03

164 12 10
                                        

Fateh berdiri di balkon rumahnya sendiri , Ia Saat ingin Bebas bisa merasakan kehidupan luar tanpa harus di kekang seperti ini .

" Kapan sih Fateh bisa merasakan kebahagian ?" Gumam Fateh Menatap Jalan yang Ramai karena kendaraan berlalu  lalang .

" Sebenarnya siapa Fateh? " tanyanya lagi kini sedikit keras .

" Fateh ya Fateh , Kamu adik Kakak anak keluarga Bramawijaya . " Jawab Fatim berdiri di samping Fateh. Fatim sebenernya Juga bertanya - tanya Seperti Fateh .

Tapi ia harus terlihat Kuat di depan Adiknya , Fatim tak mau adiknya merasa sedih dengan masalah ini .

" Kak Fatim ? " Lirih Fateh menatap Fatim sendu .

Fatim menggeleng menolak melihat tangisan Fateh , Fatim tak mau kembali melihat dimana ia sendiri akan jatuh . Fatim sangat tidak bisa jika melihat Adiknya menangis di depannya . Tapi , Fatim tak bisa menahan itu ia tak bisa egois untuk tidak mendengarkan keluhan Fateh .

" Keluarin semua yang kamu rasain teh , kakak akan selalu di samping Kamu " Lirih Fatim menahan mati - matian Tangisannya.  Fatim tak mau menangis di depan adiknya itu bukan menenangkan situasi tapi memperkeruh suasana.

" Fateh Capek kak... "

" Fateh Capek dengan semua ini... " Fateh memeluk Fatim melampiaskan semua kesedihan dan kehancuran dengan Tangisan .

Fatim hanya membalas pelukan Fateh , memejamkan matanya untuk menetralkan Tangisannya . Meskipun menahan tangisannya pada akhirnya juga air matanya lolos dari pelupuk matanya . Tangisan dan isakan Fateh yang terdengar di telinganya membuat Fatim seperti tersayat Seribu belati .

" It' s ok , Kak Fatim ada sama kamu teh , Jangan nyerah ya Teh . Kakak yakin mereka bakal menyayangi kita Ok " Kata Fatim mengelus punggung Fateh lembut .

***
Saaih duduk di sofa bersama keluarganya yang lain , Hari ini Keluarganya full termasuk Umi dan Abinya yang sepertinya sudah Pulang dari luar kota tadi sore.

" Tumben banget pada kumpul gini " Sindir Saaih sambil memainkan ponselnya.

Seluruh saudaranya menatap Saaih jengah , ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Saaih.

" Abi dapat info Kalau kemungkinan besar Adek Kalian Masih hidup " Kata Abinya membuat Mereka yang awalnya menatap Saaih kini beralih Pada Abinya termasuk Saaih .

" Ha !! Yang bener Bi ? Alhamdulillah.berarti Abi udah tau mereka dimana ? " Tanya Sajidah tersenyum senang.

" Abi hanya dapat info itu dari orang suruhan abi nak , mereka tinggal dimana Abi belum tau pasti " Jawab Abinya membuat mereka terdiam.

"Jadi ? "

" Mungkin besok Abi dan umi mau ke Bandung lagi cari tau kerumah sakitnya " Jelas Abi lagi . Mereka hanya menyimak dan mengangguk dengan penjelasan Abi.

" Pergi terus !" Sahut Saaih Datar , matanya tetap fokus melihat layar ponselnya tanpa melihat saudaranya yang menatapnya kesal.

" Ih , jangan gitu kita itu masih punya adik yang nggak tau keadaan mereka gimana ? Mereka masih tanggungjawab kita ih " Kata Thariq .

Saaih memutar bola mata malas , Saaih berdiri " Cari Sih cari tapi nggak terus - terusan pergi dan akhirnya lupa kalo di rumah masih Punya anak "

" Astagfirullah Saaih, bukan begitu Nak . Umi hanya mau bertemu dengan anak umi yang lama pergi . Tolong mengerti umi nak " sahut uminya yang melihat Kekecewaan dalam diri Saaih .

" Saaih ngerti kok , Saaih ngerti kalian rindu sama mereka . Tapi bisa nggak, Sekali aja luangin waktu buat kita yang ada di rumah lagian mereka juga belum tentu masih hidup " Jelas Saaih menatap saudaranya .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

where is my real family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang