Would you spend a little longer here with me? We can do whatever we want. Because I’m willing to.***
"Nggak bisa ya bolos sehari aja?" Nara menghembuskan napas kencang, atau lebih tepatnya sengaja dikencang-kencangkan supaya Rakan tahu jika dirinya kesal.
Sejak bangun dua puluh menit yang lalu, Rakan masih setia menahan Nara untuk beranjak dari kasur. Tangan lelaki itu melingkar di perutnya cukup erat, tidak memberi ruang antara mereka.
"Kuliah tuh mahal, sayang kalau bolos."
Rakan berdecak, hembusan napasnya juga terasa begitu jelas di pundak Nara. Entah terpengaruh setan dari mana, sejak malam ia terus-terusan memeluk Nara. Rasa nyaman yang diciptakan membuatnya tertahan untuk menghabiskan waktu lama-lama di sana.
"Tapi gue masih mau peluk lo."
Nara menoleh singkat, cepat-cepat berbalik ketika pipinya tersentuh oleh ujung hidung Rakan.
"Kenapa sih?"
"Hmmm?" Rakan bergumam sembari menelusupkan kepalanya di pundak Nara. Sedikit membuat gadis itu berjingkat geli.
"Ngapain peluk-peluk segala?"
Bukannya melonggarkan, Rakan justru mengeratkan dekapannya. "Nyaman."
Nara terdiam, mengiyakan pernyataan Rakan dalam hati. Kalau boleh jujur, posisinya sekarang terasa begitu damai, meski ada setitik canggung. Berada di dekapan Rakan membuatnya merasa hangat dan tenang.
"Emang lo nggak merasa nyaman?" Tanya Rakan membuat Nara semakin diam, tidak tahu harus menyahut bagaimana.
"Ya... ya gitu." Jawabnya setelah beberapa saat.
Rakan tersenyum di balik helaian rambut Nara, menenggelamkan wajah di sana untuk mencari kehangatan yang lebih.
"Udah ya, gue ada jadwal setengah sembilan."
Nara menarik lengan Rakan dari perutnya, mencoba menyingkirkan pria itu supaya bisa memulai aktivitasnya seperti biasa.
"Masih jam tujuh." Rengek Rakan. "Lima menit lagi, ya?" Lanjutnya.
Nara berdecak sebal, tapi menuruti ucapan Rakan untuk tetap di sana lima menit lebih lama.
"Emangnya lo nggak ada jadwal hari ini?"
Rakan mengangkat kepalanya sedikit, "ada, siang."
Nara mengangguk-anggukkan kepala, menatap jam digital di atas nakas. Dua menit sudah berlalu dan hembusan napas Rakan terasa semakin jelas di pundaknya. Jemarinya memainkan ujung selimut, mencoba menyalurkan rasa gugup yang menyerang.
"Ra.." Rakan berbisik pelan.
Nara hanya menjawab dengan gumaman, sementara pikirannya sudah kalut kemana-mana. Berada di posisi seperti itu dengan Rakan cukup membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3600 Seconds from Merapi [END]
ChickLitDipaksa mendaki Gunung bersama beberapa anggota pecinta alam membuat Khanaraya Raisa komat-kamit melontarkan kekesalan. Belum lagi harus tersesat berdua dengan kakak tingkatnya yang super cuek dan bodo amat. Ditambah datangnya beberapa orang yang ti...