"Seriusan? Lagunya Katy Perry buat soundtrack? Nggak ada yang lebih pas gitu?" Aku mengernyit. Kurasa panitia festival ini rada soak otaknya. Iya sih temanya kembang api, tapi masak dikasih backsound lagunya Katy Perry, Firework?
"Iya itu makanya. Tapi gimana lagi. Anak bawang kayak kita bisa apa. Rasanya pengen banget cepat jadi senior deh," keluh Gita, si cewek sexy yang membuatku terpikat sejak pertama kali bertemu. Kami sudah dekat sebulan ini. Dia cewek pertama yang bikin aku pedekate selama itu, dan you know what, aku bahkan nggak nyoba ngerayu cewek lain sampai sekarang. Technically, I delete all their contact number. Semua nomer hape cewek-cewek silly--seperti julukan Kinan buat mereka--tidak lagi menghiasi ponselku.
Aku tahu mungkin aku ... apa ya istilahnya, kesirep. Tersihir. Tapi ada yang beda dengan Gita, the way she talks, moves and laughs .... Aku bahkan tidak bisa melepaskan pandanganku darinya.
"Emang jadi senior kayaknya enak banget ya. Suka suruh-suruh adik kelas sesuka hati. Besok berarti kita jaga stand ya?" timpalku seraya mencoba melancarkan aksi favoritku, menyampirkan tangan ke bahu Gita. Sedetik, dua detik. Hei, tumben dia nggak mengelak. Biasanya dia akan menyingkirkan tanganku sedetik setelah menempel di bahunya.
Aku menahan senyum yang hendak merekah di bibir. Ayolah, cowok cool itu nggak boleh sembarangan senyum. Kalo Gita sekarang udah nggak keberatan begini, berarti rencanaku esok saat festival kembang api kampus bisa terlaksana. Aku berencana menyatakan cinta pada Gita. Tepat di saat kembang api mulai menyala, aku akan berlutut di hadapannya dan mengatakan, "Will you be my girl?"
Anjir, cheesy amat. Baiklah aku akan mencari kalimat yang romantis biar Gita luluh. Plus, aku juga harus mengatasi debaran saat aku bersamanya. Gila ya, panas dingin nih Bung.
"Besok kita jadinya pake baju apa?" tanyaku setelah kami tiba di parkiran. Gita masih belum mau kuantar pulang, karena ada sopir pribadi yang harus menjemputnya tiap hari atas perintah papanya. Gak masalah, mulai besok pasti aturan itu berubah. Saat Gita udah resmi jadi pacarku.
"Dresscode untuk penjaga stand pake baju merah, bawahan hitam. Nanti kita kan jaga stand Boba Drink, celemeknya udah dibikin sama Marina, tolong kamu ambil di rumahnya ya besok pagi." Gita tersenyum dengan manis. Ya ampun, bikin jantungku makin berdebar kencang. Rela deh besok pake celemek seharian demi ngeliatin senyumnya.
"Bye, Git." Aku melambai ke arahnya. Gita mengangguk dan masuk ke mobil SUV silver.
"Bye, Ken." Gita membalas setelah membuka jendela mobilnya. Hei, dia memanggilku Ken! Sebelumnya dia selalu dengan kaku menyebut namaku, Kenzo. Sekarang nadanya udah kayak mesra gitu! Aku melompat dan meninju udara. Yes!
*****
Festival kembang api yang digagas oleh mahasiswa fakultas ekonomi Undip ini lumayan menyedot antusiasme pengunjung. Yeah, siapa dulu marketingnya, Melodi Sagita alias Gita. Tidak hanya pembawaan gadis itu yang lembut dan menawan, dia punya cara-cara yang unik dalam memasarkan festival ini sebelumnya.
Sekarang, stand Boba Drink yang kami jaga laris manis, hingga membuat Danny dan Luky kewalahan dengan banyaknya pengunjung. Tadi tim kami sepakat bahwa Gita dan aku, yang secara visual lebih oke, kebagian tugas untuk menarik pengunjung agar membeli Boba Drink, alias minuman dengan aneka rasa yang diberi bola-bola kenyal beraneka warna.
"Silakan, minum Boba Drink sesuai dengan karaktermu. Apa kamu orangnya tenang dan menghanyutkan kayak Choco Hazel. Atau manis dan misterius kayak Taro!! Cobain rasa yang cocok sama kepribadianmu!" seru Gita yang sukses membuat orang-orang menoleh karena penasaran, hingga tertarik mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene [Terbit Di Cabaca]
Novela JuvenilApa yang akan kau lakukan saat terbangun dan menyadari bahwa kau terbangun di tahun 2027? Tadinya Kenzo hanya mahasiswa yang tak menonjol di kelas. Ia menggantungkan semua nilainya kepada bantuan Kinan, sahabatnya. Namun suatu pagi, ia bangun dan d...