Chapter 01 : Raka van Andreas

98 12 44
                                    

Di sebuah rumah bergaya Eropa Kuno. Tinggallah sepasang suami istri kaya raya yang baru saja memiliki seorang anak laki-laki. Kebahagian terukir jelas di wajah mereka.

Setelah menunggu lima tahun lamanya, akhirnya sang Istri yang bernama Eliza van Hock Andreas melahirkan anak pertama mereka. Kehadiran sang anak menjadi arti kehidupan mereka.

Eliza sangat menyayangi buah hatinya melebihi apapun. Ia memiliki surai rambut hitam panjang. Wajahnya yang cantik dan penuh senyuman menjadi daya tariknya.

"Owe ... Owe ...."

Suara tangis bayi laki-laki tampan membuat senyum tulus terukir dari kedua orang tuanya. Ia sangat diperlakukan dengan manja, penuh perhatian dan kasih sayang.

"Raka ... Kamu adalah putra tampan Ibu," ucap Eliza penuh senyuman yang takkan luntur.

"Jagoan Ayah memang terbaik ...." sahut pria berusia sekitar 30 tahunan. Ia memiliki wajah tampan dan berambut pirang. Sikap yang tegas dan wibawa menjadi daya tarik dirinya. Ia bernama Reyhans van Andreas.

Raka berhenti menangis. Ia memandang wajah kedua orang tuanya dalam diam.

Satu tahun telah berlalu. Raka kini berusia 1 tahun. Ia selalu menjadi pusat perhatian seisi rumah yang tinggal di sana.

Ia terlihat berusaha berjalan ke arah sang Ayah. Dimana sang Ayah sedang membaca sebuah buku. Dengan langkah gontai dan belum lancar berjalan, ia telah sampai di tempat tujuan.

"Aya ... Itwu bucu apwa?" tanya Raka cadel khas anak kecil.

"Ternyata kamu, Raka. Ini Ayah sedang membaca buku tentang mitologi Yunani." jawab sang Ayah aka Reyhans. Ia mengangkat Raka dalam pangkuannya. Kini keduanya terlihat sedang membaca buku bersama.

"Waaa ... Ini keyen sekali aya ...." ucap Raka menunjuk salah satu gambar.

"Oh ... ini namanya Phoenix, sang burung abadi." balas Reyhans.

"Laka sukwa," ujar Raka senang.

Reyhans mengacak rambut anaknya gemas. Ia tersenyum kecil melihat sang jagoan juga menyukai tentang sejarah mitologi. Ia berpikir bahwa di masa depan Raka akan menjadi seorang arkeolog terkenal seperti dirinya dan istri tercinta.

.
.
.
.
.

Raka tengah berada di taman belakang. Ia terlihat sedang bermain dengan seorang gadis kecil yang seusia dengannya.

"Laka ... Ayo kejal akwu hehe," kata Aurel, nama sang gadis kecil.

"Akwu kejal ya kamwu," ucap Raka.

Keduanya berlari sambil tertawa bersama. Saat Raka menengok ke atas. Ia melihat sosok burung berwarna merah menyala terbang melintas.

Ia merasa seperti pernah melihat sosok burung tersebut. Burung merah itu terbang bebas lalu menghilang dalam sekejap.

"Hei, Laka. Kamwu cedang lihat apa?" tanya Aurel penasaran.

Ia juga melihat ke atas. Tak ada yang menarik baginya, kecuali awan putih.

"Akwu balu saja melihat bulung api yang beswal di cana." jawab Raka polos.

"Mana? Tidac ada apa-apa tuch." balas Aurel.

Kejadian di taman belakang rumah menjadikan dirinya semakin tertarik dengan sejarah mitologi di seluruh dunia. Raka juga baru mengetahui pekerjaan kedua orang tuanya sebagai peneliti dan arkeolog. Membuat dirinya semakin menyukai sejarah mitologi.

.
.
.
.
.

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun. Serta keempat musim yang berbeda selalu berganti setiap tahun.

Mythology of InscriptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang