Chapter 02 : Felicitta Rhaelinne Valley

72 9 11
                                    

Namanya Felicitta ....
Artinya yang tersayang ....
Yang tercinta ....

Tapi ... Kenyataan tidak sesuai dengan namanya ....
Perwujudan Do'a yang diberikan oleh Ibunya ....

Tiga tahun ....
Itu bukanlah usia dimana seorang anak bisa melakukan segalanya sendiri ....
Tapi dia berbeda. Gadis itu sudah melakukan semuanya sendiri ....
Karna ayahnya ....
Neneknya ....
Kakeknya ....
Seluruh keluarganya meninggalkan dirinya ....

Karna Ibunda tercinta telah meninggal dunia ....
Meninggalkannya sendirian, di dunia kejam dan suram ....

Dua tahun berlalu ....
Gadis itu menetap di sebuah negara yang jauh dari kampung halamannya ....

Negeri matahari terbit dengan bunga sakura sebagai ikonik negaranya ....

Gadis itu masih sendiri ....
Tapi dia menemukan tujuan lain dalam hidupnya ....
Dia ingin menjadi seorang peneliti, penemu, sekaligus Ilmuwan seperti almarhum Ibunya ....

Tapi ....
Tentu saja menjalani kesendirian masih menjadi rutinitasnya ....
Disela-sela waktunya mengikuti pelajaran etika, table manner, musik dan pelajaran lain yang tak sesuai usianya, ia menyempatkan diri membaca dan meneliti semua peninggalan ibunya ....

"Ibu ... sudah dua tahun ... Apa kau tahu? Aku ingin menjadi sepertimu ...." ucapnya lirih dengan mata kosong.

Sekilas ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya ....
Sebuah kalung berbentuk hati dengan kristal seperti safir ditengahnya ....

"Ibu ... Apa kalung ini salah satu penemuanmu? Kau suka menyimpan benda-benda antik yang aneh ...." pikir gadis itu sendu sembari tersenyum sedih.

Setelah memandangi kalung itu, sesaat ia memutuskan untuk menyimpan kalung itu di saku rahasia yang ia jahit sendiri di balik roknya.

"Permisi Nona ...
Nona, sebaiknya anda segera kembali .... Tuan akan segera kembali ke Inggris dan ingin mengucapkan selamat tinggal," ucap seorang pelayan tiba-tiba yang seketika membuat wajahnya berubah dingin dan gelap.

"Katakan pada Papa, aku sibuk." ucapnya cepat lalu pergi dari perpustakaan ibunya. Ia memutuskan untuk pergi ke taman rahasia yang ia temukan di belakang mansion rumahnya.

"Ah ... Papa sungguh membenciku..
Apa karna mataku?!" lirihnya sambil melihat ke pantulan wajahnya di air.

"Hei, kau siapa? Baru pindah ya?"
tanya seorang gadis kecil berambut, em ... pink (?) berkacamata, terlihat bingung.

"Ah ... eumm, a-aku? I-iya aku baru saja pindah! Ka-kalian sedang apa?" jawabnya gugup, sambil melihat ke arah 2 orang anak aneh di belakang si kacamata itu. Yang benar saja ... Kenapa gadis itu memiliki rambut putih? Dan ... apa-apaan dengan anak laki-laki yang terlihat acuh dan muram itu? Dia masih anak-anak, 'kan?!

"Ah ... Kita sedang bermain Tag! Mau ikut anak baru?" tanya anak laki-laki yang dikatakan aneh olehnya itu.

"Ah, boleh kah?" Gadis itu menjawab cepat dengan mata berbinar terang. Oh ... sungguh, anak laki-laki itu mundur beberapa langkah sekarang.

"Um ... Tentu kau bisa ikut ...."
Kini anak perempuan berambut putih itu yang menjawab dia terlihat terlalu dingin, lagi.

"Eh, tunggu! Ada yang ingin ku tanyakan!" kini gadis itu terlihat semakin terang.

"Tanya apa?" jawab ketiga anak-anak itu kompak.

"Emm ... Tag itu apa ya?" tanyanya dengan wajah polos tapi berbinar cerah.

"Ah ... Dasar anak aneh," ungkap anak laki-laki itu spontan.

"Pfft!"

Kini anak perempuan berambut pink yang terlihat menahan tawanya dengan penuh perjuangan. Dan sepertinya ... gagal.

Mythology of InscriptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang