“Aku bukan pecinta fajar namun hidup berdampingan dengannya, begitu sederhananya hidup.”
.
.
.
.
."Adimas... Adimas!"
Kutolehkan wajah kearah wanita itu, ia tampak kesal setelah melihatku terus memandang gambar di kamera. Senyumanya mengembang, cari perhatian ternyata.
"Hm?"
"Aku cuma mau tanya, kamu sejak kapan ada hubungan dengan Ilham lagi?"
Aku mengangkat bahu, "Semalam mungkin?"
Ade mengangguk paham kemudian kembali diam. Sikap berubah-ubahnya masih sama, kadang heboh, kadang pendiam, kadang pengertian... Ade itu serba kadang sampai kurasa mungkin dia kadang sedih. Sampai disini obrolan kami terhenti dengan aku dan ade yang masih menatap jenuh layar masing-masing.
"Mas, aku mau cerita."
Kutolehkan, kufokuskan, atensiku kepada wanita itu. Ia tampak sumringah saat hendak bicara. Aku sendiri tidak tau arti senyuman itu, yang jelas dari pandanganku dia adalah wanita yang sama cantiknya seperti Ade 6 tahun lalu.
"Apa itu?"
"Mas mau kenalan sama Fajar?" tanya Ade, agak memelankan suaranya.
"Fajar?"
Ade mengangguk, "Fajar, pacarku.
Entah mengapa seisi ekspetasiku lenyap, senyumku memudar sekalipun tak ingin. Memang sulit membodohi diri sendiri, tak hanya karena aku menyembunyikan perasaan, melainkan juga karena tak tahu bagaimana caraku bicara berikutnya. Rasanya tak ada harapan.
Aku mengangguk, "Kalau dia tidak keberatan, aku boleh-boleh saja." balasku, dengan setengah hati.
Ade mengangguk, "Akan ku telepon." ucapnya.
Kulihat ade tengah menyeka rambutnya sebari menekan beberapa digit nomor di layar handphone, ia kemudian menempelkan layar ke telinganya dan terdengar bicara dengan seseorang. Mungkin Fajar? Pria yang ia cintai kini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi Rasa - Lee Jeno
Fanfiction-; Kita bisa saja kembali. Jika mampu menerima lagi Tanpa terjerat kelahi - Dipersembahkan untuk seseorang yang berharga ©FaretoMoxa23