2. AINA NANDAYA

21 3 2
                                    

Sama seperti sebagian orang, hari pertama masuk sekolah setelah libur 2 minggu rasanya tidak menyenangkan. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya tidak betah di rumah. Bagi Aina rumah bukanlah sesuatu yang nyaman untuk ditinggali.

Jam 6 lewat seperempat, Aina menuruni tangga berniat berangkat sekolah pagi-pagi buta. Dirinya sudah biasa untuk berangkat pagi tanpa sarapan terlebih dahulu, dia sudah terbiasa sarapan di kantin sekolah.

Aina melirik sekilas di sana, di meja makan. Aina muak melihat Ayah tiri dan kakak tirinya! Semenjak Rasya, Mama Aina menikah dengan Bimo, Ayah dari kakak kelasnya yang bernama Bagas, rasanya Rasya telah buta akan cintanya kepada Bimo. Rasya yang kerja mati-matian sebagai Arsitek di salah satu perusahaan ternama, rasanya tidak pantas bersanding dengan Bimo yang setiap harinya hanya uncang-uncang kaki di rumah dan hanya menikmati hasil kerja keras Mamanya.

Belum lagi Bagas, kakak tirinya itu tanpa tahu malu selalu minta uang seenaknya dan Bagas sering melakukan sesuatu yang kurang ajar kepadanya, membuat Aina semakin tidak betah di rumah. Aina muak!!

"Aina, sini sarapan dulu.." Rasya yang melihat anaknya turun langsung berinisiatif untuk menyapa anaknya.

"Nanti di sekolah aja, Mah" Aina berjalan lurus tanpa repot-repot untuk menengok ataupun menyapa 'keluarganya' di meja makan.

Rasya menghela nafas dalam, semenjak dia menikah dengan Bimo satu bulan yang lalu, sifat anak gadisnya itu berubah menjadi pendiam dan lebih ketus. Dari hampir tidak pernah sarapan ataupun makan malam di rumah, jarang keluar kamar, ataupun tidak bicara kecuali Rasya menyapa. Rasya memaklumi, dia pikir anak gadisnya itu hanya belum terbiasa dengan Papa barunya ataupun Kakak barunya. Lama-lama pasti Aina akan terbiasa, menurut Rasya ini hanya soal waktu untuk Aina dapat menerima orang baru yang datang dalam kehidupannya.

"Gak apa-apa sayang, Aina hanya belum terbiasa.." Bimo mengusap jemari Rasya pelan sembari tersenyum menatap Rasya, menenangkan istrinya.

***

Aina menelusuri jalanan yang belum terlalu ramai dengan headset ditelinganya, sesekali bersenandung mengikuti alunan music R&B dengan gumaman. Gadis itu memang begitu menyukai genre lagu Rhythm and Blues, genre musik popular yang mencampurkan jazz, gospel, serta blues.

Aina menghentikan langkahnya ketika sudah sampai di depan halte bus. Gadis itu duduk dengan tenang sambil memejamkan matanya, seolah menikmati apa yang sedang didengarkannya. Lagu berganti menjadi Drive - Jay Park Feat Gray mengalun indah di telinga Aina, bersamaan dengan bus yang sudah tiba di depannya.

Syukurlah Bus masih sepi penumpang, dengan begitu Aina dapat duduk dan kembali memejamkan matanya, hanya untuk tertidur sebentar. Sudah sekitar 1 bulan Aina sulit sekali untuk tidur, bahkan sekitar beberapa hari yang lalu dia tidak tidur sama sekali dan menyebabkan Aina mendapat hukuman karena tertidur pada saat pelajaran Matematika.

Aina mengerjapkan matanya ketika cahaya matahari pagi, menyorot ke indra penglihatannya. Gadis itu melihat sekeliling untuk memastikan apakah Halte Bus SMA Setia Bakhti belum terlewat. Mata bulat gadis cantik itu melotot sempurna setelah tahu Halte bus sekolahnya sudah terlewat satu pemberhentian.

Buru-buru Aina menekan Bel yang terdapat di dekat kaca jendela dengan berulang ulang. "Mampus! oon banget si, Na.. Ampun deh pake ketiduran segalaaa..." Ucapnya sambil memukul pelan kepalanya. Tanpa Aina sadari kelakuannya tersebut tidak lepas dari penglihatan seorang cowok yang memakai seragam sekolah tetangga, yaitu sekolah SMA Budi Pekerti. "Cute.." Gumam cowok tersebut sambil terkekeh pelan.

Begitu turun dari Bus, Aina melirik Arlojinya. Jam menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh lima menit. Tidak ada waktu lagi, Aina harus sarapan dulu sebelum sekolah.

Aina berlari menuju sekolahnya dengan kecepatan penuh, baru sebentar saja Aina berlari, keringat sudah membanjiri area dahinya. Aina berhenti dan menunduk memegang lututnya yang terasa ingin copot dari sendinya, "huh, capek banget anjirh.."

Aina tidak kuat lagi berlari, dirinya menyerah. Lantas Aina berjalan dengan agak terburu-buru, dia harus cepat sampai di sekolahnya. Dan dengan usaha keras yang hampir membuat sendinya copot akhirnya Gadis cantik itu berhasil sampai di sekolahnya.

Buru-buru Aina pergi ke kantin, penyakit maagnya tidak boleh kambuh dan menyusahkan orang-orang di sekitarnya. Aina memesan nasi goreng untuk sarapannya pagi ini, selesai memesan Gadis itu langsung menghubungi sahabatnya, Sulhi.

To: Real Sulli
gw di kantin nih,  ga mau nyusul gt?

From: Real Sulli
OTEEWEE BOSSKU!!

Setelah di lihat Sulhi membalas, Aina meletakkan smartphonenya di meja. Melihat sekeliling kantin,  'tumben tuh teko kaga muncul' batinnya.

Baguslah, itu artinya hidup Aina akan tenang untuk beberapa jam kedepan.

"Makasih bu Atin.." Ucapan terima kasih itu meluncur setelah Bu Atin menghantarkan pesanan nasi gorengnya dan bibir Aina tersenyum tulus yang membuat senyum itu menular kepada Bu Atin.

"Sama-sama atuh neng geulis, makin hari neng Aina teh makin cantik saja ibu rasa," ucap Bu Atin sambil terkekeh pelan. Aina hanya tersenyum manis atas pujian yang diterimanya dari Bu Atin.

Selepas kepergian Bu Atin, Sulhi datang meghampiri Aina yang sedang makan sedirian, lantas langsung memeluk erat leher sahabatnya yang telah lama dikenalnya. "Aaaaaa Ainaaaa.. gue kangen banget sama lo tauu!!" teriakan cempeng yang memekakan telinga khas Sulhi.

Pelukan itu membuat Aina yang tengah melahap nasi gorengnya pun tersedak. Saking senangnya, Sulhi tidak memperhatikan bahwa kelakuannya, hampir saja dapat membuat sahabatnya itu mati, kalau saja tidak buru-buru Aina menepuk-nepuk punggung sahabatnya agak keras dan berusaha menjauhkan tubuhnya dari Sulhi.

"Lo mau buat gua mati, Sul?" Aina melotot kepada Sulhi.

Sulhi meringis, "Ya maap Na, kangen hehe.." Ucapnya disertai kekehan pelan.

"Ya kangennya gak gitu juga, Sul. Lo hampir buat gua mati kesedek nasi goreng buatan Bu Atin." Aina melanjutkan makannya.

***

Jam menunjukkan pukul sembilan lewat lima menit ketika Aina dan Sulhi keluar dari Perpustakaan. Dirinya bisa mendengar teriakan-teriakan ALAY kaum hawa yang begitu memuji seseorang yang tengah berlari di lapangan.

Aina menengok sekilas, tanpa dilihat pun, Aina sudah tau siapa yang mendapat pujian-pujian alay itu.

Aina dan Sulhi tengah duduk di atas teras perpustakaan, Aina memang sedikit terganggu dengan teriakan-teriakan itu, namun dirinya berusaha mengabaikan dan fokus membaca buku tentang hukum yang begitu Aina minati.

Aina dan Sulhi berdiri setelah setengah jam mereka duduk sambil membaca buku, ralat-hanya Aina yang membaca buku, sedangkan Sulhi sangat asik membicarakan bagaimana mempesonanya laki-laki yang barusan selesai akan hukumannya, kepada Aina. Mereka berniat untuk ke kantin untuk sekedar makan gorengan, rasanya Aina dan Sulhi sudah lama sekali tidak makan gorengan pak Mamet.

 "Naa, lo tadi liatkan gimana sexynya Gaeko pas lagi lari-lari di lapangan?" senyumnya mengembang sambil menerawang kepada kejadian beberapa menit lalu yang dia tonton dengan Aina, ralat -yang dia tonton sendiri karena Aina fokus dengan bukunya-."Gila gak sih..."

Perkataan Sulhi terpotong dengan perkataan Aina yang tenang tapi sarat akan sindiran."Lo yang gila," dan dengan bodohnya Sulhi menjawab sambil menganggukkan kepalanya dengan antusias, "Gilaa karnaa Gaekoo!!" sahutnya disertai kikikan keras. Gila.

Mata Aina menelusuri seluruh penjuru kantin, dan sialnya tidak ada tempat duduk kosong untuk Aina dan Sulhi duduki.

Dan di antara kesialan yang paling sialnya itu adalah ketika mata mereka bertemu!

"NA! WOI! BOLOOT!" Hilang sudah ketenangan Aina.

***

Alhamdulillah selesai juga Part ini huhu..

Jangan lupa vote dan komen kalo suka Ceritanya yaa-!!

_niask

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang