MIMPI

4 0 0
                                        

Entah sudah terbiasa atau memang bodoh, saya yang dihubungi dia seakan-akan seperti mendapat ilham. Sebuah pesan dengan satu suku kata dapat meluluhkan dua buah organ dalam diri saya, hati dan pikiran. Saat saya balas ternyata dia mengajak bertemu, hati merasa kegirangan melompat-lompat sedangkan pikiran hanya cemberut diam di sudut ruang.

"Sedang ingin memakan sesuatu" kata dia dalam pesan singkat. Orang bodoh pun dapat mengerti apa maksut dari hal itu. Tetapi, sialnya saya lebih bodoh dari orang bodoh, mungkin karena mengikuti kata hati yang mengalami euforia sesaat dan tidak mendengarkan penjelasan pikiran terlebih dahulu.

Dengan penuh adrenalin saya melangkah ke resto tempat kami berjanji akan bertemu. Saat itu saya yang sampai terlebih dahulu di lokasi, dengan adrenalin yang masih kuat saya memarkirkan motor, membuka helm dan sedikit merapikan rambut. Membuka ponsel pintar, saya melihat pesan bahwa dia masih dijalan. Pikiranku dibawa kembali kemasa lalu, dari dulu memang saya yang hampir selalu sampai dahulu ketika ingin bertemu. Bahkan saya pernah menunggu satu jam dan dia beralasan ketiduran, lucu memang mengantuk di detik-detik ingin bertemu. Bagi saya itu tidak mungkin, mana bisa tidur dalam keadaan adrenalin yang sedang memuncak.

Pertemuan terasa sangat singkat, ingin saja saya mengutuk waktu yang berjalan seenaknya tanpa permisi. Setelah mengantarkan dia pulang, di perjalanan pulang saya berimajinasi, apakah saya terlalu bodoh untuk dibodohi? Apa yang saya dapat dari pertemuan ini? Luka yang kembali terbuka? Atau hanya pemuasan hati tanpa memikirkan pihak pikiran? Sampai di rumah pun saya masih tidak dapat melerai pertikaian yang terjadi antara hati dan pikiran, mereka berdua saya biarkan berdebat dan tinggal tidur. Sampai pada pagi hari mereka berdua berdamai dan memantapkan keputusan. Sadar. Ini sudah pagi, jangan terus bermimpi.

Sekedar FantasiWhere stories live. Discover now