"Apakah dengan kepergianku Ibu akan merasa bahagia?" tanya seorang gadis yang memiliki bola mata cokelat terang itu.
Binar-binar kebahagiaan yang selalu dia tunjukkan selama ini telah sirna digantikan dengan pandangan yang terlihat meredup juga tatapan yang penuh kekecewaan.
Saat tidak mendapati jawaban apa pun dari ibunya. Gadis yang sedang menggunakan jilbab army itu terlihat mengangguk beberapa kali, kemudian menyusut air mata yang tiba-tiba saja keluar dari bola matanya.
"Baik, aku akan pergi," ucapnya dengan berat hati, "tapi, saat aku kembali nanti, aku berharap Ibu akan menjawab semua pertanyaan yang selalu aku tanyakan pada Ibu."
"Ibu tahu tidak? Kalau selama ini aku tersiksa dengan sikap Ibu. Juga berbagai macam pertanyaan yang selalu ada di otakku tidak satu pun Ibu mau menjawabnya. Apakah sesulit itu, Bu?" Gadis itu menarik napas sebentar, kemudian menatap wanita yang telah melahirkannya di dunia ini dengan lamat-lamat.
"Setidaknya Ibu memberi tahu alasan Ibu membenciku. Juga memberi tahu keberadaan Ayahku ada di mana. Kalau memang Ibu tidak ingin memberi tahu keberadaannya, setidaknya Ibu menunjukkan fotonya padaku. Apakah sesulit itu, Bu?" jeritnya dengan kedua tangan yang mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya. Bahunya juga nampak bergetar seiring dengan isakan kecil yang mulai keluar dari bibirnya.
Melihat ibunya yang hanya bungkam membuat gadis itu menggeram pelan. Jujur saja dia sudah lelah menanyakan pertanyaan yang sama sekali tidak pernah dijawab oleh wanita yang dia anggap Ibu.
"Bu jawab! Jangan diam aja."
Wanita setengah baya itu menunjuk pintu utama. "Pergi!"
Sontak mata gadis bertubuh mungil itu membulat sempurna, sebegitu tidak diinginkannya kah dirinya? Sehingga dia harus diusir dari rumah ibunya sendiri.
Pada akhirnya gadis itu tetap menurut. Sebelum itu dia pergi ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya, tetapi tidak semua. Karena suatu saat nanti dia akan tetap kembali ke rumah ini untuk mendapatkan jawaban.
"Aku pamit." Dengan langkah gontai gadis itu meninggalkan ibu juga semua kenangan yang harus bisa dia lupakan. Tidak ada kenangan yang bisa dia ingat, karena selama hidup di rumah ini, dia sama sekali tidak pernah mendapatkan kebahagiannya.
Hay hay hay! Selamat malam!
Maaf, cerita ini aku unpublish dulu, ya. Soalnya aku mau revisi. Juga, ada perbedaan sedikit dari cerita sebelumnya, wkwkw.
Insya Allah, bakalan update seminggu sekali, tapi kalau aku rajin, bakal update dua kali. Hehehe, tapi jangan terlalu berharap, kalau aku akan update dua kali seminggu, ya ;)
Jazakumullah Khairan.
🌸Ay🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketegaran Alya
Teen FictionBagaimana rasanya dibenci oleh Ibu kandung sendiri? Diperlakukan layaknya pembantu oleh adik sendiri. Selalu disalahkan padahal masalah yang dibuat hanyala sepele. Setiap harinya harus berpura-pura ceria seolah masalah tidak pernah hadir dalam hidup...