Chapter 3

15 2 0
                                    

Namanya adalah Triton Wirawan, seorang jenderal perang yang sedang bertugas di kerajaan pusat. Namun secara kebetulan ia ditugaskan di daerah pinggiran desa seperti desa kecil dipinggir laut tempat Galang tinggal.

Ia memiliki badan yang sangat besar dan tinggi seperti seekor beruang yang sedang berdiri memanipulasi mangsanya. Karena bawaan fisik badannya yang besar dan kekuatannya yang melebihi manusia normal, ia sampai dijuluki 'reinkarnasi samson' yang merupakan manusia legenda yang sangat kuat yang mampu mengangkat sebuah patung candi serta melemparkannya.

DIbalik badannya yang tegap itu, ia memiliki sikap hormat kepada seluruh masyarakat tanpa memandang kasta. Mungkin sikap itu dapat ia tanam karena ia merupakan orang yang lahir di bawah pahit manis masyarakat kalangan bawah. Maka dari itu, sebagian besar dari tentara miliknya merupakan orang masyarakat juga yang memiliki sikap bela kerajaan yang kuat.

"Sudah seminggu ya kita tidak bertemu, pak ksatria. Maaf aku tidak sadar kalau itu dirimu"

Mengambil kerupuk dan segera mengunyahnya.

"Ya, sejak hari itu aku menyelidikimu nak Galang. Tapi tidak kusangka kau hanya seorang pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Hahahahaha"

"Hei bukankah itu tidak sopan menyelidiki identitas seseorang, pak ksatria."

Mengambil kerupuk satu lagi kemudian kembali mengunyah.

"Gak sopannya, panggil aku Triton nak. Menyelidiki seseorang merupakan hal yang wajar bagi seorang ksatria bukan..."

"Kau memang benar. Tapi sangat jarang melihat seorang kapten ksatria minum disini. Apa urusanmu kemari?"

Kembali mengunyah kerupuk baru.

"Aku ingin melihat seseorang yang sudah membuatku jatuh terduduk padahal aku lah yang menabraknya secara tidak sengaja. Dan aku berniat untuk mengundangnya masuk dalam daftar menjadi prajurit dibawah naunganku"

"*Glek. Kau becanda?"

Galang terkejut mendengarnya dan segera menelan kerupuk yang ia kunyah.

"Maksudku, aku bukanlah keturunan bangsawan atau orang kaya kau tahu? Masa iya keturunan bangsawan bisa bersosialisasi terhadap masyarakat. Oops maaf bukan bermaksud menyinggung, tapi kebanyakan bangsawan songong semua.________ hmm? Annisa dimana susuku?"

Galang memeriksa area meja makannya, namun tidak terdapat susu pesanannya satupun. Anisa yang mendengar itu pun segera mengantarkan minumannya dengan rasa bersalah akibat keterlambatannya dalam menyediakan minuman.

"Nah gitu donk, masa aku dipaksa minum angin? Omong – omong ini susu buatan siapa?"

"I-ibuku..."

"Ahh sial, tapi aku haus banget"

Galang meminum haus susu tersebut pada gagang cangkir kayu kemudian setelah susunya habis ia membanting cangkir kayu yang membuat hentakan keras.

"Kau menipuku lagi Annisa, apa salahnya bilang kalau susu ini buatanmu"

"Sssst ja-jangan keras – keras Galang. A-aku cuman membuatkannya karena ibuku kulihat sedang sibuk me-memasak tadi. Maafkan aku atas keterlambatannya"

"Gak apa – apa. Gak usah dipikirkan, santai saja.______Jadi begitulah kapten. Bukan aku tidak mau, aku biasa lah mendapatkan masalah. Tapi aku tidak mau gara – gara aku kau dipecat dari ksatria kerajaan dan hidup menggila seperti orang bodoh."

"Kau bercerita seperti telah mengetahuinya saja"

"Memang aku mengetahuinya, dia memiliki pangkat tinggi di ksatria juga tapi karirnya hancur setelah memasukkan orang berbakat yang merupakan seorang masyarakat kasta rendahan"

"Dimana dia?"

"Dikuburan"

"Maksudmu dia sekarang jadi tukang jaga kuburan?"

"Tidak, maksudku dia sudah mati akibat kelaparan karena menggila di desa sebelah"

"Oh begitu"

"Maka dari itu, aku tidak ingin membuat masalah yang akan menimpamu."

"Tapi kau bisa menjadi kaya raya dengan uang yang melimpah. Jika kau hebat dan meraih banyak prestasi, kau akan diberi tanah serta rumah loh"

"Heeeh aku tahu kalau gaji kalian banyak, dan aku tahu darimana itu berasal. Tapi aku tetap tidak mau juga. Hidup dengan dikekang peraturan serta perintah dari mereka, seolah – olah aku menjilat kaki para orang keparat itu. Ihhh gak mau."

"Hehehehahahahaha, aku semakin menyukaimu Galang. Ayolah bergabung bersamaku"

"Gak mending aku bergabung bersama saudaraku dalam membasmi hewan yang merepotkan desa ini"

Tiba – tiba terdengar suara orang yang bertugas menyampaikan pesan. Dia akan terus berlari menelusuri seluruh rumah desa demi menyampaikan berita tersebut.

"Para pemburu telah pulang... Para pemburu telah pulang..."

Suara itu terdengar keras namun perlahan menghilang karena jaraknya yang semakin jauh.

The NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang