Aku sudah berusaha keras melupakanmu, tapi di banyak waktu tertentu, kenangan itu justu memberontak, memaksa keluar dari ruangannya.
Aku sering mengingat bagaimana saat dulu kita masih bersama.
☄️
[❗] Budayakan Vote sebelum membaca! Satu Vote dari kalian sangat mendukung cerita ini berkembang.
[❗] Comment biar aku seneng✍
[❗] Jangan jadi silent reader, plis. Hargai penulis, berikan tanggapan positif. Jika ada kritik, sampaikan dengan bahasa yang baik.
And
Happy Reading 📖
☄️
"Mau makan apa?"
Devi bergumam pelan, ekor matanya menyapu caffe-caffe yang ada di sekitar taman. Aldo menunggu Devi dengan sabar.
Dari samping, Aldo menatap Devi lamat-lamat. Gadis itu cantik. Aldo selalu suka dan nyaman berada di dekat Devi. Dia merasa, dia bebas melakukan apapun dan menjadi dirinya sendiri saat bersama dengan cewek itu. Ngomong-ngomong soal tebakan Devi, itu benar. Dia memang belum bisa melupakan cewek itu. Sulit.
"Makan mie ayam aja, yuk?" tawar Devi beralih menatap Aldo.
Aldo mengerutkan kening bingung, permintaan Devi melenceng dari apa yang ada di hadapan mereka saat ini. Taman ini hanya untuk caffe-caffe modern dan kekinian, tidak ada warung mie ayam, tetapi cewek itu malah berpikir ingin makan mie ayam?
"Mi ayam?" tanya Aldo memastikan. Devi mengangguk tiga kali. "Kenapa harus mie ayam?" tanya Aldo sekali lagi.
Devi memasang wajah berpikir "Entah ... Tiba-tiba aja pengen mie ayam, hehe," balasnya diakhiri cengiran.
"Tapi di sini nggak ada yang jual mie ayam," jelas Aldo, "pindah, nih?" lanjutnya bertanya.
Devi mengangguk "Mie ayam yang dulu sering kita datengin, 'kan deket sini," balas Devi, "kita ke sana, yuk!"
Aldo diam sebentar kemudian memilih mengangguk, menyetujui ajakan Devi. Ajakan gadis itu tidak terlalu buruk, mie ayam di sana memang enak.
Mereka berjalan keluar pintu taman, berjalan pelan di trotoar ke arah utara. Trotoar di kota mereka bersih, teduh, dan banyak pohon di sepanjang jalan.
"Gue dua hari nggak tidur," kata Aldo pelan, memulai pembicaraan.
Devi sontak menoleh ke samping, sedikit mendongak menatap wajah Aldo dari samping. Ah, benar. Devi merutuki dirinya yang tidak segera sadar adanya lingkaran hitam di bawah mata Aldo. Wajah cowok itu juga tampak sayu.
"Kenapa?" tanya Devi.
Aldo menoleh sekilas, tersenyum kecil. Ada nada khawatir di nada bicara Devi, dan Aldo suka itu. Dia selalu suka saat Devi memperhatikannya. "Dikejar tugas," balas Aldo diakhiri kekehan kecil.
Devi mangut-mangut mengerti, sebentar lagi memang akan penilaian akhir semester, dan semua tugas harus sudah lengkap sebelum hari H.
"Lo kerjain dua hari dua malem?"
Aldo mengangguk, cowok itu mengacak-acak rambutnya "Masih kurang Bahasa Indonesia sama Kimia," jelasnya.
"Tapi semuanya udah selesai, 'kan? Tinggal itu doang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Rasa (TAHAP REVISI)
HumorTAHAP REVISI! JANGAN JADI SILENT RIDER, PLIS! HARGAI PENULIS. SATU VOTE DAN COMMENT KALIAN DAPAT MEMBUAT CERITA INI SEMAKIN BERKEMBANG. ☄️ Semoga rangkaian kata ini bisa membuatmu menghargai siapapun yang datang, sebelum mereka pergi dan tidak aka...