BAB 5: Kota Besar Seoul

187 23 2
                                    

Kota Besar Seoul

•••

Sunghoon POV

Cuaca cerah berawan. Gedung-gedung tinggi mencakar kaki langit. Jalanan ramai di penuhi kendaraan. Kota besar ini terasa amat sesak bagiku. Kukayuh sepedaku dengan susah payah di bawah terik matahari.

Tahun ini aku memasuki bangku SMA. Bersekolah di Seoul dan jauh dari orangtua amat sangat menyusahkan. Aku belum terbiasa melakukan semuanya sendiri. Walau di rumah aku cukup mandiri, tetap saja rasanya berbeda.

Kalau dibilang mandiri, ya aku cukup mandiri kok. Buktinya aku tak pernah kelaparan atau kehabisan kaus kaki bersih di sini. Kalau dulu aku melakukannya karena sungkan tinggal bareng Bapak tiriku, sekarang adalah tuntutan. Aku tahu, bapak tiriku sangatlah baik, dia merawatku seperti aku adalah anak kandungnya. Tetapi semakin aku dewasa semakin aku menyadari bahwa aku baginya tidak sespesial itu, begitu juga dia bagiku. Aku menyadarinya setelah aku keluar rumah. Jangan tanya aku terluka apa tidak. Ya jelas, tapi aku baik-baik saja. Kurasa.

Sekarang aku hidup sendiri di apartemen kecilku. Aku cukup beruntung punya bapak kandung yang cukup kaya untuk membiayai hidupku di sini. Baru saja minggu lalu aku ke Namyangju mengunjunginya, dia sangat mendukung dengan apapun yang aku lakukan. Walau tidak mudah, aku tetap berjuang. Awalnya aku sedikit kecewa karena Sunoo harus tinggal bersama neneknya. Ya, mau bagaimana lagi? Namun walau tak serumah seperti rencana awal kami setiap hari bertemu. Kami berjuang bersama.

Hidup berpindah-pindah mungkin sudah terbiasa bagiku. Mulai dari Namyangju, Gumi, hingga sekarang di Seoul. Lucu sebenarnya, aku ke sini karena mengikuti seseorang yang belum genap setahun kukenal. Kami akrab karena punya hobi yang sama, yaitu berseluncur.

Srrrttt... bunyi rem sepedaku yang serak. Ah, padahal aku baru saja membelinya. Aku sudah sampai di tujuan. Kuparkirkan sepedaku di depan gedung bercat putih itu dan masuk ke dalam. Lantainya bersih mengkilap. Kususuri koridor panjang dengan lampu-lampu panjang di langit-langitnya dan kanan kiri ruang-ruang yang sebagian besar aku tak tahu untuk apa, pastinya ruangan itu sangat sibuk sepanjang hari. Orang-orang berseliweran.

"Sunghoon..."

"Telat lagi?"

"Kamu makin tinggi aja."

Semua orang menyapa. Kubalas dengan senyuman hangat seperti biasa. Kata Gyu, aku ini orangnya kaku dan tak pandai mengobrol. Sebenarnya bukannya aku malu, tapi aku sering kehabisan topik dan bahkan tak tahu harus mulai dari mana kalau sedang mengobrol. Tapi kalau sudah kenal, aku bisa nyaman banget mengobrol, seperti pria yang sedang meluncur di arena es di sana.

Sunoo, cowok ceria yang selalu membuatku tersenyum. Sahabat baruku yang paling kukagumi. Tahun ini dia tumbuh 3 cm lebih tinggi. Dia sangat membanggakan itu, tapi aku masih jauh lebih tinggi lagi. Yang paling kusuka darinya adalah senyumnya yang cerah, mata lebarnya yang selalu membara, dan ekspresinya saat berseluncur seperti ini.

Lihat saja di sana. Dia menari begitu bebas, seolah memancarkan kebahagiaan. Benar seperti yang ia bilang, dia seperti malaikat saat sedang melakukan ice skating. Entah berapa lama aku berdiri di tempatku, pemandangan itu tak pernah membuatku bosan. Sunoo, dia benar-benar mengagumkan.

"Sunghoon!" cowok lucu itu menyadari kedatanganku di tepi arena. Dia segera meluncur ke arahku. "Kok, telat? Kamu harus cuci baju lagi?"

Aku mengangguk. "Kamu sih enak tinggal barang nenekmu."

"Ah, sudahlah. Cepat siap-siap. Coach sudah nungguin." Lalu dia kembali meluncur ke tengah arena.

Aku pun mulai bersiap.

[BL] SUNSUN Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang