● Hope, O3 ●

129 21 0
                                    

       "Helplessly foolish no matter how i try

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       "Helplessly foolish no matter how i try. 'Cause even the seasons could change, so why can't I?"

-Hope Not, BLACKPINK

       "Maaf, tapi saya mengalami half-amnesia. Saya melupakan beberapa momen di lima tahun lalu. Mungkin kamu tidak sengaja muncul di bagian-bagian yang ingin saya lupakan itu. Maaf, ya."

     Tehan, lelaki yang biasa disapa Kakak oleh Jena itu tertawa kecil mengingat ucapannya saat bertemu dengan Jena tadi. "Half-amnesia? Bullshit. Bahkan gue masih ingat dengan jelas segala kejadian waktu sebelum kita pacaran sampai lo ngakhiri semuanya." monolog Tehan dengan memandang foto terbaru Jena untuk promosi film-nya.

      Lucu memang, Tehan berpura-pura lupa pada Jena hanya untuk melihat reaksi wanita itu saat bertemu lagi dengannya. Tehan bahkan rela segera pulang dari liburannya di Los Angeles dan menerima tawaran sang sepupu yang ingin menyerahkan kafe miliknya pada dirinya. Hanya karena ia tahu kalau Jena berlangganan dengan kafe tersebut.

     Tehan jadi teringat masa SMA dulu. Di mana ia segera berlari menjemput Jena bahkan saat mereka baru berkenalan kurang dari satu bulan.

▪︎▪︎▪︎
Flashback

Jena
|Kak?
|Kakak sudah pulang?

Belum|
Knp dek?|

|Ihh sini temenin Jena
|Jena ngga bisa pulang
|Mau pesen taxi, tapi hujan :((

Di mana?|

|Di depan ruang rapat 😭

       Tehan hanya membaca pesan tersebut. "Jevan Gue pinjem payung!" ujarnya pada Jevan, teman voli-nya yang juga memilih bertahan karena hujan. Tidak mempedulikan teriakan Jevan yang bertanya ingin ke mana, Tehan sudah berjalan menuruni tangga.

       "Dek." panggil Tehan setelah sampai di sebelah Jena yang sedang duduk.

       "Kak Tehan! Jena kira tadi Kak Tehan nggak bakal ke sini." jawab Jena sembari berdiri dari duduknya. Ia memanyunkan bibirnya sembari menarik Tehan agar lebih dekat dengannya yang sama sekali tak terkena hujan.

       "Kenapa belum pulang?" tanya Tehan sembari meresleting jaket Jena agar lebih hangat.

       "Tadi Jena bilang sama supir pulang jam dua, karena Jena mau nunggu yang laki-lakinya sholat jum'at dulu. Jena ada janji sama Kak Yogi. Eh ternyata hari ini laki-lakinya nggak sholat di sini, dan HP Kak Yogi nggak bisa dihubungin, terus supir Jena jemput Mama. Pengen naik taxi, malah hujan. Sebel!"

       Tehan berdecak mendengar ucapan Jena. Jena menceritakan semuanya, mengadu layaknya adik pada kakaknya. Diam-diam Tehan tersenyum miris, lagi-lagi Yogi. Teman sekelasnya yang merupakan pacar Jena.

       "Ya udah sama gue aja. Gue kebetulan bawa mobil." jawab Tehan. Ia segera menarik tangan Jena untuk membawanya menuju tempat mobilnya diparkir.

       Setelah sama-sama berada di mobil, Tehan segera menelepon Jevan.

       "Kenapa?"

       "Payung lo gue kembalikan besok, ya?"

       "Iya-iya. Gue juga udah liat lo sama Jena. Dasar  bucin!"

       Tehan tersinggung? Tidak. Jevan adalah temannya dari SD. Jevan juga tahu kalau Tehan memang menyukai Jena. Jevan, satu dari sekian orang yang menjadi saksi bagaimana Tehan sangat mencintai Jena.

       "Jena, Jena. Dari dulu nggak pernah lepas dari pikiran gue, ya. Lo sudah banyak berubah. Seperti biasa, lo selalu dikelilingi lelaki tampan. Tapi, kenapa gue enggak bisa berubah?  Helplessly foolish no matter how i try."

TBC

Hope Not Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang