T’lah sedasawarsa engkau derapi jalanan beronak;
meski keringat dan tawa tak henti mengucur,
beramai-ramai ‘kan tetap mengacungkan tombak,
sembari memanggul punggung kawan dan bedil di atas pundak,
Kau berteriak, “Anakku, kita ‘kan merdeka! Hidup atau mati Ambarawa punya kita! Anakku, kita ‘kan merdeka!”T’lah sedasawarsa engkau pijaki jalanan berduri;
meski darah dan tawa tak henti mengucur,
satu dua ‘kan tetap mengacungkan tombak,
sembari memanggul punggung lawan dan bedil di pundak sanak,
Kau masih berteriak, “Anakku, kita ‘kan merdeka! Hidup atau mati Ambarawa punya kita! Anakku, kita ‘kan merdeka!”T’lah sedasawarsa engkau meniti jalanan berabu;
meski hanya tangis yang mengucur,
disana kau tetap mengacungkan tombak,
sembari memanggul punggung sang pertiwi dan bedil di pundak bumi,
Kau pun berbisik, “Anakku, merdekakah kita? Hidup atau mati, Ambarawa punya kita? Anakku, merdekakah kita?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetes Tinta Pahlawan Muda
General FictionKompilasi Cerpen dan Puisi dari Anggota Literasi Smenda. Menyambut Hut Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74. *** "Padamu Indonesiaku Urusanmu urusanku Lukamu lukaku Ungkapan terbaik untukmu Hanya sebuah doa di malamku"