20. Dramatic Irony

2.3K 415 342
                                    

"Byan, bagaimana menurutmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Byan, bagaimana menurutmu?"

Byan menatap presensi Wendy tengah berdiri anggun di hadapannya setelah tirai di buka. Dua asisten desainer di sekeliling Wendy tak bisa menyembunyikan wajah takjubnya menatap Wendy yang begitu cantik tengah melakukan fitting gaun pengantinnya hari ini.

Wendy bak boneka porselen dengan kulit seputih susu, kedua kelereng biru, juga surai ikal panjang berwarna blonde. Bahkan bila Wendy mengaku adalah seorang bintang yang biasa bermain di Broadway, pasti tidak ada yang menduga ia sedang berbohong.

"Apakah aku terlihat cantik?" Wendy bertanya kembali dengan tak sabaran. Berharap Byan akan melontarkan pujian. Seolah pengakuan Byan adalah segalanya baginya.

Byan memandang Wendy dari ujung kaki sampai ke ujung kepala sembari mengusap ujung dagu runcingnya dengan ibu jari beberapa kali. Ia tengah duduk di sebuah sofa dengan kaki berlipat yang sebelahnya ia tumpukan pada paha kiri. Aura arogansinya begitu kental yang sialnya justru menambah ketampanannya ribuan kali.

"Cantik," komentar Byan singkat. Namun cukup membuat Wendy kegirangan mengingat Byan memang irit bicara.

Tanpa Wendy ketahui, Byan sebetulnya menatapnya tanpa minat. Pikiran Byan sedang di sibukkan dengan hal yang beberapa hari belakangan mengusik ketentramannya.

Tentang Hee Sae, Kris juga Anna yang masih abu-abu baginya.

"Apa gaun ini tidak terlalu terbuka?"

Wendy kemudian menggerakan tubuhnya berputar. Menunjukkan pada Byan potongan gaun berwarna putih tulangnya. Bagian punggunggnya terekpos jelas hingga nyaris ke pangkal, belum lagi bagian dadanya berpotongan rendah hingga belahan dadanya yang padat menyembul menggoda. Bahu Wendy yang polos juga tak kalah mencuri perhatian.

Sayang semua itu sama sekali tidak menarik bagi hormon Byan.

"Tidak. Aku malah senang karena semua itu tidak akan membuatku kesusahan saat membukanya nanti," timpal Byan cuek. Ia mengendikkan kedua bahunya yang lebar.

Merasa kalimatnya barusan sama sekali tidak mengundang kekehan dua asisten desainer di samping Wendy yang jelas menyimak. Wendy tersipu hingga kedua pipi memerah. Di dalam hatinya bergejolak senang Byan terang-terangan menggodanya di hadapan umum. Merasa menang mutlak atas kepemilikan prianya.

"Biasanya pengantin pria sangat posesif bila mempelai perempuan memilih gaun yang terbuka. Tapi anda justru memiliki pendapat yang berbeda, Tuan."

Akhirnya salah satu dari mereka berani bersuara. Semakin iri pada Wendy yang memiliki calon pengantin pria yang luar biasa tampan juga agresif macam Byan.

"Calon pengantinku memiliki tubuh yang sangat indah. Tidak ada alasan untuk tidak memamerkannya pada semua orang di hari penting kita? Benar 'kan Wen?"

Byan menanyakan pendapat Wendy.

Wendy mengangguk setuju dengan rasa puas. Inilah yang Wendy sukai dari Byan. Ia sangat berpikir modern dan terbuka akan segala hal. Meski dulunya ia bisa di sebut orang kampung, Byan sama sekali tidak menunjukkan tingkah kolotnya pada setiap perubahan yang di sebabkan arus global.

𝐃𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐢𝐜 𝐈𝐫𝐨𝐧𝐲 ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang