Seokjin memandang lurus ke depan.
Pandangan itu terlihat sendu.
"Kau tau? cinta tidak harus saling memiliki, cinta ku akan selalu ada dan hidup untuknya."
Bottom: Seokjin
Top: Taehyung
WARN: BL. yaoi. Boyslove. fantasy.
Hello guys.. I'm back again with another fanfiction 💜
This time for Taejin shipper again yeay~~~
But this fanfiction is totally different then before, so hope u like it💜💜💜
HAPPY READING . . . . . . . . . .
Seorang anak kecil berumurkan sepuluh tahun dengan pakaian kerajaan yang ia kenakan sedang berjalan menyusuri sebuah danau yang sangat indah.
"Prince!!!"
Anak kecil itu berbalik mendengar sebuah teriakan yang di tujukan padanya.
Tidak lama kemudian datanglah seorang pengawal kerjaan dengan sebuah pedang yang ia pegang.
"Pangeran, ibu Ratu meminta anda untuk segera pulang."
Sang pangeran kecil tersenyum kemudian menggeleng "Tidak, kau pulanglah terlebih dahulu aku masih ingin berada di sini."
"T-tapi..pangeran.."
"Aku pasti akan pulang, jadi kau pulanglah terlebih dahulu."
Karena sang pengawal yang tidak bisa untuk menolak keinginan sang pangeran akhirnya ia membungkuk dengan hormat dan berjalan meninggalkan sang pangeran.
Sang pangeran kembali menyusuri danau itu, ia melihat sekelilingnya.
Hutan yang sangat indah, ia dapat mendengar dengan jelas berbagai kicauan burung yang saling bersahutan.
Ini untuk pertama kalinya sang pangeran memasuki hutan yang sejak dulu menarik perhatiannyadari dalam istana.
Kini sang pangeran telah berada di pusat hutan itu, manik gelapnya tidak dapat berhenti mengagumi betapa cantiknya pepohonan tinggi yang mengelilinginya.
Hingga suara tangisan mengusiknya "Hikss..hikss..."
Suara tangisan itu sangatlah halus, sang pangeran mencoba menajamkan pendengarannya.
Suara tangisan itu seakan terbawa oleh angin.
Sang pangeran menoleh kesebelah kanan, yah..suara tangisan itu berasal dari sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia melangkah dengan langkah pelan, mencari siapa sang pemilik tangisan itu.
Sang pangeran menajamkan penglihatannya kesebuah pohon besar yang tepat berada di depannya.
ia melihat sesosok anak kecil seperti dirinya yang sedang menyembunyikan wajahnya pada kedua lutut miliknya di depan pohon besar itu berada.
Sang pangeran melangkah pasti ke sosok anak kecil itu, kini ia telah berdiri di depan anak kecil itu.