"Sshh... diamlah Jammy, misi ini tak mungkin berhasil bila kau tetap bertingkah seperti anak kecil!" bisikku parau mengingatkan Jameel, si anak baru dalam kelompok kami. Ya, Jameel baru 3 bulan menjadi bagian dari kelompok ini. Kakaknya Ben, pernah menjadi ketua geng dalam kelompok kami. Namun 3 bulan yang lalu Ben harus meninggalkan kami selamanya, akibat tertembak salah satu peluru dari kelompok mafia lain, rival kami dalam sebuah aksi kejahatan. Akibat peristiwa tersebut, mau tak mau kami harus memasukkan Jammy (panggilan akrab Jameel) untuk menjadi bagian dari kelompok, karena dia satu-satunya keluarga yang Ben punya, dan tak mungkin kami meninggalkan remaja ingusan berumur 16 tahun itu tanpa pengawasan. Bisa-bisa Jammy bunuh diri atau tertembak peluru kelompok mafia lain, sebagai salah satu aksi mereka menumpas kelompok kami kapan saja dimana ada kesempatan.
Kelompok kami adalah salah satu kelompok mafia yang cukup bertahan lama dan memiliki banyak pesaing dalam dunia kriminalitas, di San Fransisco. Awalnya kami terdiri dari 5 orang, yakni aku sendiri Darena, kemudian Chang wanita muda penggila gym keturunan Cina berusia 27 tahun (5 tahun dibawahku), Jaylend Bucks pria berusia 37 tahun yang calon istrinya tewas disaat hari pernikahan mereka akibat bom 8 tahun silam, Edmondo Mancini pria Itali paling tua diantara kami semua yang sudah ku anggap seperti ayahku sendiri, dan almarhum Benaia Hood pria Afro-Amerika yang seumur denganku dan menjadi ketua dalam kelompok kami ini sekaligus kakak laki-laki dari Jammy. Bertemunya kami dan bersatu membentuk sebuah tim, karena kami semua punya satu tujuan, pembalasan dendam! Ya keluarga kami, orang-orang yang kami cintai, menjadi korban akibat keserakahan banyak petinggi negara dan orang-orang yang seenaknya berulah, juga para mafia-mafia laknat yang seenaknya mengebom atau menembakkan peluru sembarangan, merenggut nyawa orang yang kami kasihi.
Peristiwa perang sengit antar mafia 3 bulan lalu, adalah peristiwa yang sangat mengguncang kami semua. Ben, ketua kelompok kami yang dulu, tewas demi kami. Sebagai ketua kelompok, Ben adalah ketua yang sangat mengayomi. Ia selalu melindungi kami anak buahnya tanpa perduli keselamatannya sendiri. Ben pula yang selalu membuat strategi-strategi jitu dalam setiap misi yang kami lakukan. Saat kejadian mengerikan itu, Ben sedang melindungi Edmond dari Machito von Suttonheim, ketua mafia dari salah satu kelompok rival kami yang sedang bersaing saat itu dalam misi pencurian perhiasan bernilai US$ 3,700,000 milik petinggi negara di Oakland. Machito saat itu ingin menembak kepala Edmond yang sedang berada di atas rooftop, agar para polisi yang datang dan bersiap mengepung kami terpusat perhatiannya pada Edmond, dan Machito beserta kelompoknya dapat melarikan diri. Namun, Ben yang membaca gerak-gerik Machito, tanpa pikir panjang dan agar kami semua dapat melarikan diri, segera lari ke arah Machito dan tertembaklah Ben dengan peluru mengenai kepalanya hingga pecah.
Sejak kejadian itu, kami merasa terpukul dan berhutang nyawa pada Ben. Namun apa daya, Ben kini tak bersama kami lagi. Sebagai rasa bentuk balas budi kami, akhirnya kami mengambil Jammy dari rumah Ben, dan kami ceritakan semua kejadian serta pekerjaan kami padanya. Mata Jammy terlihat begitu terluka, ia tak menyangka bahwa kakaknya ternyata seorang mafia. Selama ini Ben menyembunyikan pekerjaannya pada Jammy. Ben selalu mengatakan pada Jammy, "Tak usah kau pedulikan apa pekerjaanku dan dari mana semua yang kita punya ini aku dapatkan. Yang penting kau harus menjadi orang yang lebih baik dari padaku, Jammy kecilku". Kini semua tinggal menjadi memori...
*****