Bel berbunyi, tanda jam isirahat dimulai. Ken melihati gurunya yg berjalan keluar kelas dengan pandangan tajam penuh amarah dari bangku ujung belakang sambil memasukkan buku bukunya ke dalam laci mejanya.
"KEN!" teriak Steffi tepat di depan telinga Ken.
Ken terkejut, dan mengalihkan pandangannya ke Steffi.
"Paan sih! Bikin telinga gua budek aja lo"
"Selow aja kali liatin emaknya, kek mo ditinggal ke luar planet gitu" ejek Steffi.
"Emak lu ! Awas gua mo ke kantin" Ken beranjak dari tempat duduknya.
"Ikuuuut"
Steffi adalah teman sebangku Ken sejak kelas 1 SD. Rumah Steffi hanya berjarak 6 rumah dari rumah Ken.
Baru sampe di depan kelas, Ken mendengar namanya dipanggil dari jauh. Dan ternyata adalah panggilan dari malaikat pencabut nyawa alias Pak Zul.
"Ikut ?" Ken bertanya kepada Steffi dengan lemas. Dia sudah membayangkan apa yang akan terjadi padanya saat dia mendatangi gurunya itu.
"Gak :)" Jawab steffi dengan senyum yang lebih lebar dari senyum joker dan langsung lari ke kantin.
Ken berjalan dengan sangat lambat menuju pak zul yang berdiri di seberang lapangan.
"Kamu tau kenapa saya panggil kamu ?" Tanya Pak Zul dengan tangannya di pinggang
Ken diam. Dia hanya mengangkat kedua bahu nya, sebagai tanda tidak tau atau mungkin tidak mau tau.
"Ikut saya!"
Pak zul berjalan menuju ruang guru. Ruang yang teramat amat dibenci Ken.
"Badannya lebih besar. Sudah kelas 6. Tapi kalah sama kamu yang masih kelas 4 ini, kecil pula. Kamu tau papanya jojo datang ?
"Lemah! Cowok apaan! Udah gede, tua, tapi bawa bawa orang tua hehe" Jawab ken ketus dengan senyum naik sebelah.
"Sudah! Kamu ini cewek! Bertingkahlah seperti anak cewek yang sewajarnya! Jangan malah kelahi! Sama anak cowok pula! Sekarang ke lapangan hormat ben...."
Kriiiiiiing..... Bel masuk berbunyi menyelamatkan Ken dari panasnya api neraka.
"Saya harus ke kelas pak. Selamat siang" Ken langsung berlari keluar ruang guru dan menuju kelas.
.....
Sepulang sekolah Ken dijemput ayah nya. Ken yang berjalan menuju gerbang dan melihat ayahnya yang masih mengenakan baju dinas sedang berbincang dengan Pak Jul di depan gerbang.
"Oh maaannnn!!! " Guman Ken dalam hati.
Ayah melihat Ken dan seolah memberi tanda ke Pak Zul kalau ken sudah keluar. Pak Zul bersalaman dengan ayah Ken dan pergi menuju mobilnya. Ayah juga pergi menuju mobil dan langsung menyalakan mesin.
Dug!!! Ken membanting pintu mobil.
"Pintunya salah apa?" Tanya ayah nya sambil menyetir keluar area sekolah.
"Enggak. Yang salah ayah, jemputnya kecepetan" ujar Ken kesal karena ia berfikir kalau Pak Zul pasti lapor yang macam macam ke ayahnya.
"Mau ngakuin kesalahannya sendiri apa ayah yang sebutin kesalahannya duluan?"
Huuuffftt ... Ken menghela napas. Iya masih kesal karena kesialannnya hari ini.
"Bela teman salah gak yah ?" Tanya Ken.
"Bela yang seperti apa?" Tanya ayah balik.
"Temen dedek beli makanan sama sama dedek, pas udah bayar makanannya dirampas sama kakak kelas. Ya dedek rebut lagi makanannya baru dedek balikin ke temen dedek" Jawab Ken menjelaskan kronologis kejadian tadi siang
"Rebut tanpa nyentuh kan bisa.."
"Tapi yah..."
"Ayah belum selesai, jangan dipotong" ujar ajah agak sedikit membentak
Ken menundukkan kepalanya. Ken paling takut kalau ayah marah padanya. Ken adalah anak bungsu. Ayah sangat memanjakannya. Bisa dibilang Ken adalah anak ayah yang paling cengeng. Kedua abangnya sering menjahili Ken, namun Ken tidak berdaya melawan abangnya yang sudah SMA. Abang Ken kembar, namanya Yoga dan yogi.
Sesampainya di rumah, Ken meminta maaf ke ayahnya dan berjanji tidak akan membuat masalah di sekolah lagi.
Ken yang terkenal sangat nakal dan suka berkelahi ini merupakan murid yang sangat cerdas. Setiap semesternya, Ken selalu mendapat ranking 1. Kecerdasan Ken yang berlebih ini membuat membuatnya selalu bisa memberikan sejuta alasan atas kelakuannya. Hal itu yang membuat guru guru Ken pusing bagaimana akan menghukum Ken.
Sampai akhirnya Ken lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEN
Teen FictionMenjadi siswi yang berprestasi bukanlah hal sulit bagi Ken. Baginya, yang sulit itu mengikuti semua aturan yang harus dipatuhinya. Belum lagi beban menjadi anak orang penting di jakarta