Bab 2: Masalah

130 57 18
                                    

Devan berjalan menuju halaman belakang sekolah dengan tergesa-gesa. nafasnya memburu dengan emosi yang sudah meningkat drastis hingga ke ubun-ubun. kedua mata tajamnya menatap lurus tanpa menghiraukan beberapan pasang mata yang memandangnya ketakutakan. tangannya mengepal mencoba menetralisir amarahnya yang hampir tak bisa ia bendung lagi. kini ia sampai ketempat tujuannya. Devan langsung menangkap sosok pemuda dengan badan tegap tengah merokok dan duduk diatas balok kayu tak terpakai. pemuda itu membuang putung rokoknya  lalu menyeringai dengan senyum menyeramkan sejurus kemudian tiba-tiba saja di bertepuk tangan membuat Devan menaikan sebelah alisnya karena tidak paham apa maksud pemuda itu bertepuk tangan tanpa sebab. Devan terkejut ternyata Rezvan tak sendiri untuk bertemu dengannya cowok itu membawa sertakan gengnya yang beranggotakan 5 orang. Rezvan mengambil satu langkah kedepan. sepasang mata devan tak lepas menatap Rezvan dengan sorot mata penuh kebencian.

"Gak nyangka lo bakal dateng Dev" bisik cowok itu sembari menepuk bahu Devan sok akrab.

Devan hanya diam ia menepis tangan cowok itu yang berada di bahunya. Rezvan cukup tersinggung dengan tingkah Devan tadi lantas ia terkekeh pelan.  

"Mau apa lo?" tanya Devan to the point. dengan situasi seperti ini rasanya berbasa basi tidak perlu apalagi dengan sosok manusia didepannya kini. Rezvan menyeringai ia memajukan kepalanya hingga tercipta jarak 5cm antaranya dan Devan.

"Mau gue? simple. lo cuman ngaku kalah waktu perkelahian kemarin"

mengaku kalah? yang benar saja jelas-jelas Devan menang unggul sendirian dibandingkan Rezvan yang berkelahi membawa sertakan teman-temannya. Devan tidak mau mengaku kalah.  Rezvan yang mengajaknya berkelahi malah dia tidak terlibat dalam perkelahian itu. hanya anak bawahannya saja menantang Devan sedangkan Rezvan hanya menonton dan berkomandon.

"Ngaku kalah? gak akan pernah" tegas devan lalu  melayangkan sebuah pukulan di pipi kiri Rezvan hingga cowok itu terjungkal kebelakang. Rahang Rezvan mengeras, "sialan!" emosi Rezvan kini dibuat meningkat drastis oleh sosok dihadapannya kini dengan segera cowok itu mengambil aba-aba anak buahnya untuk menyerang Devan "serang dia!" titah Rezvan dengan suara serak.

posisi Devan kini terkepung oleh kelima bawahan Rezvan. cowok berambutcokelat  itu tersenyum meremehkan kearah Devan dengan formasi ini pasti Devan akan sulit untuk menyerang musuhnya. "lo bakal ngaku kalah hari ini juga" batin Rezvan dalam hati.

devan terdiam sesaat dia mengepalkan telapaknya kuat. sialan Rezvan mana adil berkelahi kroyokan seperti ini ditambah lagi Devan tidak memiliki bawahan sama sekali. beberapa musuh didepannya kini sudah mengambil langkah maju untuk menyerang Devan. dengan instingnya yang kuat Devan yain ia akan memenangkan perkelahian ini lagi postur tubuh musuhnya tidak terlalu besar cenderung kecil dan kerempeng jauh dengan postur tubuh devan yang tinggi dan tegap. saat musuhnya hendang menyerang Devan dari belakang cowok itu sudah lebih dulu meluncurkan aksinya dengan menyikat perut cowok berambut keriting itu dengan cepat disusul dengan beberapa hantaman pukulan di rahang musuh didepannya.

Rezvan melongo menonton aksi perkelahian yang bengis. anak bawahannya sudah terkapar lemas akibat pukulan Devan. kuat sekali cowok itu padahal ia berkelahi sendirian. Rezvan memutar akalnya untuk memikirkan cara agar ia bisa menang diperkelahian ini kalau kalah dia akan dimarahin habis-habisan oleh Gema pemimpin besar Gengnya. dibandingkan dengan Gema sebenarnya Rezvan bukan apa-apa ia hanya cowok yang suka memancing amarah Devan dan suka mencari sensasi.

Devan menarik kerah baju musuhnya didepannya kini laluumemukul dengan brutal wajah cowok itu hingga darah segar mengucur dipangkal hidungnya. tak sampai situ saja Devan menghempas tubuh kurus itu lalu menginjak-nginjaknya dengan kasar. Rezvan yang melihat kebengisan Devan hanya bisa meneguk salivanya kasar. tiba-tiba saja dia merasa takut dengan sosok Devan hingga tak bulir keringat dingin membasahi teapak tangannya.

Devan menatapnya sambil tersenyum menyeringai.  taring giginya terlihat jelas menambahkan kesan aura menyeramkan yang keluar dari tubuh cowok itu. Rezvan yang gugup refleks memundurkan langkahnya. dia tak akan menyangkaakan  kalah lagi dalam perkelahiannya kali ini. Devan mengangkat dagunya jaraknya dengan Rezvan kini cukup dekat dengan mudah Devan meraih kerah seragam milik Rezvan. cowok berambut coklat itu sepertinya tidak berani membalas tatapan Devan. mendadak saja nyalinya menjadi ciut. Devan sudah bersiap-siap melayangkan sebuah pukulan ke arah wajah Rezvan. namun tiba-tiba dia merasakan sebuah benda menghantam bagian belakang kepalanya. pandangannya menjadi gelap samar-samar Devan dapat menangkap Rezvan tengah tersenyum penuh kemenangan. rasa pusing mendadak menghampiri kepalanya hingga ia tak kuasaa untuk tidak memejamkan kedua matanya. untuk kali ini Devan mengaku hari ini ia kalah.

Badboy With An Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang