[1/10]

16.5K 1.6K 140
                                    

Hari itu aku tak mengira ...

—————

Merasa diperhatikan oleh sepasang mata, Halilintar bertanya, “Ada apa, (Name)?”

“Ti-tidak apa-apa,” jawab (Name) dengan gugup. “U-um, Halilintar ...?”

“Ya?”

“A-ah! Nggak jadi, deh.”

Sudah keempat kalinya Halilintar memergoki (Name) memandang dirinya intens. Memang pada dasarnya pacarnya itu seorang pemalu, jadi terkadang susah untuk berbicara pada Halilintar.

“(Name)?”

“Ma-maafkan aku! Jangan marahi aku, Lili!”

“... Eh?”

“Tadi kamu panggil aku apa?”

Refleks (Name) menutup mulutnya dan menggeleng cepat. Sungguh tadi itu tidak sengaja. Ketika mata bertukar pandang dengan Halilintar, mukanya spontan pucat karena tatapannya menggambarkan kemurkaan.

“Li-lili ... Ja-jangan marah dulu!” Sebenarnya seseram apa muka Halilintar sehingga membuat (Name) ketakutan. “Gini loh- namaHalilintarkanpanjangdanbanyakyangpanggilkamugitujadiitupanggilankhususdariakubiarbedadariyanglain.”

“Bicaramu terlalu cepat, (Name),” keluh Halilintar. “ ... intinya itu panggilan khusus untukku, 'kan?”

“Huwaaa! Jangan marah--!”

'Aku nggak marah, meski panggilannya kayak ke cewek, sih.'

Halilintar menghela napas pelan. “Terima kasih, (Name). Aku suka, kok,” ujarnya seraya tangan yang mengusap kepala (Name) dengan lembut dengan diiringi senyuman tipis andalannya.

.
.

Bonus

“Kamu nggak marah, 'kan?”

“Astaga, kamu harus katakan itu sampai berapa kali, sih?”

“Ha-habisnya dari tadi Lili melihatku terus.”

—————

... Dia begitu manis saat dirinya gugup karena ulahku sendiri.

My Shy Girlfriend (BoBoiBoy Halilintar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang