Benih-benih cinta

13.7K 569 151
                                    

Akhirnya dengan gaya bicara Arya yang dewasa. Tutur bahasanya yang sopan, dan dengan berbagai macam penjelasan, Arya bisa membuat sepasang suami istri pak Suratno dan ibu Ningsih bisa mengerti. Mereka bisa memahami jika Arya tidak bisa menikah dengan anaknya, Dewi.

Sikap santun dan penjelasan yang masuk akal, juga tidak membuat kedua pasangan suami istri itu lantas menjadi benci kepada Arya. Mereka tetap ramah, dan masih menjalin hubungan baik dengan Arya dan ibu Sumi.

Akan tetapi berbeda dengan orang tuanya. Penolakan Arya agar menikah dengan Dewi, membuat wanita berambut pirang palsu itu, semakin uring-uringan. Menangis dua hari dua malam menjadi pelampiasan, sebagai bentuk rasa kekecewaannya.

Tapi mau bagaimana lagi? Meski cinta itu datang tidak di undang, tapi cinta juga tidak bisa dipaksa untuk datang. Arya juga tidak ingin main-main dalam menjalani hubungan rumah tangga untuk kedua kali. Selain itu Arya juga mempunyai banyak alsan, untuk tidak bisa menerima Dewi menjadi istri keduannya.

Intinya Arya tidak mencintai Dewi. Karena pada hakikatnya, pernikahan adalah menyatukan dua hati yang sang saling mencintai. Jika hanya ada cinta di satu hati saja, maka rumah tangga akan berjalan pincang. Meskipun Dewi seorang wanita yang cantik, masih muda, dan menggariahkan, tapi sebenarnya bukan itu yang Arya cari.

Dan pada akhirnya, karena hati yang merasa terluka, dan kecewa, sehingga Dewi dengan berat hati memutuskan untuk melanjutkan kontraknya menjadi TKI di Luar Negeri. Dewi belum siap jika harus terus-terusan melihat laki-laki yang dicintai, namun tidak bisa ia miliki.

Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa sudah hampir dua bulan lebih antara Arya, Bagas, dan ibu Ratna sudah saling mengenal.

Hubungan mereka bertiga semakin hari, makin terasa hangat.

Benih-benih cinta yang ada di hati bu Ratna kepada Arya, juga semakin tumbuh dan berkembang. Namun hingga saat ini, baru sinyal-sinyal cinta saja yang bu Ratna bernai berikan. Ia masih belum siap, untuk mengutarakan langsung, apa yang ada di hatinya. Meskipun begitu, ibu Ratna sangat menikmati perasaannya. Bisa selalu dekat dan melihat Arya tiap hari saja, ibu Ratna sudah sangat bahagia.

Sejak ibu Ratna sering membantu Arya, memberikan arahan bagaimana cara memulai suatu usaha. Arya dan ibu Ratna memang jadi lebih sering bertemu, keduanya juga sering pergi bersama untuk keperluan usaha baru yang mereka kelola. Oleh sebab itu antara Arya dan ibu Ratna juga semakin terlihat sangat dekat. Namun Arya tetap memberikan batasan, ia masih sangat menghormati ibu Ratna sebagai orang baik yang sudah banyak jasa padanya.

Dan kini, dua bulan sudah berlalu, usaha yang dikelola Arya sudah berjalan normal. Arya sudah bisa mengurus usahanya sendiri dengan bantuan lima orang karyawannya. Namun meski Arya sudah bisa mengurus usaha sendiri, tapi tetap saja, ibu Ratna selalu rutin menemui Arya dengan alasan mengontrol pembukuan. Paling tidak dalam seminggu bisa empat kali ibu Ratna memeriksa laporan keuangan di tempat Arya. Padahal untuk usaha-usahanya yang lain, ibu Ratna cukup menerima pesan Whatsap atau email untuk menerima laporan keuangan dari orang-orang yang dipercayakan untuk mengurus cabang usaha atau bisnisnya.

Semua itu ibu Ratna lakukan, semata-mata hanya ingin tetap dekat, dan selalu bisa melihat Arya.

Begitu juga dengan Adnan, anak berusia lima tahun itu, seperti menemukan sosok ibu, pada diri ibu Ratna. Karena hampir setiap hari Adnan yang memang belum sekolah itu sering diajak Arya ke toko matrealnya. Sehingga mau tidak mau, waktunya kini sering dihabiskan bersama ibu Ratna kalau pagi.

Dan sore harinya, giliran Bagas yang menemani Adnan bermain.

Semenjak Arya mempunyai usaha baru, tentu saja ia sudah tidak pernah lagi menampakan tubuh gagahnya di depan Sekolah Bagas. Arya sudah tidak lagi menjual aksesoris dan mainan anak-anak. Ia sudah sibukan dengan rutinitasnya yang baru.

Oh.. Mas AryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang