|| Friendzone?°

912 43 7
                                    

[❗] Budayakan Vote sebelum membaca! Satu Vote dari kalian sangat mendukung cerita ini berkembang.

[❗] Comment biar aku seneng✍

[❗] Jangan jadi silent reader, plis. Hargai penulis, berikan tanggapan positif. Jika ada kritik, sampaikan dengan bahasa yang baik.

And

Happy Reading 📖

☄️

"Idiiih, sokap lo, kadal!" seru Devi saat Affan baru saja duduk di sampingnya.

Devi saat ini sedang duduk di bawah pohon rindang bersama Edo, Anas, Tifa, dan Dhita. Mereka baru saja selesai mata pelajaran Olahraga. Tifa dan Dhita sedang mencari filter, sedangkan Anas dan Edo sedang mabar. Devi sedari tadi hanya makan chiki di tangannya. Dirinya sedang tidak berselera untuk selfie ataupun melakukan kegiatan lain.

"Sokap apaan?" tanya Affan. Cowok itu merebut makanan ringan yang berada di pangkuan Devi.

"Sok akrab! Sini balikin snack gue!"

Affan memukul pelan tangan Devi yang ingin meraih snack membuat Devi sontak menjambak Rambut cowok itu "Balikin!" teriaknya kencang tepat di telinga Affan.

"Buset! Sakit kuping gue woi!" seru Affan memberontak dan terpaksa mengembalikan snack Devi.

"Beli dong makannya. Jangan kek orang susah!" Devi tersenyum kemenangan.

Affan mengangkat bahu "Kalo ada yang gratis kenapa harus beli," balasnya.

"Dih."

"Minta dong, Dep. Makan berdua siniiii. Pelit amat lo!"

Devi melirik Affan yang baru saja berbicara dengan wajah memelas. Ah, bukan. Lebih tepatnya sok memelas. Dengan wajah jutek, cewek itu memindahkannya snack dari pangkuannya ke tengah-tengah dirinya dan Affan "Untung temen lo baik!"

"Temen gue? Lo sahabat gue keles," balas Affan melirik Devi sinis.

Devi tidak menggubris. Cewek itu melirik Anas yang berada di samping kanannya. Cowok itu tampak sibuk memencet layar ponselnya. Sebuah ide jahil terlintas di kepalanya. Cewek itu melirik Affan kemudian melirik Anas.

Setelahnya, Devi mendorong tubuh Anas membuat ponsel cowok itu terjatuh. "Duuh! Apan! Lo rusuh banget siiii!" seru Devi menatap Affan kesal. Apan adalah pangilan khusus dari Devi untuk Affan. Panggilan kesayangan katanya.

Affan yang sedari tadi menikmati snack sembari melihat sekeliling sontak menatap Devi dengan tatapan bingung "Apa?" tanya Affan bodoh.

"Sorry, ya, Nas. Affan nih rese! Pake dorong gue lagi!"

Anas tersenyum "Santai," balas Anas, kemudian mengambil ponselnya dan melanjutkan permainannya. Cowok itu kalah.

Devi melongo melihatnya. Sesantai itu? Sejujurnya, Devi melakukan hal itu bukan semata-mata dirinya jahil. Dia hanya ingin membuat Anas marah. Cowok itu sama sekali tidak pernah marah kepadanya, padahal dirinya sangat sering merecokinya.

"Apaan woi! Bukan gue, enak aja lo fitnah orang!" protes Affan.

Devi menoleh ke arah Affan, kemudian cewek itu berdesis dan mendekatkan tubuhnya ke Affan "Diem deh luuu. Gue tuh mau ngetes Anas. Dia gak pernah marah sama gue. Gue kan jadi penasaran gimana rasanya dimarahin sama dia," jelasnya.

Affan menatap Devi dengan mengerutkan kening, kemudian beralih menatap Anas yang sedang sibuk dengan ponselnya. "Anas," panggilnya pelan. Devi menatap Affan horor. Apa yang akan dilakukan cowok gila itu?

Tanpa Rasa (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang