Setelah melaksanakan salat asar, Alya keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Saat tiba di tangga terakhir dia berpapasan dengan Lastri yang saat itu akan menaiki tangga.
"Ngapain aja kamu? Jam segini baru keluar kamar. Inget, ya. Jangan pikir karena tinggal di sini, kamu bisa berleha-leha. Sana, bantuin Mbok Mina masak!"
Alya memperhatikan ibunya yang berjalan menaiki tangga. Ia mengembuskan napasnya dengan kasar, dibentak oleh ibunya adalah kelemahannya, sungguh hatinya akan ngilu setiap kali ibunya membentak.
Alya kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Saat tiba di dapur, ia melihat Mbok Mina mengelurakan banyak bahan makanan dari dalam kulkas dan hal itu berhasil membuat Alya mengerutkan keningnya.
"Mbok, kenapa semuanya dikeluarin?" tanya Alya lalu menghampiri Mbok Mina yang masih berdiri di depan kulkas yang terbuka.
"Eh, Non. Ini loh, nanti malam Bosnya Tuan datang makan malam, karena diundang sama Tuan sendiri." Alya mengangguk paham.
"Ya udah, Mbok aku bantuin, ya." Mbok Mina mengangguk lalu memberikan Alfi beberapa sayuran yang baru saja dikeluarkan dari kulkas.
Sambil memotong kentang menjadi bentuk dadu, Alya menceritakan pertemuannya kemarin dengan El, Alisya, Rafif, dan Rafan pada Mbok Mina.
"Jadi, ceritanya Non udah punya temen nih?" tanya Mbok Mina dan mendapat anggukan antusias dari Alya.
"Bener, Mbok. Mereka semua pada baik lagi, terus yang namanya Rafif itu lucu tau, Mbok. Dia suka ngelawak dan suka godain pacarnya, Alisya." Diam-diam Mbok Mina tersenyum haru memandang Alya yang begitu heboh menceritakan temannya. Ini pertama kalinya Mbok Mina melihat Alya seceria ini, dan sealami ini bahagianya.
"Oh iya, Mbok." Alya menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Mbok Mina dengan tatapan berbinar.
"Ada apa, Non?" tanya Mbok Mina penasaran.
"Mbok masih inget nggak sama cerita aku yang waktu di supermarket itu? Yang waktu aku mau ngambil cemilan terus ada tangan lelaki juga yang ambil cemilan itu." Mbok Mina sedikit berpikir dan detik berikutnya mengangguk.
"Dia juga salah satu temen Alya, Mbok. Dan dia yang namanya El."
"Iya kah? Kebetulan sekali berarti." Alya kembali mengangguk antusias.
"Sebelumnya aku juga pernah ketemu dia di kantor tempat Ayah kerja, Mbok."
"Loh, kok bisa? Emang dia kerja di sana?" Alya menggeleng pelan.
"Kayaknya nggak deh, Mbok. Soalnya waktu itu dia ke kantor nggak pake pakaian rapi kayak yang lainnya. justru pakaian dia sangat santai, Mbok. Kayak anak kuliahan gitu." Alya mengingat-ingat saat bertemu El di kantor waktu itu.
Baru saja Mbok Mina akan menanggapi ucapan Alya, tidak jadi saat mendengar bell berbunyi. Alya menahan Mbok Mina saat dia ingin beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketegaran Alya
Teen FictionBagaimana rasanya dibenci oleh Ibu kandung sendiri? Diperlakukan layaknya pembantu oleh adik sendiri. Selalu disalahkan padahal masalah yang dibuat hanyala sepele. Setiap harinya harus berpura-pura ceria seolah masalah tidak pernah hadir dalam hidup...