Studio lukis milik Nino hari ini tidak banyak orang. Biasanya beberapa kenalan Nino datang untuk melakukan transaksi jual-beli karya Nino, atau sekedar melihat-lihat karya Nino baik yang telah selesai maupun masih dalam proses. Tapi hari ini, hanya ada Kemala. Nino sengaja mengumumkan bahwa studio lukisnya tidak bisa dikunjungi dari pagi hingga menjelang sore, apalagi kalau bukan karena Kemala.Kemala datang dengan tas dan peralatannya sendiri. Tidak banyak sih, karena di studio peralatan dan perlengkapannya sudah lengkap. Dan Nino sama sekali tidak keberatan pacarnya itu menggunakan alat-alatnya.
Kemala dan Nino sedang duduk bersisian, ada buku sketsa yang berisi ilustrasi-ilustrasi milik Kemala. Buku tersebut diletakkan di atas meja tracing. Kemala tepat di depannya, Nino di sebelah Kemala. Lelaki itu sama sekali tidak melepaskan perhatiannya dari buku di atas meja.
Suasana ruangan yang hanya diisi oleh dentingan jarum jam di dinding terasa sunyi. Lagu milik SZA bertajuk Broken Clock terdengar mengalun dari speaker yang disambungkan ke handphone Nino. Kemala duduk di sebelah pacarnya dalam keheningan, membiarkan Nino menilai karyanya yang sebenarnya baru rampung tadi malam.
"Jadi, gimana?" tanya Kemala, tanpa bisa menutupi rasa gugupnya.
Nino membuka lembar demi lembar. Kepalanya mengangguk pelan, "Oke."
"Oke aja?" desak Kemala.
Laki-laki di sebelahnya tertawa kecil. Momen seperti ini selalu saja membuatnya merasa hangat. Kemala sudah sejak lama mendapuknya sebagai komentator sekaligus juri nomor satu untuk setiap karyanya. Padahal, Nino sudah pernah bilang kalau gaya lukisan mereka berbeda. Kemala tidak bisa selalu bergantung pada opininya.
Tapi memang dasar Kemala, dia selalu mengabaikan kata pacarnya.
"Bagus, sayang," jawab Nino.
"Yang terakhir? Should I change it?"
"Why would you?"
"Just.. In case it's not good," Kemala terlihat ragu menjawab.
Nino menggeleng menanggapi ketidakpercayaandiri pacarnya. "Konsepnya udah bagus, setiap gambarnya juga udah mewakili puisi-puisi yang kamu tulis. Well done."
"Oke.. Jadi menurut kamu aku udah bisa serahin ke tim kan?" tanya Kemala, kepalanya menoleh sedikit pada Nino.
Jarak di antara mereka hanya beberapa sentimeter. Tidak jauh, dan cukup dekat untuk saling merasakan napas satu sama lain. Nino memandanginya balik ketika Kemala menolehkan kepalanya.
"Yea." Jawab Nino sambil memandangi wajah Kemala dengan teliti. Pandangannya turun ke arah bibir Kemala yang merona merah muda akibat olesan tipis liptint.
"Really?"
"Uh-um," Nino mengangguk.
Mereka terdiam beberapa saat, sebelum Nino mengurangi jarak di antara mereka berdua dengan cepat. Hingga tidak ada jarak tersisa dan bibir mereka saling bersentuhan. Kemala memejamkan mata, membiarkan Nino bergerak lebih dalam. Dirasakannya telapak tangan yang kasar dan hangat merengkuh rahang Kemala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara dan Kemala
RomanceAksara Rasyid Malistyo adalah orang yang terbiasa hidup cukup, bahkan lebih. Dari lebihnya hidup Aksara, dia diajarkan untuk senantiasa berbagi kepada yang kurang. Hingga dia tumbuh menjadi laki-laki yang berprinsip, bahwa sekecil apapun kebaikan ya...