Chapter Three

4.8K 822 299
                                    

Yamanaka Ino nyaris tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Setelah ditelaah, kemampuan FBI-nya keluar untuk sekedar menstalking akun Uzumaki Naruto dan Hyuuga Hinata, sampailah mereka di sini. Restoran Gyukaku dengan Haruno Sakura yang membayar makan malam sebagai bonus tambahan.

Di antara mereka bertiga, karir Sakura yang terlihat lancar. Duit selalu mengalir walau kesibukan tidak kunjung surut. Sakura hanya punya waktu tiga sampai empat jam bersantai. Selebihnya, bekerja.

Sakura membakar premium beef di atas panggangan, menatap Ino yang kini menurunkan ponselnya. "Sakura, kau percaya tidak kalau Naruto dan Hinata berkencan? Atau Dispass hanya mengada-ada?"

Sakura mencibir. Memicing pada Ino seraya membalik dagingnya. "Mana mungkin? Mereka itu wartawan handal. Apa kau lupa kalau Gaara pernah mengajak salah satu wartawan untuk adu jotos dengannya karena mengintip kakak perempuannya mandi? Walau tidak sengaja. Tapi, sama saja itu tidak sopan!"

Sakura menghela napas. "Dan melihat perjuangan mereka yang amat sangat besar itu, aku duga mereka juga mengikuti Naruto atau Hinata diam-diam cukup lama."

Ino mengangguk. "Waah, dan Blue Entertainment diam saja?"

"Mereka ada di usia yang cukup untuk berkencan. Wajar saja kalau ada berita ini muncul, mereka hanya menanggapi santai. Lagipula, Naruto dan Hinata bersih skandal. Kenapa harus takut?"

Ino kembali mengangguk. Mulutnya tidak berhenti mengunyah. "Aku melihat beberapa akun penggemar mereka. Kebanyakan dari shipper yang mengarang-ngarang cerita bahwa gelang yang Hinata pakai, topi yang Naruto pakai di bandara atau bahkan jaket yang sama adalah clue kabar kencan mereka." Ino memutar mata. "Kenyataannya itu hanya endorse. Kasihan sekali."

Sakura terkikik. "Aku pernah mengalaminya," Sakura menaruh sumpit di atas piring. "Kau ingat? Hm, sekitar awal tahun saat aku pulang dari Kanada, Dispass memberitakan bahwa jaket yang aku kenakan persis dengan jaket milik Uchiha Sasuke."

Ino melotot tak percaya. "Ah, ya! Kau benar!"

Sakura tersenyum lebar. "Kita sama-sama penyuka barang mahal. Penggemar langsung menggila saat ada akun shipper yang memberitakan ini di postingan mereka. Ini ramai, dan Dispass semakin gencar saja mencari berita."

"Yang benar saja! Jaket apa yang kau pakai saat itu?" Ino terkikik geli.

"Oh, biasa. Hoodie dari Supreme."

Kepala pirang itu terangguk lagi. "Luar biasa."

"Dan kasus Naruto sama saja. Naruto baru saja kembali dari Boston, kan? Hinata juga melakukan pemotretan di sana. Penggemar menganggap itu adalah kunci kabar kencan mereka."

"Dan Dispass ternyata benar?"

Sakura mengangkat bahu. Tersenyum mengejek pada Ino. "Mereka sedang tidak terlibat proyek film bersama," jelasnya menyindir si Yamanaka yang mendadak kaku. "Kita harus bertanya pada Hinata."

"Ide bagus."

Sakura mengintip ponselnya dan mendapati satu pesan mampir di Whatsapp.

Lion: Jangan beli makan. Aku sudah makan.

Sakura: Yang mau belikan kau makan siapa memangnya?

Sakura diam-diam mengulum senyum. Mengusap pipinya dan lanjut memakan habis makanannya.

***

"Kenapa Mama di sini?"

Sasuke mengusap kedua matanya yang terasa berat. Dia pikir suara mobil berasal dari mobil Sakura. Tetapi, dugaannya salah. Yang datang ibunya sendiri, Uchiha Mikoto. Yang baru kembali dari liburan jetsetnya berkeliling Eropa.

DISPASS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang