Tasokare - Urata

374 48 3
                                    

Tasokare adalah waktu di antara siang dan malam. Tidak bisa disebut siang sebab matahari sudah terbenam, disebut malam pun tak bisa karena belum juga gelap.

.
.
««※Tasokare - Urata※»»
.
.

"Hanya di waktu seperti ini, aku bisa bertemu dengan kalian."

Langit berwarna jingga kala itu. Udara dingin musim gugur membuat Urata bersedekap menghangatkan diri dalam hoodie-nya.

Senra menarik kedua temannya untuk duduk di sofa yang sudah agak lapuk, berhadapan dengan Urata. "Belakangan Ura-san terlihat sibuk. Kami tidak mau mengganggu, jadi...."

"Kalian tidak mengganggu," potongnya. "Datang saja. Walau cuma sebentar, tidak apa."

"Ah, pokoknya lain kali kita harus makan cake! Masa ulang tahun Urata-san cuma dirayakan dengan minum teh?" protes Shima. Sakata hanya manggut-manggut, sembari meminum teh melati pemberian Urata.

"Di tempat kalian pasti dingin. Setidaknya, aku harap minuman ini bisa menghangatkan kalian," ujar Urata sambil menutup jendela, menghalau angin dingin yang mencoba merasuk. Jemarinya kini ternoda oleh debu tebal yang menempel pada kaca jendela.

"Belakangan ini langitnya mendung.  Kita juga jadi sulit untuk bertemu," gumam Urata. Kesunyian merebak di antara mereka untuk sesaat, di saat bersamaan, jarum jam antik di dinding masih terus bergerak.

"Oh iya, meski tidak ada kue tart dan lilin, Urata-san tetap harus membuat harapan!"

"Harapan?"

"Itu lho, yang biasa dilakukan oleh seseorang yang berulang tahun sebelum meniup lilin." Sakata menuturkan sambil menggenggam tangan Urata yang kini duduk di sampingnya.

"Selamat tinggal, Urata-san."

"Datang saja. Walau cuma sebentar, tidak apa."

Apanya yang tidak apa? Naif sekali.

Urata tak kuasa menitikkan air matanya. Kakinya melangkah keluar dari apartemen tak berpenghuni itu. Gedung itu telah ditutup sejak kebakaran besar 2 tahun lalu, dan menewaskan banyak orang. Nahas, ketiga sahabat Urata tak terselamatkan.

"Seandainya ... hari itu aku datang lebih cepat, mungkin kita bisa terus bersama hingga akhir."

Tasokare juga adalah waktu saat dua batas dunia melebur, dan kadang 'sesuatu' yang bukan lagi manusia ikut terlihat.

Hanya di waktu seperti itulah, Urata bisa melihat dan bertemu kembali dengan ketiga sahabatnya.

Karena mereka tak mungkin kembali, Urata memanfaatkan apapun untuk bisa bertemu lagi. Walau hanya satu jam atau semenit, baginya tidak apa-apa.

Walau aku harus patah hati ketika lembayung senja itu lenyap, setidaknya aku sempat bahagia sebelum langit menjadi gelap.

-OWARI-

11.8.19

Singkat Cerita - Utaite Oneshots✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang