O.N.S

12 0 0
                                    

Terbangun dan sadar sesuatu yang salah terjadi. Ya, sepeka itu otak gue, tapi selemah itu juga hati gue. Brengsek!!

Gue, melihat ke bawah, ke perut gue yang tertutupi selimut, tapi gue yakin kalo di baliknya polos. Lalu melihat ke arah sebuah tangan yang melingkari dengan nyaman dibawah sana.

Dengan posisi miring ini, dan rasa berat di bahu gue, gue nggak akan bisa noleh kecuali mau ambil resiko. Resiko langsung nempel ke muka orang yang ada di sebelah gue.

Oke, ini bukan melodrama dimana si wanita terbangun panik karna sadar sedang tidur dengan laki - laki asing nan kaya dan single. Tapi ini drama thriller sepertinya, karna si wanita harus cepat - cepat pergi sebelum di temukannya bukti dari tunangan sah si lelaki dan berakhir di rumah sakit.

Sepertinya...

Ya, gue sepertinya tau siapa orang yang ada di sebelah gue. Karna sisa - sisa kebodohan gue semalam tiba - tiba berputar di kepala.

Dasar bodoh, gue!

Dan akhirnya, gue dengan setengah mati sambil menahan nafas, coba untuk memindahkan tangan yang ada di perut gue dan menggeser si empunya ke sisi lain, dengan sangaaaaaaaaat pelan. Dan slow motion.

Mati gue kalo dia bangun.

Dan baru panik mencari baju yang bisa di pakai untuk pulang. Iya, tiba - tiba barang gue entah terpisah - pisah dimana. Tapi seingat gue, gue perlu baju luar untuk menutupi baju seksi laknat itu!

Sial!!!!

Sambil beringsut dari ranjang besar nan nyaman ini, gue harus menyipitkan mata dan fokus mencari dimana dress, "itu" gue, tas, dan ponsel gue. Dan berharap dia nggak bangun sampe gue udah keluar dari kamarnya.

Kamar hotel, untungnya.

Coba kamar pribadi, gue mau nangis beneran aja.

***

"Eh... Gue kira lo nggak masuk?!" teguran pelan dari kubik sebelah gue, tepat setelah gue bisa duduk di balik kubik gue sendiri dengan nafas yang tersisa satu satu.

"Brengsek." saut gue pelan dan mulai menyalakan CPU.

Gue bisa dengar suara tawa licik tetangga kubik gue. Oh, jelas! Dia adalah otak dari semua hal yang terjadi ke gue dari malam - pagi ini. Dan berhasil pulang adalah mukjizat.

Habis ini gue yang harus main petak umpet sama laki - laki itu yang identitasnya nggak akan gue ungkap, kecuali gue keceplosan.

"Kita ada rapat ya, lo siap, kan??" tangan tetangga gue asik aja menarik pelan ekor kuda gue yang baru aja gue ikat.

Gue berdehem pelan dan mulai bekerja. Mengecek materi rapat, mengecek daftar peserta rapat. Fotocopy materi. Dan menata di ruang rapat.

Itu tugas gue.

Ah, lupa. Lo semua pasti mau tau siapa gue. Mahluk Tuhan yang super biasa aja, yang hidup menjomblo selama 25 tahun, dan punya pekerjaan bagus di sebuah perusahaan besar. Walaupun cuma jadi bagian suruh - suruh aja.Tapi gajinya bisa buat jajan cireng segrobaknya.

Panggil gue Noka.

Dan mahluk yang tadi nyapa - nyapa gue, dia Friska. Jangan tanya dia siapa. Ntar gue pusing jelasinnya.

"Jam berapa meeting?" tanya gue sambil mengintip kubik Friska.

Dia menoleh sebentar dan melirik ke jam tangannya. "Jam sepuluh. Bokap yang pimpin."

Setumpuk CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang