Diary : 11

3.1K 303 18
                                    

Sesuai dengan ucapan Yoongi yang dianggap sebagai janji oleh Jungkook. Di sinilah mereka berada. Angin sepoi-sepoi yang membuat anak rambut mereka menari-nari bagaikan ada suara musik yang melantunkan sebuah lagu. Jadi ingat lagu viral saat ini. Entah apa yang merasukimu. Ah sudahlah, kalau kalian tidak tahu.

Sinar matahari sebentar lagi akan menghilang dan digantikan oleh sinar rembulan. Warna langit yang biru juga berganti menjadi senja—warna yang Jungkook sukai. Entah mengapa dia lebih suka memandang langit berwarna jingga daripada biru, putih, apalagi hitam. Mungkin pada saat langit berwarna jingga, ia dipertemukan oleh Seokjin sang penyelamatnya? Bisa jadi.

Omong-omong soal Seokjin, dia belum datang. Padahal Yoongi tadi sudah mengirimkan pesan dan mendapat jawaban dari Seokjin kalau ia sebentar lagi akan sampai. Tapi kenyataannya sampai detik ini, belum ada tanda-tanda kedatangannya. Entah apa yang merasukinya?

Jadi kobam.

Ah, mungkin Seokjin masih dalam perjalanan. Mungkin jalanan kota Seoul macet. Tapi menurut ramalan ponsel pintarnya, jalanan di Seoul hari ini tidak ada yang macet. Semua lancar.

"Hyung, matahari sudah mau hilang. Tapi Seokjin hyung belum juga datang."

Itu Jungkook yang merengek pada Yoongi. Padahal ia ingin menghitung detik-detik matahari yang menghilang, lalu berdoa bersama kakak-kakaknya. Sepertinya itu akan menjadi sebuah harapan semata. Jadi, Jungkook harus bersabar. Tapi tiba-tiba ponsel Yoongi bergetar menandakan ada panggilan masuk. Dengan segera digeserlah tombol berwarna hijau itu.

Panggilan pun tersambung.

"Yoboseo?"

"...."

"Apa?! Sekarang Anda ada dimana? Boleh minta kirimkan alamat Anda sekarang?"

"...."

"Baik, terimakasih."

Panggilan terputus.

"Siapa hyung? Ada apa?!" Namjoon bertanya setelah melihat ekspresi wajah Yoongi yang campur aduk. Bahkan kini wajah tersebut berubah menjadi merah, dan cairan bening mengalir di pipi chubby nya. Yoongi menangis.

"Seokjin hyung ... hikss ...."

Seketika itu pula semua mendekat ke arah Yoongi. Di hati mereka semua sudah merasakan jika yang akan dikatakan Yoongi bukanlah hal yang baik.

"Kenapa dengan Seokjin hyung?" Taehyung bertanya.

"Dia kecelakaan."

Setelah mendengar jawaban yang mengejutkan itu, mereka semua ikut menangis dan merutuki diri masing-masing. Ah, yang merutuki diri bukan mereka semua sih, hanya Yoongi saja.

Ia merasa jika dirinyalah yang membuat kecelakaan itu terjadi. Kalau bukan karena dia yang tadi menyuruh Seokjin datang kemari dengan cepat, pasti kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi. Jika ia tahu kejadiannya akan seperti ini, ia pasti akan menyuruh kakaknya itu untuk menyetir dengan santai saja.

Namun semua sudah terlambat, kecelakaan sudah terjadi. Dan seperti biasa, penyesalan selalu berada diakhir. Kalau berada di awal itu namanya pendaftaran.

Setelah mendapatkan alamat dimana keberadaan Seokjin, mereka langsung menyiapkan mobil yang sudah disediakan oleh sang kakak jika mereka akan berpergian di daerah sini.

Sesampainya di sana, mereka bisa langsung menemui kakaknya itu. Beruntung Seokjin hanya mengalami kecelakaan kecil. Tapi tetap saja Seokjin harus dirawat inap kurang lebih satu hari, itu kata perawat yang memeriksa Seokjin tadi. Tapi tidak apa-apa. Yang penting Seokjin selamat. Yoongi bersyukur.

Tetapi tetap saja, air mata Jungkook itu tidak bisa berhenti mengalir. Sumbernya tidak habis-habis. Yoongi tidak habis pikir.

Sambil memeluk tubuh Seokjin dan menangis dengan kencang, Jungkook melupakan jika dirinya sekarang berada di rumah sakit. Seokjin yang memang sudah sadar dari tadi, hanya menghela napas dengan kelakuan kekanak-kanakan adiknya itu. Sudah jelas-jelas dia baik-baik saja, tapi masih ditangisi. ‘Kan Seokjin jadi tidak tega mendengar tangisan adiknya itu.

"Sudah  sudah, Kook. Aku tidak apa-apa. Lihat," ucap Seokjin dengan menangkup kedua pipi gembul itu.

"Hikss ... tetap saja. Seokjin hyung baru saja mengalami kecelakaan. Kookie 'kan khawatir," jawabnya dengan sesegukan. Seokjin jadi semakin tidak tega melihatnya.

"Iya, hyung tahu Kookie khawatir. Tapi sudah ya, jangan menangis. Hyung jadi merasa bersalah. Kookie mau hyung merasa seperti itu?"

Ucapan Seokjin berhasil membuat Jungkook menghentikan kegiatan menangisnya. Anak itu langsung menggelangkan kepala, tanda ia tidak setuju dengan ucapan sang kakak.

"Tidak! Kookie tidak mau Seokjin hyung merasa begitu. Kookie sayang Seokjin hyung," kata Jungkook yang sukses membuat semua orang merasa gemas terhadapnya.
"Jadi, kau hanya sayang pada Seokjin hyung saja?" tanya Taehyung yang merasa iri.

"Tidak, aku sayang semuanya, kok." Taehyung tersenyum mendengar jawaban adiknya itu, tapi setelahnya, "kecuali Kim Taehyung." Senyuman itu pun luntur begitu saja. Mereka yang ada di sana tertawa, mentertawakan nasib Taehyung.

Jujur dari hati Jungkook yang paling dalam. Ia sangat menyayangi semua kakak-kakaknya ini. Apalagi Taehyung, orang pertama yang selalu menjadi tempat curhat ketika dirinya ada masalah. Benar-benar sayang mereka banyak-banyak.

Namjoon merasa jika sifat Jungkook hari ini manis sekali. Ada apa dengannya? Entah apa yang merasuki adiknya itu, hingga membuatnya manis seperti ini?

Semua orang masih tertawa, sedangkan Taehyung memanyunkan bibir. Kesal dengan Jungkook. Kalau sekarang mereka tidak sedang berada di rumah sakit, Taehyung yakin, ia sudah mencincang adiknya itu. Sadis memang. Tidak, kok! Taehyung hanya bercanda. Bukannya dia yang mencincang adiknya, bisa-bisa dialah yang dicincang kakak-kakaknya. Jungkook 'kan adik kesayangan semua.

Ya sudah, Taehyung hanya bisa diam. Tapi dalam diamnya, dia memperhatikan semua orang yang sudah ia anggap keluarga sendiri itu dengan perasaan bahagia. Ia rela jika dirinya menjadi bahan ejekan, ia tidak mementingkan hal tersebut. Yang terpenting baginya adalah melihat semua orang tertawa dengan senyuman tulus, bukan senyuman palsu. Kalau seperti ini 'kan, Taehyung jadi ikutan tersenyum. Taehyung sayang semuanya. Apalagi Jungkook. Jungkook itu adik terbaik yang ia miliki. Kesayangan semua orang pokoknya

-Diary : 11 ~Fin
29.09.19

Diary Sang Maknae || [Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang