"Kita akan kemana?" Tanya Levi ketus. Eren hanya melirik sekilas sembari menunjukan sebuah senyuman tipis. Levi yang tau jika pertanyaannya tidak akan dijawab, memilih untuk fokus ke jalanan.
Hampir 15 menit mereka berkendara, Eren pun berbelok ke sebuah mall mewah. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, Eren langsung bergegas menarik tangan Levi memasuki mall.
"Hei, aku bisa jalan sendiri."
Eren memutar kepalanya menghadap Levi. "Biar lebih cepat, oke?" Levi terdiam. Ia akhirnya mengalah dan memilih untuk ikut saja kemana si Jaeger muda itu akan membawanya.
Mereka memasuki salah satu toko pakaian yang terlihat sangat mewah. Levi sempat melihat harga yang tertempel di salah satu setelan yang di pajang, dan harga yang tertera benar-benar membuatnya kehabisan akal.
"Selamat datang.. Oh, Eren!"
Eren menghentikan langkahnya di depan seorang laki-laki berambut pirang yang lebih pendek darinya.
"Yo Armin. Bisa tolong kau carikan setelan untuknya?" Sosok berambut pirang yang di panggil Armin itu menatap kearah Levi. Ia anggukan kepalanya sebagai jawaban kemudian berjalan kebelakang.
"Oi.. oi.. untuk apa kau memintanya mencarikan sebuah setelan untukku?" Ujar Levi sembari mendelik tajam ke arah Eren. Eren menyunggingkan seulas senyum yang terlihat sangat misterius di mata Levi.
"Kau akan tau nanti."
"Ini Eren, aku sudah mencarikan setelan yang sepertinya pas." Ujar Armin sembari membawa satu setel jas berwarna hitam. Eren tersenyum puas melihat jas yang dibawa oleh temannya itu.
"Sekarang coba kau pakai, Levi-san."
"Apa?! Tidak.. tidak.." Levi menatap horor kearah setelan jas di tangan Armin. Dia masih ingat dengan betul berapa harga pakaian di toko ini. Bahkan gajinya selama enam bulan tidak akan cukup untuk membeli satu helai pakaian di sini.
Dan sekarang si Jaeger itu memintanya untuk memakai pakaian itu. Hell, uang dari mana dia untuk membelinya.
"Aku membelikannya untukmu Levi-san." Ujar Eren ketika ia mengerti arti dari ekspresi yang di tunjukan oleh Levi. Levi bersikeras untuk menolak hingga akhirnya membuat Eren sedikit jengah.
Dengan paksa ia menggendong Levi ala bridal style dan membawanya kearah salah satu kamar ganti, diikuti dalam diam oleh Armin yang tengah tersenyum maklum melihat kelakuan Eren. Tidak sulit bagi Eren untuk mengangkat tubuh Levi yang jauh lebih kecil darinya.
"Hoi, lepaskan aku!"
Eren menurunkan Levi hingga punggungnya membentur kaca yang terpasang di kamar ganti. Levi merintih pelan ketika punggungnya yang berlapiskan kemeja putih polos, mencium dinginnya kaca. "Ganti bajumu atau kau tidak akan ku antar pulang."
"Ap..-"
"Aku tidak main-main dengan ucapanku Levi-san." Potong Eren sembari menatap tajam kedua manik onyx milik Levi. Levi terdiam. Ia merasakan intimidasi yang kuat dari kedua mata indah pemuda tampan di hadapannya itu.
Dengan paksa ia merampas pakaian yang ada di tangan Armin. Tak lupa juga ia mendorong keluar tubuh tegap Eren dari ruang ganti. Levi menatap setelan jas mewah itu dengan pandangan datar, kemudian langsung bergegas memakainya.
Setelah dilihatnya sudah rapi, ia lalu berjalan keluar dari ruang ganti. Wajahnya terlihat suram dengan kedua tangan yang di lipatnya di dada. Berbeda dengan Eren, ia terlihat menelisik penampilan Levi dari atas kebawah dengan pandangan yang super intens. Detik setelahnya ia langsung tersenyum puas dan kembali menarik tangan kanan Levi.
"Armin, aku akan kirimkan bayarannya nanti." Seru Eren sembari berlalu. Armin sendiri yang melihat kelakuan sahabatnya itu hanya bisa tersenyum maklum sembari menjawab 'oke'.
Eren membukakan pintu mobil untuk Levi, yang langsung disambut tatapan aneh oleh pemuda pendek itu. "Aku bisa sendiri."
Eren hanya tersenyum. Levi sendiri tidak berniat untuk memperpanjang perbincangan mereka. Ia lalu masuk kedalam mobil Eren.
Eren kembali menjalankan mobil mewahnya membelah jalanan kota. Butuh waktu sekitar tiga puluh menit hingga akhirnya Eren menghentikan mobilnya di sebuah gedung mewah. Levi menatap gedung yang super duper mewah itu dengan pandangan bingung.
"Dimana kita ini?" Eren tersenyum sembari menatap Levi.
"Di suatu tempat yang belum pernah kau kunjungi." Jawabnya santai. Bayangan perempatan muncul di dahi Levi mendengar jawaban yang luar biasa keluar dari mulut Eren.
"Ayo."
Mereka berjalan keluar dari mobil. Eren memberikan kunci mobilnya pada seorang penjaga yang berdiri di samping mobilnya. Setelahnya mereka kembali berjalan menuju pintu gedung itu yang terbuat dari kayu dengan ukiran-ukiran rumit di permukaannya.
Ketika pintu terbuka, hal pertama yang Levi lihat adalah puluhan orang berpakaian luar biasa mewah sedang saling bercengkrama. Levi sempat mengeriyitkan dahinya sekilas. Jujur, ia sama sekali tidak suka keramaian. Dan hal itu cukup membuatnya terganggu.
Baru beberapa langkah mereka berjalan masuk, seorang pria paruh baya terlihat mendatangi mereka berdua sembari tangannya membawa segelas wine.
"Oh, lihatlah siapa yang datang. Apakah ini tuan muda Jaeger yang terkenal itu."
Eren menundukan kepalanya sedikit. "Tidak seterkenal itu."
"Hahaha.. Kau ini anak muda yang rendah hati tuan Jaeger." Pria itu mengalihkan atensinya pada sosok Levi yang berdiri diam di samping Eren.
"Apakah ini kekasihmu tuan Jaeger?"
Levi mendelik mendengar perkataan pria paruh baya yang tidak dikenalnya itu. Eren sendiri melirik sekilas kearah Levi, kemudian ia menyunggingkan sebuah senyuman. "Dia pasanganku."
Levi semakin terkejut ketika mendengar jawaban Eren yang seolah mengiyakan perkataan pria itu.
"Hoi..-"
"Ah.., jadi tuan muda Jaeger kita ini sudah memilih pendamping hidupnya ya. Aku ucapkan selamat padamu."
"Terimakasih."
"Semoga kau dan pasanganmu menikmati pestanya tuan Jaeger."
Eren mengangguk sembari tersenyum. "Tentu."
Setelah percakapan singkat itu, si pria paruh baya pun berjalan pergi meninggalkan Eren dan Levi. Levi langsung menendang kaki Eren hingga pemuda brunette itu mengaduh kesakitan.
"Apa maksudmu tadi? Aku bukan kekasihmu."
"Aku kan tidak bilang kalau kau kekasihku, Levi-san. Aku hanya bilang kalau kau pasanganku." Balas Eren.
Levi terdiam. Tidak ingin memperpanjang perdebatan ia pun langsung pergi meninggalkan Eren. "Hei, Levi-san"
Eren menyunggikan sebuah senyum tipis di bibirnya. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti Levi yang berjalan mendahuluinya.
To be Continue
Halloo..
Aku kambek setelah sekian lama menghilang..
Ada yang rindu tidak :v..Terimakasih karena masih pada nunggu, aku terharu hwhw T_T..
Sekiyan..See you next chap~
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Be My Wife Levi-san
FanfictionKedatangan Carla Jaeger yang ingin menjadikan salah satu dari dua Ackerman Muda sebagai menantunya. Levi yang menolak tegas dengan hal itu, dan Mikasa yang memilih untuk mengikuti alur yang ada. Eren yang berhasil terpikat akan pesona salah satu dar...