Hari sabtu seperti biasa anak-anak kosan 01 sedang berkumpul di ruang tengah. Memang sudah menjadi ritual sepertinya karena banyak diantara mereka memilih berdiam diri di kosan daripada harus menghamburkan uang di luar.
Tapi kali ini bukan goleran biasa, anak kosan 01 sedang rapat, membentuk lingkaran di ruang tv semuanya menghadap Sandy yang sedang duduk dengan raut wajah serius.
"ini udah semua kan?" dalam hati Sandy menghitung adik-adiknya satu persatu. Dari mulai di sebelah kirinya Yohan memutar sampai sebelah kanannya yaitu Wildan.
Tidak ada yang kurang.
"doa dulu bang" celetuk Esa.
"lu kate mau pengajian tolil. Ini kan bang Sandy mau ngadain rapat" seloroh Hanan.
"bang, dimana-mana sebelum melakukan kegiatan itu hendaknya kita berd-" belum selesai Esa ceramah sudah dipotong suara Dodo "AMIIIIINNN~"
Iya, Dodo mirip anak-anak kecil di masjid yang kalau shalat berjamaah suka teriak paling kencang itu.
Esa kemudian memasang raut wajah kesal.
"ini kenapa bang ? beneran deh gue takut kalo abang udah pasang muka begitu" kata Joan yang di dalam kepalanya sambil mengingat kembali kesalahan apa yang dibuat selama seminggu ini. Bisa saja dia penyebabnya.
"abang mulai yah" kata Sandy dengan suara pelan.
"sebenernya abang cuman mau ngingetin jadwal piket harian yang sudah kita semua sepakatin. Karena akhir-akhir ini abang ngerasa kalian semua lalai sama jadwalnya" jelas Sandy.
Yang lain yang merasa tersindir menundukkan kepala, termasuk Joan yang tadi sudah mengantisipasi hal ini di kepalanya.
"satu, itu cucian di dapur. Kan kita sepakat untuk langsung cuci peralatan makan masing-masing setelah pakai. Tapi waktu itu abang liat piringnya menumpuk akhirnya abang yang cucikan"
Lanjutnya, "kedua masalah laundry. Kita kan sudah di fasilitasi mesin cuci. Kalau ada baju kotor yah harus segera di cuci dong, kalau di biarkan pasti akan menumpuk. Itu kan kesadaran dari masing-masing individu"
Kemudian Sandy menghela nafas sebentar, ia tidak butuh kertas untuk mencatat semua kata-kata yang akan di sampaikan kepada adik-adiknya ini. Ia sudah menyusun rapi di ingatannya selama beberapa jam terakhir sebelum rapat.
"ketiga, kerja bakti untuk menyapu dan mengepel lantai kan sudah di bagi perkelompok. Tapi kemarin yang abang lihat menyapu hanya Tyo dan Yuda. Sisanya pada kemana?"
Sandy kemudian menatap Hanan, merasa terpojokkan Hanan membela diri "maaf bang, gue lalai. Minggu ini hectic banget bang urusan praktikum di workshop terus gue lemburan juga".
Kemudian Sandy mengangguk, ia memahami bahwa Hanan ini selain kuliah juga harus sambil bekerja.
"tapi bukan berarti kamu bisa lalai sama kesepakatan yang sudah di buatkan?" ujar Sandy sambil tersenyum. Manusia mana yang tidak luluh lantah melihat Sandy seperti itu. Hanan rasanya ingin mengakui semua dosa-dosanya pada Sandy malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resident O1
FanfictionCerita tentang keseharian yang ajaib dari 11 manusia yang tinggal di Kos an 01. Berbagai macam cerita mewarnai perjalanan mereka selama bernaung diatas atap yang sama.