BAB 8: Pangeran Bunga

136 18 3
                                    

Pangeran Bunga

•••

Sunghoon POV

Hari Pertandingan Basket Antar Sekolah pun tiba. Tempat ini ramai padat. Semua orang memenuhi tribun. Heeseung dan teman-temannya bersiap di pinggir lapangan, mengenakan jersey kebanggaan sekolah kami. Sunoo menyeretku ke kerumunan SMA kami di tribun tengah, dia menyapa semua orang di sana. Ini tidak seperti aku yang mengajaknya, tapi sebaliknya.

Pertandingan dimulai. Sorak semangat menggema, begitu juga Sunoo. Heeseung di lapangan sangatlah luar biasa, lihat saja saat dia menggiring bola melewati semua pemain itu dan lompat tinggi memasukannya ke ring. Semua orang bersorak bangga. Aku hanya bisa bertepuk tangan. Aku merasa ini bukan tempatku.

Melihat Heeseung mendapat begitu banyak perhatian aku sedikit cemburu. Apa suatu saat kalau aku bisa meluncur di arena seperti ini aku akan mendapat banyak tepukan seperti Heeseung? Membayangkannya saja membuatku senang.

Dia melakukan selebrasi, teman-temannya merangkulnya senang. Heeseung tersenyum lebar, tapi matanya memandang ke arah kami. Ralat, dia hanya memandang Sunoo yang duduk di sampingku. Kulirik Sunoo yang juga fokus padanya. Memberi tatapan dalam dan hangat. Tatapan yang tak pernah diberikan padaku.

Pertandingan terus berlanjut. Aku yang tak suka bersorak atau memang sedikit cemburu hanya bisa duduk diam sambil bertepuk tangan datar. Heeseung benar-benar luar biasa. Berkatnya, tim SMA kami menang telak.

Di putaran terakhir semua dibuat heboh saat Heeseung memutuskan tak kembali ke lapangan. Dia malah naik ke tribun, berjalan lurus ke arah kami sambil membawa handuk kecil dan botol airnya.

"Sunghoon, bisa tolong geser?"

Aku yang kaku dan kacau hanya bisa bergeser, menyerahkan tempatku di samping Sunoo. Teman-teman di bangku belakang berbisik-bisik. Bergosip. Aku merasa sangat panas di dalam. What's wrong with me?

"Kamu sangat egois meninggalkan lapangan di tengah-tengah pertandingan. Lihatlah teman-temanmu menatap kita sekarang," celetuk Sunoo malu-malu sambil memandang lapangan basket.

"Karena seseorang pernah berkata menomer satukan keinginan utama kita bukanlah hal yang egois," balas Heeseung sambil membuka tutup botolnya.

"Jadi basket bukan lagi keinginanmu?" ucap Sunoo.

"Aku telah memutuskan bahwa basket adalah kesenanganku nomer 2, bukan tujuan utamaku," jawab Heeseung yang kemudian menenggak minumannya.

Aku hanya diam, obrolan hangat mereka membuatku agak tidak nyaman.

Pertandingan kembali dilanjutkan walau percuma rasanya, tim lawan tak akan menang karena poin mereka jauh tertinggal. Heeseung melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Sorakan demi sorakan menggema. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, tak ada yang mempedulikanku. Aku merasa sendirian dalam keramaian. Bahkan saat aku pergi dari sana, tak ada yang menyadarinya. Sunoo punya teman baru sekarang. Aku iri pada Heeseung. Aku juga ingin menjadi bintang sepertinya. Bersinar terang dan mendapat banyak tepuk tangan.

***

Bus melaju mulus, gedung-gedung tinggi terlalui begitu saja. Kutatap keluar jendela, langit jingga menutup hari. Pikiranku kalut dalam kebingungan yang tak kumengerti. Aku yang ingin menjadi Heeseung, atau aku yang tak ingin Heeseung ada di kehidupanku?

Merasa iri.

Bus terus melaju. Langit menjadi remang. Lampu-lampu jalan dan gedung-gedung di samping dinyalakan. Membuatku makin kalut dalam kebingungan ini. Kupasang earphone, kuputar lagu 'On Thin Ice - Procol Harum'. Harmoninya membuatku membayangkan meluncur di es, mendapat banyak tepuk tangan dan dihujani boneka lembut, seperti video Yuzuru Hanyu yang Sunoo tunjukan padaku.

[BL] SUNSUN Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang