hyung, apakah aku sekarang boleh tidur? Aku mengantuk." Itu suara Jungkook yang memang matanya dari tadi sudah memerah, tanda dia mengantuk. Semua kakak-kakaknya tertawa dan menyimpan gemas dengan ekspresi wajah Jungkook saat ini.
"Kiyowo sekali sih, Kookie ku ini! Ayo kita tidur dan hyung akan membacakan cerita dongeng yang baru ku beli hari ini."
Seokjin menyubit pipi gembul itu dan membawa Jungkook ke kamar untuk diceritakan dongeng. Anak itu memang tidak bisa tertidur tanpa dongeng dari Seokjin. Lucu sekali.
-Diary : 07 ~Fin
27.08.19
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Sang Maknae || [Dibukukan]
Фанфик[ Happy Reading ] Menjadi yang paling muda bukanlah hal yang menyebalkan. Bagi Jungkook, menjadi yang paling muda adalah hal yang menyenangkan. Nb: Author pov ©alvinatuzzz, 2019 Started : 13/06/19 Finished : 19/03/20 [Hanya untuk bersenang-sen...