[❗] Budayakan Vote sebelum membaca! Satu Vote dari kalian sangat mendukung cerita ini berkembang.
[❗] Comment biar aku seneng✍
[❗] Jangan jadi silent reader, plis. Hargai penulis, berikan tanggapan positif. Jika ada kritik, sampaikan dengan bahasa yang baik.
And
Happy Reading 📖
☄️
" Eh, es krim siapa , tuh?" seru seorang cowok dengan paras tampan dan rambut hitam legam. Dia Edo. Cowok itu menunjuk es krim di atas meja kosong.
Devi, Anas, Tifa, dan Dhita menoleh serempak ke arah yang
ditunjuk Edo. Devi, cewek cantik dengan rambut tergerai yang paling maniak dengan es krim menelan ludah kasar.Tiga detik kemudian, Anas menoleh ke arah Devi dengan pandangan jenaka. "Sangat menggoda iman, 'kan, Dev?" tanyanya bermaksud menggoda.
Devi menatap Anas datar. " Gak usah diperjelas," sinis cewek dengan rambut tergerai itu. Anas memang begitu. Cowok gila dengan paras tampan yang selalu bisa menggoda teman-temannya, seperti barusan contohnya.
Anas tertawa bersamaan dengan datangnya seorang cowok
mengambil cup es krim itu."Eh, itu si ketos, bukan?" bisik Tifa, selebgram SMA Merdeka.
Dhita mengangguk sebagai jawaban. Cewek cantik itu terkikik pelan membuat yang lain menatap cewek itu bingung.
"Kenapa, sih?" tanya Edo penasaran.
"Dia kalo jadi pemimpin tegas banget, tapi makannya es krim," balas Dhita disisa tawanya.
Devi berdecak pelan "Dia mah emang begitu. Kemaren aja gak tau diri bawa kuaci gue. Mau dibuat rapat osis katanya," ujarnya menatap Affan sinis.
Baru saja mereka ingin tertawa, Affan sang ketua OSIS tiba-tiba menoleh ke arah mereka. Cowok itu berjalan pelan menuju ke arah mereka membuat Edo menyikut bahu Anas. " Mampus dia denger."
Devi berdeham, berlagak sibuk mengaduk bubur ayamnya. Anas, Dhita, Edo, dan Tifa yang melihat itu lantas saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Affan berjalan pelan menuju Devi dengan menenteng satu cup es krim. Cowok itu tergelak "Sejak kapan lo jadi tim bubur di aduk?" serunya saat melihat apa yang Devi lakukan.
Devi menghentikan aktivitasnya. Eh? Benar juga. Sejak kapan dirinya mengaduk bubur sebelum dimakan? Devi melirik Affan sinis "Ngapain lo di sini?"
Streffano Maurer, atau panggil saja Affan. Dia adalah sahabat Devi dari SMP kelas 1. Cowok dengan paras tampan, rambut kecoklatan, dan kulit sawo matang. Dia dan Devi memang sangat lengket. Di mana ada Devi, ada Affan juga. Bahkan ada beberapa siswa yang salah paham dengan hubungan keduanya, menyangka bahwa mereka berdua menjalin hubungan lebih dari teman.
Tapi sampai sekarang, tidak ada hubungan spesial di antara keduanya. Hanya teman dan tidak lebih. Mungkin, istilah 'tidak ada yang benar-benar sahabat antara cowok dan cewek' tidak berlaku untuk mereka.
Affan tidak menjawab, kemudian menyodorkan es krim di tangannya "Nih, buat lo. Ganti kuaci kemaren!" ujarnya dengan menekan tiga kata terakhir, bermaksud menyindir Devi yang tadi mencibirnya.
Devi menatap es krim strawberry di hadapannya, kemudian beralih menatap Affan dengan tatapan memicing "Nyindir gue lo?" tudingnya.
Affan mengangkat bahu tidak peduli "Alhamdulillah kalo lo peka. Nih, es krim-nya."
Devi mendesis pelan kemudian mengambil es krim tersebut, membuka bungkusnya, kemudian memasukkan sesuap ke mulutnya.
"Sendirian aja, bos?" tanya Anas tiba-tiba membuat Affan yang awalnya menatap Devi, menoleh ke arah Anas, kemudian mengangguk singkat.
"Tadi Zidan sama Riko udah duluan ke ruang osis. Ada beberapa yang harus dikerjain soalnya," balas Affan. Anas mengangguk mengerti. Cowok itu kembali fokus dengan mangkuk baksonya.
"Oh iya, Nas, Do, jangan lupa, ya. Nanti sore latihan, soalnya Kamis udah tanding," ujar Affan mengingatkan.
"Beres. Nanti abis pelajaran terakhir gue sama Anas langsung ke lapangan basket," jawab Edo yang diangguki Anas.
Tifa yang mendengar itu menoleh "Tanding apa?" tanyanya penasaran. Cewek itu mengerutkan kening bingung, pasalnya dirinya tidak mendengar berita apapun di akun instagram resmi SMA-nya.
"Tanding bakset antar SMA," balas Dhita setelah meminum lemon tea-nya. Cewek itu mencabut satu tissue yang berada di tengah meja kantin.
"Kok lo tau, Dhit? Kok gue nggak?" tanya Tifa lagi.
Dhita menghela napas pelan "Kemaren gue tau dari Rizqi. Anak basket kelas sebelah," balas Dhita.
Tifa bergumam sembari mengangguk pelan, kemudian beralih menatap Affan "Kok announcement-nya belom dipost di medsos?"
Baru saja Affan ingin menjawab, Devi terlebih dulu menyela "Dia mah gada kuota," balasnya menatap Affan dengan tatapan jahil.
Affan menatap Devi sekilas, kemudian meraupkan tangannya ke wajah Devi "Gak usah sotoy. Nanti disebar kok. Tapi nunggu pengumuman dulu dari Pak Doni selaku penyelenggara. Katanya sih siang ini bakal diunggah," jelas Affan, kemudian menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "gue cabut dulu, ya. Edo, Anas, jangan lupa, ya nanti. Bye, Dep, jangan kangen." pamitnya kemudian pergi begitu saja.
"Diih, ngapain kangen sama lo! Kayak gak ada kerjaan aja!" seru Devi sembari menaruh cup es krim yang sudah habis ke atas meja.
☄️
Bersambung!
Hey, gimana? Beda kan dari versi kemaren? Jadi pastiin kalian baca, ya! Di sini aku bakal highlight Affan-Devi-lima sekawan. Bukan Devi-Anas-Lima sekawan kayak kemaren. Tapi tenang untuk yang nge-ship Devi-Anas, bakal ada kejutan di akhir! Jadi, baca terus, ya! 🥰
Gimana bab pertama? Suka? Bagus gak? Gimana perasaan kalian? Komen di sini, ya🤩👌
Dan komen NEXT sebanyak-banyaknya biar aku up cepet 🥰😋 makin banyak kalian komen, malin cepet aku update!
Follow ig @dvrhma._a
See you next part and stay safe❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Rasa (TAHAP REVISI)
HumorTAHAP REVISI! JANGAN JADI SILENT RIDER, PLIS! HARGAI PENULIS. SATU VOTE DAN COMMENT KALIAN DAPAT MEMBUAT CERITA INI SEMAKIN BERKEMBANG. ☄️ Semoga rangkaian kata ini bisa membuatmu menghargai siapapun yang datang, sebelum mereka pergi dan tidak aka...