Cinta Bukan Drama Korea

39 8 7
                                    

Setiap hati ingin untuk disinggahi, setiap rasa ingin untuk saling memiliki. Setiap aku dan kamu ingin untuk menjadi kita, dan setiap kita ingin untuk saling bersama. Dan kebersamaan hanya akan ada dikisah aku dan dia.

Namaku Arsya Farika, seorang perempuan yang masih perawan yang berkerja di Jakarta selatan. Aku suka menulis, menulis kisah yang tidak pasti. Mirip banget dengan hati. Kepastian? Hah iya, aku ingat dengannya.

Dia pria yang berhasil membuat cinta tumbuh di hati seorang Arsya. Semua orang mengakui kalau hatiku ini tidak tersentuh dengan segala rayuan belaka, apalagi percaya dengan suatu hal yang bernama cinta. Karena bagiku cinta hanyalah suatu rasa yang berujung pada luka saja.

Sebenarnya Ia bukanlah pria yang menebar luka untukku,  Ia hanya meninggalkanku pada waktu yang tidak tepat saja. Bahkan aku belum sempat mengucapkan "Sorry,  I Love You Too"  untuknya. Siapa yang menorehkan luka diantara kami? Siapa yang meninggalkan tanpa mengucapkan suatu hal yang pasti? Dan siapa yang salah di kisah ini? Jawabannya hanya dua kata yaitu "Tidak ada"

Ya, tidak ada yang pantas untuk disalahkan. Karena menurutku kembali pada definisi pertama,  Cinta hanyalah rasa yang berujung pada luka saja. Dan kepastian tidak akan ada didalam dunia nyata,  karena kamu hanya akan terus-terusan merasakan kehampaan dibalik semua rasa. Karena itu,  lebih baik berhenti memikirkan masa lalu atau kamu boleh mengenangnya tapi tidak untuk mengulangi semuanya.

Usiaku masuk 17 tahun dimana semua para remaja merasakan cinta pertama nya. Menikmati senja bersama pacar atau meminum kopi di Cafe pinggir jalan,  itu seperti kebiasaan yang sangat wajar dikalangan remaja. Aku kerap sekali melihat semua pemandangan itu tatkala pulang sekolah,  semua orang pulang menaiki motor pacarnya sedangkan aku. Aku hanya bisa berjalan kaki untuk sampai digerbang sekolah.

"Pulang sendirian lagi?" tanya Pria yang teramat menjengkelkan menurutku.

"Enggak" ucapku asal.

"Tapi kamu sendirian aja disini" ucap pria itu dan membuka penutup helm nya. Wajah yang selalu menjengkelkan itu membuatku memutar bola mata malas.

"Udah tau sendiri,  pake nanya lagi" ucapku kesal.

"Kalau kamu marah gini terus sama aku,  kapan dong bisa cintanya?" Ucap pria itu terkekeh.

"Woi Arka,  yang mau cinta sama Lo itu siapa? Berhenti deh deketin gue kek gini,  muak tau nggak" ucapku tanpa menghiraukan perasaan pria itu.

"Yang cinta sama aku kan kamu, dan aku nggak mau berhenti deket-deket sama kamu Arsya" ucap Arka dengan senyuman menyebalkannya. Aku menatap pria itu dengan jengkel,  sambil merapalkan doa. Aku memohon papa segera menjemputku dan aku bisa menghindar dari kucing garong berwujud manusia ini.

"Gue nggak peduli,  yang gue tau cinta itu nggak seindah drama korea. Dan tentunya gue nggak mau ngerasain apa yang namanya cinta" ucapku.

"Jangan bohongin hati kalau kamu nggak mau merasakan apa namanya cinta,  karena orang yang dihadapan kamu saat ini akan berhasil membuat kamu percaya dengan cinta" ucap pria itu lalu menutup kembali penutup helmnya.

"I don't care!" teriakku kesal. Akhirnya papa menjemputku,  tanpa basa-basi dengan pria itu aku langsung menaiki motor papa dan menatap lurus ke arah jalan. Dan tak menghiraukan pria tampan yang sedang tertawa geli melihatku dari kejauhan.

***

Malam ini bintang tampak tidak bersahabat dengan langit, sangat terlihat dari kecerahannya yang begitu kelabu. Aku yang sedang duduk diteras rumah menjadi malas melihat pemandangan langit yang tidak baik seperti ini,  langkah yang enggan dan cenderung bosan aku memilih untuk kembali ke dalam kamar, menikmati ranjang empuk yang selalu menerimaku dikondisi apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arsya & Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang