his boy 4

551 54 8
                                    

fiat turun dari motor, menunggu oaujun yang sedang membuka gerbang sembari memandang rumah yang berada di hadapannya. dia memang curiga oaujun sebenarnya berasal dari keluarga berada terlepas dari gaya hidup oaujun yang lebih mirip seperti dirinya yang sering pas pas an, tapi tidak pernah terpikirian oleh fiat jika rumah oaujun sama besar dengan rumah pluem.

"ayo masuk" ajak oaujun sembari menuntun motornya masuk ke dalam gerbang yang membuat fiat semakin melebarkan matanya.

sepanjang hidupnya, fiat hanya pernah melihat rumah seluas itu sekali, saat dia bermain ke tempat pluem. sedikit berbeda dengan rumah pluem yang bergaya tradisional, bangunan di depannya menggunakan model eropa.

langkah fiat terhenti saat melihat beberapa kendaraan terparkir di samping.

"kak, lagi ada acara apa gimana?"

"hah? oh, nggak kok. cuma kebetulan papa pulang kemarin, biasanya kalau papa pulang memang pada sering ngumpul semua" jawab oaujun santai sembari memarkir motornya.

"ee, cuma mau ambil mobil kan kak, fiat tunggu di sini aja ya"

"lha, jangan dong, mumpung udah di sini sekalian kakak kenalin ke papa dan yang lain" oaujun menarik tangan fiat "nggak papa, kan sama kakak"

"loh, jun, baru aja aku mau ke tempatnu nganterin fanfan dan yang lain"

"ah, minggu depan aja kak, fiat nginep di studio soalnya" oaujun menjawab santai "papa mana? ada siapa aja nih?"

"oh, hai. fiat kan, akhirnya bisa ketemu langsung" sapa kakak oaujun sebelum memukul kepala oaujun "daridulu si suruh bawa ke rumah nanti nanti, sekarang malah nggak bilang bilang dulu. tuh papa di belakang, ada bibi sama yang lain juga, biasalah"

"baru sempat ini kak, ini juga nggak rencana, jun cuma mau ganti mobil biar bisa ngantar fiat jalan jalan"

oaujun mengusap kepalanya pelan sebelum kembali mengajak fiat untuk menuju halaman belakang. rasa nerves fiat terbagi dengan mengagumi dekorasi serta keluasan rumah oaujun. baru saat sudah bisa melihat siluet beberapa orang yang sedang bersantai dari balik kaca fiat memberi perhatian pada tangannya yang mulai terasa dingin

"kak oau"

"hmm?"

"kakak bilang ke keluarga kakak soal kita?"

"nggak sih, belum"

"kok tadi bisa tahu?"

"oh, paling kak am cuma asal nebak. soalnya kakak pernah bilang mau bawa fiat ke rumah biar mereka tahu, tapi kakak nggak bilang apa apa soal pacar"

fiat baru hendak protes tetapi oaujun sudah terlebih dahulu bersuara menyapa keluarganya sehingga mau tidak mau, fiat hanya bisa mengikuti oaujun dan tersenyum di belakangnya.

"ini fiat yang dulu waktu jun lulus vidcall itu kan, yang dari chiang mai"

"iya" jawab fiat tersenyum sopan

"duduk sini, udah makan belum? kalau belum itu ada banyak snack, ambil aja, jun ambilin minum sana"

oaujun menyuruh fiat duduk dan menyuruh salah satu sepupunya yang masih kecil untuk mengambil minum. bisa saja dia ke dalam, tapi oaujun tahu fiat belum nyaman jika di tinggal sendiri dengan keluarganya.

"pa, jun sama fiat pacaran" kata oaujun tanpa pendahuluan terlebih dahulu membuat fiat tersedak air yang sedang di minumnya "eh, sorry kakak nggak tahu kamu sedang minum" oaujun mengusap punggung fiat

meski nada dan cara oaujun mengatakan nya sangat amat ringan seolah mengatakan 'cuaca hari ini bagus ya', tapi fiat tahu oaujun sedikit nerves dari permintaan maafnya barusan. oaujun yang biasa akan tahu jika fiat sedang minum karena dia duduk pada pegangan kursi di samping fiat dan menghadap ke arah papanya yang duduk di kursi lain di sisi satunya fiat. bukti jika perhatian oaujun terpecah, karena jika dia fokus maka oaujun akan menunggu fiat selesai minum baru membuka mulutnya karena bisa menduga reaksi fiat.

his boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang