1

17 1 0
                                    

"Kita hanya butuh waktu, untuk menyelami kepribadian masing-masing."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"SETAHUN PACARAN DAN LO BARU DIAJAKIN JALAN HARI INI?!" Pekikkan itu mampu membuat seisi kantin menoleh termasuk mbak Kantini yang lagi asyik goreng sosis. Terlihat seorang cewek sipit sedang mengomel ah lebih tepatnya meneriaki sahabatnya sendiri.

"Suara lo cacing gak sesuai body." Cewek dihadapannya berucap dengan suara pelan sambil mencondongkan tubuhnya ke lawan bicara, malu karena menjadi pusat perhatian

"Ya lagian elo sih, baru kali ini liat orang pacaran udah setahun lebih lima hari tapi baru diajak jalan hari ini." Yuki mengikuti instruksi si lawan bicara untuk memelankan suara. "Nih yah. Ada dua kemungkinan nih, pertama dia bener-bener kere yang kedua dia punya cewek lain."

"Mulutnya minta disambelin." Diza menyodorkan sendok berisi sambel tumis ekstra pedas. Hal itu membuat si sipit -yang katanya nggak punya keturunan Chinesse sama sekali- berdecak.

"Gue serius nih, secara nih yah selama setahun ini dia gak pernah tuh upload foto lo di instastorynya. Lo kayak dirahasiain dari dunia yang fana ini."

"Yaelah baru juga setaun, Ki. Noh banyak diluar sana yang tiap hari fotonya diupload, sering jalan bareng bahkan keluarga saling kenal, eh tau-taunya ditinggal nikah." Yuki sedikit mengangguk membenarkan ucapan Diza sambil meneguk es teh manis yang tadi dipesan.

"Emang penting banget yah upload foto pacar menurut lo?"

"Ya pentinglah!" Entah mengapa cewek ini sangat menggebu-gebu. "Mana tau aja cowok lo punya cewek sana-sini."

Oke sekarang Diza tidak nahan untuk tidak menarik rambut pirang itu. Bukannya memekik kesakitan Yuki malah membelalakkan matanya, mau tak mau Diza mengikuti arah pandangnya. Seketika tubuhnya menegang mendapati pemandangan yang amat sangat tidak menyenangkan.

Ya disana cowok yang sudah setahun lebih lima hari -kata Yuki- menjadi pacarnya terlihat tengah merangkul seorang cewek, sepertinya itu kak Della.

Diza hanya endengus kemudian balik menatap Yuki yang kini menatap dengan khawatir. Gadis itu hanya mengedikkan bahu, terlihat acuh namun nyatanya hatinya mencelos. Lalu melanjutkan makannya, sepertinya dia ingin cepat-cepat pergi dari sini.

Baru dua suapan gado-gado yang masuk ke mulut, Diza tersedak saat menyadari seorang cowok yang tadi berhasil membuatnya menggertakkan gigi dengan enteng duduk disebelah sembari menyodorkan air mineral.

"Kalo makan itu pelan-pelan." Suara serak yang khas memenuhi indera pendengaran Diza.

Mungkin karena sangat kesal, alih-alih mengambil minuman yang cowok itu sodorkan Diza malah memilih menyambar es teh Yuki, membuat cewek sipit itu melotot lucu. Namun Diza tak berniat tertawa, kan rugi nanti akting ngambeknya bisa gagal.

"Aku taruh disini yah." Ucapnya, lalu meletakkan air mineral tersebut di meja. Ya begitu saja, sangat enteng, seenteng berat badan Yuki. Kemudian berlalu pergi meninggalkan kantin. Bahu Diza merosot sambil menatap tak selera pada makanan didepannya.

"Iki tirih disini yih." Yuki bersuara setelahnya dengan nada yang mengejek, namun Diza hanya tersenyum samar.

~~~~

OvermorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang