BAB 4: Daun Ginkgo

200 24 2
                                    

Daun Ginkgo

•••

Sunghoon POV

Aku membuka bekalku, tampak cantik dan menggiurkan.

"Wah, kau menyiapkannya sendiri?" seloroh Gyu sambil mencuri sepotong sosisku.

"Kamu masak sendiri?" sahut Sunoo sedikit terkejut.

Aku menggeleng. "Hanya menyiapkan. Ibuku yang masak," ucapku sambil menyodorkan kotak bekalku padanya.

"Nikmatilah. Ini sudah cukup bagiku," katanya sambil melahap sesuap nasi dari nampan kantin makan siangnya.

Aku mengatupkan bibir kecewa. Dia menolak bekalku tapi menerima bekal dari Yeri.

"Wah, ini enak!" seru Gyu yang kembali mengambil sosisku.

"Ini milikku!" sergahku kesal.

Dia mendesis, "dasar pelit!"

Aku mulai makan. Untuk beberapa menit susana menjadi sangat tenang, hanya orang-orang yang sibuk di sekeliling.

"Oh iya, kali ini kalian ada kelas malam, kan? Jangan harap bisa kabur," ucap Gyu mengancam sambil menodongkan sumpitnya padaku dan Sunoo bergantian.

***

Bus berjalan lancar, mobil-mobil di luar saling salip menyalip, lampu-lampunya seperti bola cahaya yang menggelinding cepat. Di sisi kanan dan kiri lampu-lampu gedung menyala terang, indah seperti harapan yang ada dalam kegelapan.

Gyu yang duduk di kursi paling belakang pojok pula tertidur dengan buku di pangkuannya, walau aku yakin dia tidak benar-benar pulas, hanya kelelahan saja. Di susul aku dan Sunoo yang mulai sibuk menyiapkan earphone-nya.

"Kemarin bagaimana? Maksudku dengan Yeri," aku memulai obrolan.

Sunoo masih sibuk dengan earphone-nya. Dia melesahkan nafas kecewa dan kembali menyimpannya dalam tas. Mungkin baterainya habis. "Apanya yang bagaimana?" ucapnya tak mengerti.

"Bukankah kalian kencan?"

Sunoo menyandarkan kepalanya ke belakang, juga terlihat lelah. "Kencan apanya? Sudah kubilang aku tak ingin berkencan."

Aku meliriknya. "Ayolah, kalian sangat terlihat jelas."

Sunoo menoleh, menatap sayu padaku. "Dia mengakui perasaannya, dan aku menolaknya," ucapnya cepat yang kemudian memejamkan matanya.

Entah mengapa aku sedikit senang. Lalu kembali melihat keluar jendela. Bus melaju lebih cepat, cahaya kota seperti melesat ke belakang.

"Kamu sangat suka menatap lampu kota, ya?" tiba-tiba Sunoo berceletuk.

Aku seketika menoleh, ternyata matanya tak benar-benar tertutup.

"Menurutku sangat indah, seperti menyimpan jutaan arti di setiap titik cahaya."

Aku memperbaiki dudukku, juga merasa sangat lelah.b

"Sunghoon..." Sunoo memanggil pelan, "menurutmu cewek sama sowok nggak bisa bersahabat?" gumamnya tiba-tiba membuatku mengerutkan kening.

Aku mengambil nafas besar, bingung harus menjawab apa, "Menurutku persabahatan tak memandang status, cewek-cowok, miskin-kaya, muda-tua, atau apapun itu. Gyu pernah berkata," aku menoleh ke orangnya, "dalam persahabatan tidak perlu saling mengerti, karena sahabat yang baik akan menerimam bahkan hingga hal-hal yang tidak dapat dimengerti sekalipun," jelasku penuh arti.

"Apa kita sahabat?"

Pertanyaan itu membuatku termenung sejenak. Entah apa yang membuatku ragu.

"Tentu," jawabku pada akhirnya.

[BL] SUNSUN Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang