Malam ini juga aku harus mendengarkan semua yang belum kuketahui, walau aku tahu kebenaran ini akan sangat sulit dan sepertinya tidak masuk akal—mengetahui darahku yang berwarna biru saja sangat-sangat tidak masuk akal—aku akan tetap mendengarkan, tapi jujur, aku sangat ragu dan gugup.
Aku, Ansel, Sean juga kedua orang tuaku sudah berkumpul di ruang tamu. Sean ikut berkumpul dengan kami, Mom melarangnya untuk pulang, Sean sudah melihat darah biruku, jadi dia juga terlibat dalam rahasia ini. Aku menunggu orang tuaku berbicara, menuntut penjelasan dari mereka.
Kulihat Mom tidak sanggup untuk berbicara, ada gurat kesedihan yang tergambar di wajah awet mudanya, jadi sepertinya ia mengandalkan Dad saja untuk memulai,
"Leah," Dad memanggilku, mulai mengisi keheningan di ruangan ini, "Kau ... " gantungnya tak sanggup melajutkan, ia menunduk. Apakah seberat itu untuk mengatakannya saja? Tapi akan sangat salah jika ia tidak juga memberikan penjelasan tentang siapa aku sebenarnya, jadi Mom mengusap tangan Dad bermaksud menenangkannya, "Katakan, sayang. Leah harus mengetahui siapa dia sebenarnya," ujar Mom.
"Apa yang kau maksud?" aku menatap tajam Mom, lelucon apa lagi ini? Siapa aku sebenarnya? Apa aku siluman?
"Kau bukan anak kami." ungkap Dad menunduk.
Ansel dan Sean terkejut, tapi di sini akulah yang lebih terkejut. Seakan petir menghantam kepalaku secara instan, dan sarafku lumpuh setelahnya. Aku lemas mengetahui ini, tapi menolak untuk mempercayainya.
"A-apa maksudmu?" tanya Ansel tak percaya, dia mewakiliku.
Aku bergeming di tempatku, menelan saliva pun rasanya sangat berat untuk situasi seperti ini.
"Leah bukan adikku?" tanya Ansel lagi, memastikan.
Dad mengangguk, "Malam itu seorang Panglima yang diutus oleh Raja dari dunia yang berbeda dengan kita mendatangi rumah kami ...
"Kumohon berhenti,"
"Leah—"
"Aku anak kalian! Apa-apaan ini?!" bentakku. Aku bukanlah anak yang cengeng, tapi sialannya, di situasi seperti ini mataku berhasil mengeluarkan airnya walau menggenang di sana, aku sangat kecewa.
Mom beranjak menghampiriku, tapi aku membuang muka.
Ia berlutut, memegangi tanganku dan meraih wajahku, "Leah, dengarkan aku. Sampai kapanpun kau akan tetap menjadi anak kami, sampai kapanpun," tekan Mom, ia menatapku dengan penuh keyakinan, dan di situ air mataku jatuh begitu saja, "Tetapi, situasi ini sangat sulit, kami tidak ingin kehilanganmu, setidaknya kau harus hidup lebih lama, Leah,"
"Apa maksudmu aku harus hidup lebih lama? Apa aku tidak bisa hidup lebih lama bersama kalian? Kalian tidak bisa menampungku lagi?" aku menahan sesak sebisaku, tapi suaraku mengkhianati diriku sendiri.
Ansel dan Sean juga terlihat sedang mencerna semua ini. Mereka hanya terdiam. Aku bisa melihat dengan jelas, air mata yang menggenang di pelupuk mata kakakku, Ansel. Aku tahu betapa sayangnya dia padaku, sejauh ini yang kurasakan, dia sangat tulus walau kami sering bertengkar layaknya adik kakak pada umumnya. Tapi Ansel adalah tipe seorang kakak yang protektif dan akan melakukan apapun untuk adiknya, yaitu aku.
Sean? Ku lihat dia hanya terdiam dengan pikirannya, ku rasa. Tidak ada ekspresi apapun yang bisa ku deteksi, mungkin dia hanya shock mengetahui fakta meng-anehkan sahabatnya ini.
Kami tidak tahu keterkejutan apa lagi yang akan kami dapati setelah Rod dan Renee melengkapi fakta tentang diriku. Demi Tuhan, aku tidak ingin mengetahui siapa aku sebenarnya.
"Dengarkan kami terlebih dahulu, bukan seperti itu," Mom kuat sekali, ia terlihat menahan kesedihannya, wajahnya memerah, matanya berkilatan air, "Jika pun kami bisa melindungimu, kami akan sangat melakukannya. Tapi fakta yang akan terjadi, bukanlah kuasa kami Leah ... Ini bukan tentang kami yang tidak ingin kau ada di sini, tapi semua ini tentang keselamatan dan pentingnya kau untuk duniamu," ujar Mom dengan serius kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BYRSHINE
FantasíaLeah mengutuk ramalan yang melekat pada dirinya, seakan ini akan terjadi tergantung dari pada tangannya. Hidupnya sebelum ini sangatlah normal, tidak ada yang mencurigakan ataupun aneh. Namun kenormalan itu sirnah dan muslihat normal itu terungkap m...