1. Rumah

20 3 1
                                    

Lembayung senja kini sudah menampakkan kecantikkannya mengiringi langkahku untuk pulang. Membelah jalanan Bandung yang begitu ramai di kala sore hari.

Aku yang berada di dalam mobil umum bercat hijau ini sudah beberapa kali mengerjapkan mata, untuk menghilangkan kantuk yang sudah menyerang tubuhku.

Sesekali ku edarkan pandangan ke arah jendela, hmm.. hanya menampakkan jalan dan para pengendara yang saling menyalip untuk cepat sampai ke tujuan. 30 menit pun berlalu, akhirnya aku sampai ke tempat ternyaman yaitu rumah.

Ku buka pagar besi bercat biru yang kini sudah kusam dan terkelupas, menandakan sudah lama tidak diganti.

Krieetttt...

Suara decitan pagar terbuka dengan susah payah, karena karatan yang sudah ada disana sini. Atau mungkin hampir seluruhnya.
Bismillah.. Ku buka pintu rumah berbahan kayu itu dan melangkahkan kaki kananku terlebih dahulu.

" Assalamualaikum mah, mah aku pulang."  panggilku setelah benar-benar mendaratkan tubuhku di dalam rumah. Ibuku yang berada di dapur, langsung menghampiri dengan spatula panas yang masih dipegangnya serta celemek yang sudah banyak terkena noda tersampir di tubuhnya.

" waalaikumussalam sayang, anak mamah udah pulang ternyata. Istirahat dulu ya biar turun dulu keringatnya, habis itu mandi lalu makan oke soalnya mamah udah bikin makanan kesukaan kamu." Dia menghambur ke arahku lalu kucium tangannya, yaitu tangan lembut yang membesarkanku hingga kini. Percakapan itu pun diakhiri dengan saran dari malaikatku yang tak lain adalah ibuku tercinta.

Akupun bergegas masuk ke kamar, istirahat sebentar lalu pergi membersihkan tubuhku yang sudah lengket terkena keringat. Kurang lebih 20 menit, aku menyelesaikan ritual mandi. Kemudian memakai baju tidur bermotif panda favoritku dan juga hijab hitam Andalanku. Setelah itu, berlari menemui ibuku di dapur.

" mah rifa mau bantuin mamah masak. " Usulku penuh semangat.

" udah selesai sayang, lagi pula kamu kan baru pulang. Oh iya, kamu mau makan sekarang apa nunggu papah pulang?" Tanya ibuku sambil menata susunan makanan agar tersaji rapih di meja makan.

" nanti aja deh mah, aku tunggu papah pulang. Soalnya bentar lagi juga maghrib mah. " Jawabku sambil membantu merapikan hidangan makanan.

Tidak lama setelah itu, adzan maghrib berkumandang. Menghentikan aktivitas kami berdua. Kami bergegas mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Selepas sholat, aku dan ibuku terbiasa melaksanakan tadarrus bersama untuk menunggu waktu isya datang. Setelah adzan isya, kami melaksanakan sholat berjamaah lagi.

Dan setelah selesai bermunajat kepada sang pencipta. Aku mencium tangan ibuku, seraya meminta maaf dan memohonkan keridhoan untukku. Karena ridho ibu adalah ridho Allah.

Selang beberapa menit, terdengar suara pintu diketuk. Aku yakin itu pasti papah. Aku meloncat kegirangan, membukakan pintu dan menyalaminya. Ku raih tas yang biasa di bawa papah untuk bekerja. Namun papah tak seperti biasanya. Wajahnya terlihat meredup, sorot matanya sayu menandakan beban berat telah menimpanya.

Kemudian, ibuku yang baru keluar dari kamar menyalami papah. Mereka saling bertatap cukup lama, yang membuatku bingung harus melakukan apa. Akhirnya kepeluk erat papahku. Ibuku pun mengusap-ngusap lembut lengan suaminya itu, dia sangat pandai dan mengetahui gerak-gerik suaminya ketika sedang dilanda masalah.

Papahku yang sudah tidak tahan lagi dengan masalah yang dihadapinya merengkuh kami berdua dan sesakali mencium pucuk kepala kami secara bergantian. walaupun aku belum tahu apa sebenarnya yang menimpa papahku ini.

" papah sayang kalian berdua, papah mohon jangan tinggalkan papah sendirian. Apapun yang terjadi, kalian harus ada di samping papah. " lirinya dengan suara gemetar menahan bulir-bulir hangat dari kedua ufuk matanya.

" papah kenapa bilang begitu, aku sayang papah dan mamah. Dan ga akan pernah tinggalkan papah. Aku akan selalu di samping papah. " tuturku dengan tangis yang sudah pecah.

" iya pah, mamah sayang papah. Apapun yang terjadi mamah akan selalu ada di samping papah. " ucap mamah menenangkan papah.
Kemudian papah melepaskan pelukannya, lalu tersenyum kearah aku dan ibuku.

" papah sangat bahagia dan bangga memiliki dua bidadari yang selalu setia dampingi papah. " puji papah sambil mengacak-ngacak jilbabku.

Tak lama setelah itu papah pamit untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu. Dan diikuti oleh mamah yang mengekor dari belakang.

Dan aku memutuskan untuk duduk menunggu di meja makan. Cukup lumayan lama aku menunggu, kantuk pun mulai menyerangku. Aku menelungkupkan kedua lenganku dan mulai menjelajahi alam tidur.

" sayang bangun, yuk kita makan dulu. " Ajak ibuku sambil menepuk-nepuk bahuku. Berkali-kali aku mengerjapkan mata untuk mengambil kesadaranku lagi. Dan saat mataku sudah terbuka sempurna, ku lihat papah sudah duduk manis di depanku dengan senyuman merekah yang di berikannya.

Aku segera bangkit untuk membasuh wajah dan tanganku. Lalu menghampiri papah dan mamah untuk makan malam. Saat ku tengok jam yang menggantung di dinding, rupanya sudah jam sembilan malam. Makan malam yang cukup larut batinku.

Kami melahap hidangan makanan yang sudah di buat mamah tadi. Tak ada percakapan saat kami menyuapkan makanan paling enak seantero jagat raya ini. Hanya dentingan sendok dan garpu saja yang menggema. Setelah habis barulah papah memulai pembicaraan.

" sayang gimana kuliah kamu? Lancar kan nak?" tanya papah dengan dengan kedipan mata yang begitu memikat. Iya begitulah ayahku, jika dia berbicara denganku ada-ada saja kelakuannya.

" baik pah, besok hari pertama aku ospek. " jawab ku sambil menerima susu cokelat hangat yang diberikan mamah.

" jangan genit-genit ya sayang, papah belum rela kamu di miliki lelaki selain papah." mohon papah kepadaku.

" papahh apaan ih, aku kan kuliah mau belajar, bukan mau cari jodoh." ujarku dengan memanyunkan bibir karena sebal. Ibuku hanya tertawa renyah saat suaminya itu menggoda anak simata wayangnya.

" ya udah sekarang kamu tidur ya sayang, takutnya kamu telat bangun besok." perintah papah kepadaku dan disetujui oleh mamah. Aku pun melangkah pergi ke kamar, namun sebelumnya ku peluk mamah dan papah secara bergantian.

Aku berjanji pah, mah. Tak akan pernah membuat kalian kecewa. Apapun yang kalian inginkan dariku pasti akan kulakukan dengan sungguh-sungguh. Aku sangat menyayangi papah dan mamah.

Papah terimakasih atas semua keteguhanmu, kerja kerasmu, perlindungan mu, cintamu yang selalu engkau berikan kepadaku. Papah, aku selalu merindukan pelukanmu saat kau jauh dariku. Pah aku tak sanggup melihatmu menjatuhkan air mata di depanku.

Tapi papah selalu menyembunyikannya dariku. Dan seakan-akan semua nya baik-baik saja. Karena papah selalu bilang alasannya, papah sangat mencintaiku.
Papah..putrimu ini sungguh beruntung mendapatkan cinta darimu.

Tak terasa bulir-bulir hangat jatuh ke pipiku. Entah apa yang terjadi padamu pah, aku harap papah baik-baik saja. Dalam hati, putrimu ini ingin sekali membantu. Tapi papah selalu menutupi semuanya dariku. Papah lelaki hebat. Aku sangat mencintaimu pah..

Di tengah kekhawatiran ku pada papah. Aku mencoba untuk tenang.
Ku hempaskan tubuh ke kasur tercinta, kumatikan lampu dan berdoa sebelum tidur.  Perlahan kelopak mataku tertutup. Kutarik selimut yang bermotif bunga sakura dan kemudian terpejam. Tak lama setelah itu, aku sudah berkelana di alam mimpi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Alhamdulillah, part pertama selesai. Jangan lupa untuk vote dengan menekan tanda bintang disana dan komennya yaaa!!😍

Syukron untuk semua yang menyempatkan membaca ceritaku 🤗🤗🤗

TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang