"Ibu, aku harap keputusan ini menjadi yang terbaik" Ucap Hyungjoo menatap dirinya yang sudah rapih di pantulan cermin.
Kini apartemennya sudah kosong, hanya sebuah kaca di kamar mandi dan beberapa furniture yang masih tersisa.
Dengan profesi barunya, yaitu sebagai asisten pribadi Kim Tae-il, Hyungjoo harap tidak akan ada lagi kejadian buruk yang menimpanya.
Hyungjoo membenarkan kancing kemejanya yang sedikit berantakan, kemudian menghela napasnya dalam-dalam.
"Baiklah, semuanya sudah siap" Katanya sembari tersenyum pada dirinya yang ada di pantulan kaca itu.
Hyungjoo mulai mengambil barang-barangnya satu persaty, kemudian Ia membuka pintu dan mendapati Hoseok yang sudah rapih disana, "Sudah siap?"
Ia sempat terkejut sebentar.
Bagaimana tidak? Hoseok dengan gagahnya berdiri tegap dengan senyuman yang lebar di bibirnya. Laki-laki ini.. hhh, Hyungjoo tak habis pikir lagi.
"Memangnya aku memintamu untuk menjemputku?" Hyungjoo menatap datar laki-laki di depannya.
"Tidak, ini kemauanku" Jawab Hoseok
"Minggir, aku bisa sendiri" Hyungjoo sedikit mendorong Hoseok dengan satu tangannya, namun Hoseok tidak bergerak sama sekali.
Justru barang yang tengah Hyungjoo pegang kini sudah berpindah tangan dengan Hoseok. "Aku tak suka dengan bantahan" Ucap Hoseok lalu berjalan begitu saja, meninggalkan Hyungjoo yang mematung di tempatnya.
Hyungjoo hanya berdecak sebal melihat Hoseok yang kian menjauh dengan barang yang melekat di tangannya, mau tidak mau ia mengikuti Hoseok dan berangkat ke tempat barunya dengan mantan atasannya itu.
Setelah sampai, Hyungjoo melangkahkan kakinya perlahan memasuki rumah barunya ini. Matanya menelisik sekitar dan tidak menemukan laki-laki yang bernama Kim Tae-il tersebut, sehingga maniknya beralih pada Hoseok yang kini tengah menurunkan semua baju dan barang-barangnya. Air mukanya tampak Lelah, ia tahu itu. Karena wajah lelaki satu itu tidak pernah bisa berbohong.
"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot seperti ini, Hoseok-ssi"
Pergerakan Hoseok tertahan, dengan tangan yang masih senantiasa menaruh semua barang-barang pun ia menatap Hyungjoo dan tersenyum. "Ini kemauanku, sebagai bentuk permintaan maaf" Kemudian Hoseok kembali bergerak untuk menurunkan barang Hyungjoo.
Hyungjoo yang tidak tahu apa-apa kini sedikit memiringkan kepalanya, "Minta maaf dalam rangka apa?"
Tepat setelah Hyungjoo melontarkan pertanyaannya, Hoseok selesai menurunkan semua barang Hyungjoo. Pertanyaannya sempat tertunda sebentar karena Hoseok yang memprioritaskan sofa untuk di dudukinya. Badannya bersandar dan kepalanya mengadah ke atas dengan banyak peluh yang bercucuran di dahinya.
Hoseok menghela napasnya, "Kau tahu? Aku sangat tidak mengerti bagaimana caranya untuk membebaskanmu pada saat ini.. Tapi percayalah, kelak aku akan menolongmu, apapun yang akan terjadi"
"Apa maksudmu?" Hyungjoo menaikkan sebelah alisnya, menatap Hoseok bingung.
"Hyungjoo, kalau seseorang menyakitimu, datanglah padaku dan ceritakan semuanya maka aku akan membalas semua perbuatan orang yang telah menyakitimu"
Hyungjoo terdiam, begitupun Hoseok. Bukannya ia tidak mengerti perkataan Hoseok, ia mengerti bahkan sangat jelas, kini suasananya benar-benar canggung. Jika dikatakan Hyungjoo tidak mempercayai Hoseok, sebenarnya tidak juga, namun ia sampai saat ini hanya belum bisa menerima orang asing di hidupnya.
"Oh, sudah datang" Dia-- Kim Tae il, datang di saat yang tepat, memecahkan kecanggungan diantara kedua orang ini.
Hyungjoo cepat-cepat membungkukkan badannya, "Selamat siang, tuan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coup de grâce • KTH
FanfictionApakah kamu percaya dengan kebahagiaan? Karena aku sudah menganggapnya sebagai kenangan.