Setelah melaksanakan makan siang bersama di restoran bintang lima, Kayla dan kedua sahabatnya pun bersiap untuk pulang.
"Ayo, Kay. Kita anterin dulu," ajak Gea seraya masuk ke dalam mobil Davina. Dia memang ikut Davina tadi. Sebab, kantor tempat mereka bekerja berdekatan. Dan Kayla pun ikut Davina juga saat ke restoran. Dia tak membawa kendaraan sendiri.
"Nggak usah. Aku akan dijemput." Tolak Kayla halus. Davina dan Gea mengerutkan kening mendengarnya. Sedangkan Kayla hanya tersenyum menanggapi kebingungan kedua sahabatnya.
Davina dan Gea belum mendapatkan jawaban atas pernyataan Kayla barusan. Namun, tiba-tiba ada sebuah mobil mewah memasuki parkiran dan berhenti di samping mobil Davina.
Dari dalam mobil itu, keluar lah seorang pria tampan berpenampilan elegan dan mewah. Senyum terukir di bibir pria itu. Dengan tatapan yang terarah pada Kayla.
"Sudah menunggu lama?" tanya pria itu sambil mendekati Kayla.
"Nggak. Baru juga keluar," jawab Kayla. Mereka berpelukan sesaat. Lalu, tangan si pria bertengger di pinggang Kayla. Mereka berjalan bersamaan menuju mobil pria itu. Dan dengan gentlenya, pria itu membukakan pintu mobil untuk Kayla.
Sebelum masuk ke dalam mobil sang kekasih, Kayla melambaikan tangan terlebih dulu pada Davina dan Gea yang terbengong. Dia terkikik geli melihat ekspresi wajah kedua sahabatnya.
"Besok jangan lupa datang ke butik lagi ya!" seru Kayla. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil di susul oleh si pemilik. Tak lama kemudian, mobil itu keluar parkiran dan melaju di jalanan dengan kecepatan sedang.
"Vin, itu laki-laki yang pernah diceritain Kayla?" tanya Gea. Saat Kayla masih di Australia, mereka bertiga memang sering berkomunikasi. Bahkan, mereka sengaja membuat grup sendiri agar bisa langsung terhubung bertiga. Dan Kayla memang pernah berkata kalau dia punya kekasih orang Jakarta. Yang pertama kenal lewat sosmed dan akhirnya bertemu setelah menjalin hubungan enam bulan lamanya.
Namun, Davina dan Gea tak tahu siapa sosok kekasih Kayla yang satu kota dengan mereka. Sebab, Kayla tak pernah memberitahu.
"Kayaknya sih. Kalau bukan, siapa coba?" tanya Davina balik. Setelah sadar dari kekagetan, Davina pun segera menghidupkan mesin mobil.
"Tampan. Kelihatannya juga kaya. Sejajar lah kalau sama Raffa," celetuk Gea.
"Belum tentu. Mereka sama-sama tampan dan kaya. Tapi, kelakuan mereka belum tentu sama. Semoga saja, laki-laki itu bukan pengkhianat seperti Raffa," balas Davina. Gea mengangguk setuju. Setelah tahu Raffa mengkhianati Kayla, dia pun sudah tak ada lagi niatan ingin bersama Raffa. Sebab, dia jadi takut di perlakukan seperti Kayla. Lebih baik, mencari laki-laki lain yang jauh lebih baik dari Raffa.
"Ya udah cepetan jalan. Jam istirahat sebentar lagi selesai," ucap Gea. Davina mengangguk. Dia segera melajukan mobilnya di jalanan. Sebab, jam kerja mereka belum berakhir. Dan jam istirahat mereka sebentar lagi berakhir.
***
"Mereka berdua sahabatmu?" Pria yang merupakan kekasih Kayla bertanya pada Kayla. Senyum tak lepas dari bibirnya. Membuat Kayla merasa tenang dan nyaman.
"Iya. Yang pakai baju warna merah itu Gea. Yang pake baju warna biru itu Davina," jawab Kayla. Pria itu mengangguk paham.
"Oh ya. Kapan butikmu di buka?" tanya pria itu lagi.
"Sepertinya, besok mulai aku buka. Karena masih ada beberapa yang harus di benahi." Kayla menjawab. Dengan tatapan mata terarah pada jalanan di depan.
Untuk beberapa saat, mereka terdiam. Namun, tiba-tiba tangan pria itu bergerak. Meraih telapak tangan Kayla dan mencium punggung tangannya dengan lembut. Membuat jantung Kayla berdetak semakin kencang.
"Aku mencintaimu, Kayla." Pria itu berucap dengan suara yang begitu lembut. Mau tak mau, pipi Kayla pun merona merah mendengarnya.
"Aku juga mencintaimu, Adam." Kayla membalas ucapan cinta dari Adam, kekasihnya. Mereka pun tersenyum bersamaan dan tertawa kecil.
"Adam, kapan kamu mau meresmikan hubungan kita?" tanya Kayla. Dia menatap Adam dengan lekat. Ada harapan di matanya kalau Adam mau melamar dia secepatnya. Lagi pula, Kayla sudah merasa cocok bersama Adam. Saat masih di Australia, Adam kerap datang mengunjunginya sambil mengurusi bisnis. Jadi, dia sudah lumayan hafal tentang diri Adam. Tambah lagi, sikap Adam begitu lembut dan hangat terhadapnya.
"Kamu harus sabar, Sayang. Masih ada sesuatu yang harus aku selesaikan sebelum kita menikah," jawab Adam. Kayla sedikit kecewa mendengarnya. Kata-kata itu sudah berkali-kali Adam lontarkan padanya. Setiap Kayla bertanya apa yang harus Adam selesaikan, Adam hanya akan menjawabnya dengan senyuman jahil sambil berkata kalau itu rahasia.
"Semoga urusanmu itu cepat selesai," ucap Kayla dengan wajah cemberut. Adam terkekeh pelan mendengarnya. Dia kembali fokus pada jalanan di hadapannya. Jangan sampai lalai dan mengakibatkan kecelakaan.
"Mau mampir dulu ke suatu tempat?" tanya Adam. Kayla diam sesaat dan berpikir. Kemudian, dia mengangguk.
"Ke mall. Aku mau beli sepatu dan tas," jawab Kayla. Adam mengangguk. Dia pun menjalankan mobilnya menuju sebuah mall yang ada di daerah sana.
***
Selesai belanja tas dan sepatu di mall, Kayla pun diantarkan pulang oleh Adam ke apartemen. Adam tak mampir karena harus segera ke kantor. Sebab, ada rapat penting.
"Nanti, aku ke sini. Sekalian kita makan malam diluar," ucap Adam. Dia mendekat lalu mencium puncak kepala Kayla dengan lembut. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan pada Kayla.
"Aku pergi dulu," pamitnya. Kayla mengangguk pelan. Adam pun berbalik dan berjalan di koridor apartemen. Hingga akhirnya, sosoknya hilang tak terlihat saat memasuki lift.
Kayla menghembuskan nafas pelan dan masuk ke dalam apartemennya. Menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Berjaga-jaga saja agar orang yang berniat datang menemuinya tak langsung masuk.
Kayla berjalan memasuki kamarnya. Menyimpan semua belanjaan di dekat lemari tanpa membereskannya. Lalu menyimpan tasnya di atas nakas. Setelah itu, dia membaringkan tubuh di atas ranjang. Menatap langit-langit dengan pikiran yang berkelana.
Sudah dua tahun lebih dia menjalin hubungan dengan Adam. Pria yang dia kenal lewat sosial media. Siapa sangka, yang awalnya hanya berteman, lalu saling like dan komen status, hingga akhirnya berbalas pesan pribadi bisa membuat mereka terikat dalam sebuah hubungan.
Awalnya, Kayla ragu. Sebab, sosmed itu banyak kebohongannya. Namun, keraguannya sirna kala Adam datang ke Australia dan menemuinya.
Kayla tersenyum sendiri mengingat pertemuan pertamanya dengan Adam. Rasa gugup, malu, dan canggung dia rasakan. Takut mempermalukan diri juga takut kalau sikap Adam tak sama seperti saat mereka berkomunikasi lewat telepon. Tetapi, ternyata Adam tak mengada-ada. Sikapnya memang hangat dan lembut.
Walaupun pernah gagal dalam berumah tangga, Kayla tak merasa takut ataupun trauma. Tetapi, dia tak berhenti berharap dan berdo'a. Kalau saat dia kembali membina rumah tangga, rumah tangganya akan langgeng sampai maut memisahkan. Kayla tak mau menjadi janda untuk yang kedua kalinya.
Masalah status, Adam pun sudah tahu dia seorang janda. Dan Adam tak mempermasalahkan itu. Adam bilang, perempuan yang belum menikah pun banyak yang sudah tak suci lagi. Jadi, seorang janda ataupun gadis tak jauh beda menurutnya.
"Adam, kuharap kau akan jadi pria terakhir yang mengisi kehidupanku," lirih Kayla. Merasa lelah, dia pun berniat untuk tidur siang. Agar saat makan malam bersama Adam nanti dia tak mengantuk.
_______________________________________
Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Storie d'amoreKesempatan pertama telah Raffa sia-siakan dalam pernikahannya dengan Kayla dulu. Mereka bercerai dan terpisah selama beberapa tahun karena Kayla memutuskan kuliah ke luar negri. Dan suatu hari, mereka kembali bertemu di acara reuni SMA. Raffa meliha...