Happy reading guys!💕
.
.
.
.
.Delvin bersekolah di salah satu SMA ternama di Jakarta, yaitu SMA Cakrawala. Delvin duduk di kelas 10 Bahasa. Bukan tanpa alasan Delvin memilih jurusan Bahasa, alasan Delvin adalah untuk mempelajari lebih banyak bahasa. Delvin memang sangat tertarik dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Semenjak SMP Delvin memang mempunyai cita-cita untuk pergi ke Inggris dan bersekolah di sana, maka sebab itu mulai dari saat itu Delvin melancarkan bahasa Inggrisnya dan mulai menabung. Padahal dulu saat di sekolah dasar ia sama sekali tidak tertarik dengan bahasa Inggris, ia biasa-biasa saja, bahkan tidak pernah mempunyai mimpi untuk ke luar negeri apa lagi ke Inggris.
Di SMA cakrawala walaupun terakreditasi A dan termasuk SMA favorit, kelas Bahasa angkatan delvin adalah kelas bahasa pertama setelah vakum bertahun-tahun. Maka dari itu masih banyak orang yang memandang rendah atau memandang sebelah mata kelas Bahasa ini.
Mereka berpikir kalau masuk ke kelas Bahasa susah mendapatkan pekerjaan, kalau masuk kelas Bahasa tidak bisa apa-apa, dan banyak pikiran pikiran negatif yang mereka pikirkan tentang kelas Bahasa.
Padahal mereka tidak tahu kalau jika masuk di kelas bahasa, banyak sekali pekerjaan yang menanti.Delvin sudah satu semester duduk di kelas Bahasa. Kelasnya sering mendapat ejekan dari kelas lain. Tapi kelasnya bisa membuktikan kalau ucapan negatif itu tidak benar dengan selalu memenangkan lomba yang sekolah adakan seperti short movie, lomba di class meeting, lomba di hari peringatan penting, dan lomba lainnya. Dan itu membuat delvin dan teman-temannya bangga. Tapi, dengan prestasi yang mereka miliki, kelas lain makin sering berkata buruk tentang mereka, untungnya semangat mereka tidak pernah luntur dan malah mereka semakin kompak.
*****
Pukul 06.15 Delvin sampai di sekolah diantar ayahnya yang langsung pergi ke kantor bersama ibunya untuk bekerja. Delvin langsung berjalan ke kelasnya, sesampainya di kelas Delvin duduk di kursinya lalu membuka novel yang baru saja ia beli saat pergi dengan orang tuanya Minggu lalu.
Setelah sekitar 15 menit Delvin membaca novelnya dan mulai larut di dalam ceritanya, ada seseorang duduk di sampingnya. Tanpa melihat pun Delvin sudah tahu bahwa itu adalah teman sebangkunya, Dhito.
"Buku Mulu yang diliatin, liatin aku nya kapan?" Tanya Dhito, dengan nada jenaka.
"Udah deh, jangan mulai ganggu aku. Lagi seru nih." Sungut Delvin yang sudah tahu kebiasaan Dhito.
"Hehehe, udah, nanti lagi bacanya" Dhito menutup paksa novel Delvin. "Kan udah ada aku" lanjutnya dengan percaya diri sambil senyum dan menarik turunkan alis tebalnya.
"Ih Dhito!" Delvin yang kesal memukul lengan Dhito, yang malah disahuti dengan kekehan.
"Jangan ganggu, nanti keburu masuk. Kamu sama novel lebih menarik novel tau!" Lanjut Delvin kemudian melanjutkan acara membacanya.Dhito menghembuskan nafasnya kasar, ia sebal pada Delvin. Ia pun beralih menjaili Delvin dengan berbagai cara sampai Delvin kesal. Tetapi saat Delvin ingin membalasnya, bel tanda masuk berbunyi.
"Ih Dhito! Awas ya km!" Ancam Delvin.
"Gak takut, wleee" ejek Dhito.
Tak lama wali kelas mereka masuk ke kelas, karena kebetulan hari ini adalah pelajaran sang wali kelas. Bu Ashri memasuki kelas lalu duduk di kursi guru. Otomatis semua murid duduk dengan rapih, kemudian sang ketua kelas mengkomando mereka untuk membaca do'a sebelum pelajaran dimulai. Setelah selesai mereka mengucap salam bersama.
“Memberi salam!”
“assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatu” ucap semua murid.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wa barakatu” jawab Bu Ashli.
“Selamat pagi anak-anak!” lanjutnya.“pagi Bu!” jawab semua.
“Karena sebentar lagi adalah hari kemerdekaan republik Indonesia, seperti biasa sekolah akan mengadakan beberapa lomba untuk ikut memeriahkan hari kemerdekaan kita. Jadi ibu akan memberitahukan informasi mengenai lomba-lomba yang akan di laksanakan nanti, sekalian menentukan siapa yang akan mewakilkan kelas kita. Paham?”
“Paham Bu!” jawab semua.
Bu Ashri pun menuliskan semua hal tentang acara lomba 17 Agustus, dari tanggalnya, perlombaannya, dan lain-lain. Setelah itu Bu Ashri menjelaskan yang ia tulis, lalu ia mulai menentukan siapa yang akan mewakili kelas pada setiap lombanya.
Anak-anak yang terpilih mengikuti lomba adalah anak-anak yang memang sudah sering ikut dan tidak diragukan lagi kemampuannya dan sering mendapat juara. Teman-teman yang lain pun setuju karena mereka yang terpilih memang bisa di andalkan. Walau nantinya mereka tidak menang, setidaknya mereka sudah melakukan yang terbaik.
Dari anak-anak yang terpilih, Delvin termasuk salah satunya. Ia di ajukan sebagai perwakilan dalam lomba membaca puisi dan membuat video. Dan memang Delvin ahli dalam bidang itu.Setelah selesai dan semua setuju, Bu Ashri dan yang lainnya berdiskusi tentang tema yang akan mereka angkat dalam lomba kali ini.
“Jadi tahun ini kalian akan mengangkat tema apa?” tanya Bu Ashri kepada seluruh muridnya.
“warrior Bu!” ucap salah satu anak laki-laki yang ada di barisan paling belakang.
“Apaan sih, gak nyambung” ucap anak perempuan di sampingnya.
“Suka-suka gua, namanya juga kan menyampaikan pendapat. Ya kan Bu?” jawab anak lelaki itu santai.
“iya, memang benar. Tapi sepertinya teman-teman kamu tidak setuju ya. Ada usulan lain?” kata Bu Ashri.
“Merah putih Bu!” ucap anak perempuan yang duduk di barisan tengah.
“apaan sih, jangan Bu, udah mainstream. Yang lain aja” balas anak laki-laki disampingnya.
“Mending gua nyumbang usul, daripada lu” balas anak perempuan itu, sebal.
“umm, gimana kalau temanya budaya di Indonesia aja Bu? Kan jarang, bahkan belum ada yang angkat tema itu” kata Delvin
“boleh tuh. Gimana anak-anak ada yang setuju dengan usul Delvin?” ucap Bu Ashri meminta persetujuan.
“udah Bu gas keun” kata Dhito, sambil tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya.
“Yang lain gimana?” tanya Bu Ashri lagi
“ya udah Bu, iya Bu” sahut semua.
“Okay kalo gitu deal ya, temanya budaya Indonesia?”
“Deal Bu!”
“Ya sudah sekarang kalian berdiskusi untuk apa yang akan kalian buat dan lakukan. Tolong Dhito pimpin ya. Ibu tinggal dulu, karena ibu masih ada kerjaan. Kalau sudah selesai, tolong kasih laporan hasil diskusi kalian ke ibu”
“Siap bu!!!”
“okay, selamat berkarya anak-anakku, ibu tinggal dulu, assalamualaikum”
“Wa'alaikumsalam bu”
Bu Ashri pun pergi meninggalkan kelas bahasa. Seluruh murid kelas bahasa pun mulai berdiskusi untuk menentukan semua yang akan mereka lakukan saat 17 Agustus nanti.
Beruntung kelas bahasa memiliki murid-murid yang kreatif, jadi mereka dengan mudah menentukan apa saja yang akan mereka tampilkan saat acara 17 Agustus nanti..
.
.
.
.
.
DON'T FORGET TO VOTE, COMMENT, AND SHARE!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak (NEW)
FanfictionDelvin merupakan seorang gadis berusia 15 tahun yang pandai mengarang cerita dan bersuara bagus. Kehidupannya berjalan dengan baik sampai ada suatu tragedi yang merenggut kebahagiaannya. Dapatkah Delvin menemukan kebahagiaan dalam hidupnya kembali?