4

1.8K 192 106
                                    

Levi berjalan menuju ke arah meja Counter sembari membawa sebuah note kecil di tangan kanannya. Note itu ia serahkan pada Erwin, kemudian ia sandarkan tubuhnya ke meja. Levi menghela nafas pelan, pandangannya terfokus pada keramaian kafe yang entah kenapa pengunjungnya bisa berlipat ganda dari hari biasanya. Bahkan ia dapat melihat Petra dan Hanji yang kuwalahan karena melayani banyaknya pengunjung.

"Ahh.. aku ingin istirahat."

Lirih Hanji sembari berjalan lesu menuju meja counter. Levi yang mendengar gerutuan si mata empat itu hanya diam sembari membenarkan. Dejujurnya ia pun merasa sangat kualahan.

"Aku heran apa yang membuat kafe hari ini sangat ramai."

Gerutu Hanji sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang ia duduki. Erwin berjalan pelan menuju Hanji sembari membawa segelas ice lemon tea, yang langsung di terima dengan senang hati oleh gadis urakan bermata empat itu.

Levi yang baru saja mendapatkan air putih dingin dari Erwin, langsung saja menatap Hanji sinis karena melihat cara minum Hanji yang bar-bar. Bahkan ada tetesan air yang mengalir dan membasahi bajunya.

"Dasar jorok." Ujar Levi sarkas.

Hanji yang masih asik menghabiskan minumannya, tidak menyadari apa yang Levi katakan. Ia justru mendesah lega ketika lemon tea itu berhasil ia teguk habis.

"Ahh, segarnya... Rasanya aku ingin menceburkan diriku ke bak mandi dan berendam saking gerahnya." Ujar Hanji sebari mengipasi wajah dan lehernya yang basah oleh keringat.

"Hei chibi, menurutmu apa yang membuat kafe kita ramai hari ini?"

Levi langsung memandang sinis Hanji karena gadis itu yang telah mengatakan sebuah kata terlarang untuk seorang Levi Ackerman. Ia paling tidak suka jika masalah tinggi badan di singgung-singgung, sekali pun itu oleh adiknya sendiri, Mikasa.

Tetapi sejujurnya, dalam hati pun ia bertanya-tanya. Ada apa dan kenapa, itu adalah pertanyaan yang paling sering muncul di otak jeniusnya. Tapi seberapa keras pun ia mencoba untuk mencari tau, maka jawabannya akan semakin memburam dan menggelap. Seolah-olah berkata 'Tak perlu kau pikirkan. Nikmati saja keuntungan besarmu hari ini.'

"Minna-san!!" Teriak Petra agak lantang.

Levi yang memang sedang melamun sedikit berjingkat dari posisinya yang tengah bersandar nyaman, ketika Petra tiba-tiba datang sembari berteriak.

"Ada apa?"

Tanya Erwin mewakili semuanya. Tidak berniat untuk menjawab, perempuan cantik itu justru memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukan laman salah satu aplikasi yang paling terkenal, Instagram.

Sebuah foto seorang pemuda tampan bermanik emerald yang tengah tersenyum ke arah kamera sembari memegang segelas kopi hitam terlihat memenuhi layar ponsel pintar milik Petra. Tiga pasang mata yang sebelumnya menatap penasarah ke arah layar ponsel milik Petra, langsung berubah menjadi sorot mata penuh keterkejutan.

Foto pemuda itu memiliki caption sederhana. Namun benar-benar berdampak luar biasa bagi kafe mereka.

'Kalian mau? Aku membelinya di Maria's Cafe. Rasanya sangat luar biasa, dan para waiters nya pun juga luar biasa.'

"Baiklah, sekarang aku tau kenapa kafe kita tiba-tiba saja seperti kejatuhan uang dari langit." Ujar Hanji dengan ekspresi wajah blank dan diangguki setuju oleh Petra.

Meskipun tidak menampilkan ekspresi apapun, atau juga berkata sesuatu. Namun Levi juga ikut menyetujui mengingat Eren adalah sosok pemuda yang sangat terkenal karena menjadi seorang CEO di usianya yang masih muda (itu adalah apa yang ia dengar dari ibunya kemarin).

Please, Be My Wife Levi-sanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang