Konstelasi Rasa

126 19 2
                                    

° αngka satu °
___________

©FaretoMoxa23

“Kita bisa saja kembaliTanpa perlu memilihMana yang mengambil alih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kita bisa saja kembali
Tanpa perlu memilih
Mana yang mengambil alih.”
Adimas

_________

“Busuk”

Aku benci sesuatu yang busuk dan bau. Bangkai-bangkai, sampah-sampah, kotoran-kotoran. Mereka semua menjijikan. Bahkan tabiat saja bisa sangat bau ketika menatap kebusukan dirinya.

Gadis itu terus meraung meminta pengampunan. Sayang aku bukan raja yang senang berwelas kasih. Kali saja dia mau membayar gigolo untuk membuatnya tenang aku tak mungkin semarah ini.

"Kumohon... Aku akan menjelaskan segalanya, bertahanlah."

Bertahan dari apa? Satu-satunya musuhku hanyalah kau, wanita berkedok malaikat yang memaksaku berhenti mengejarnya.

"Biadab!"

Suara pecahan mengakhiri pertengkaran kami. Akhir dari dirinya sendiri, juga awal hidup baru bagiku.

.
.
.
.

Terhitung 5 tahun berlalu.

Tidak ada yang berubah dari diriku selain kehampaan ruang. Terkadang masih ada rasa sesal, malu dan enggan untuk berpijak diatas aspal kelabu.

Penjara bukan ide bagus.

Keluar dari sana pun bukan hal yang menyenangkan.

Aku mendecih saat semua orang menatapku barusaja keluar dari lapas, tatapan jijik yang membuatku kembali membenci kebusukan. Hati mereka, tidak ada yang tahu bentuknya, mungkin tidak terbentuk dari gumpalan daging melainkan dari kotoran dan nanah-nanah kering yang mengering hingga hidup bisa sangat bau bagi mereka.

Tidak ada yang berubah dari dunia ini selain Ade.

Satu-satunya orang yang kumiliki untuk tetap singgah diatas tanah.

Gadis yang berhenti kukejar demi seorang pelacur yang tak jauh beda dari sampah-sampah busuk itu.

"Hai," sapa gadis itu mesem sangat manis. "Bagaimana kabarmu, dimas?"

Aku terdiam, rasanya tidak sanggup menjelaskan kondisiku sekarang.

"Mas, aku turut—"

"Tidak usah diucapkan!" sentakku. "Dia tidak pantas untuk diberi bela sungkawa!"

Ade menunduk seraya berkata maaf, aku merasa bersalah membuatnya sedih barusan. Wanita itu memasukan koperku ke bagasi mobil avanza putihnya. Kemudian mengajakku untuk duduk dibangku penumpang.

Ade, tidak berubah semenjak aku menghilang dari peradaban mereka selama berbulan-bulan. Ade masih tetaplah teman, setengah hati, yang ingin kuperjuangkan.

"Rumahmu masih ditempat yang sama, aku akan mengunjungimu sesering mungkin." ucapnya menancap gas.

Aku mengangguk.

Kini hanya tinggal mengetahui tentang rumahku. Rinduku

.
.
.

Starring by

× Dimas Bintang AjisakaLee Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

× Dimas Bintang Ajisaka
Lee Jeno.

________

Hidup WIP ~

Konstelasi Rasa - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang