"Surprice,kau senang..?" Kecupan singkat mendarat di pelipisku.
Inilah Fabian dia dengan piawai membuat semuanya seolah nyata seakan tidak ada yang pernah terjadi membuat cerita pernikahan kali ini sedemikian manis tapi dibalik itu semua sudah perikirakan dia ingin menggoresku dengan lebih dalam sebagai hukuman untuku aku sudah mulai mencerna semuanya aku sudah bisa menyadari rencana Fabian sekarang. Tapi jika kutanyakan apa yang di katakan Nadia benar atau tidak aku takut detik ini juga pernikahan ini menjadi berakhir aku tidak menginginkan itu di sisi lainnya aku juga mengedepankan keegoisanku semata dengan mengedepankan cinta saja yang terjadi hanyalah rumah tangga yang tidak sehat jika tak kunjung diselesaikan dengan benar maksudku mungkin aku bisa berdiplomasi dan memperbaiki semuanya bukan mengakhirinya.
Aku meperhatikan deretan lipstik favoritku yang bermacam warna tidak terlalu banyak hanya 4 warna 2 warna lebih gelap dua lagi warna rona pink dan nude,kosmetik yang menjadi alat bedah untuk wanita diatas wajahnya nyatanya memang tidak lebih sebagai pemulas tanpa bisa menutupi banyak .setebal apapun kecantikan hasil kosmetik bukanlah hal yang indah saat segala perasaan kita perempuan sedang dalam masa yang buruk ..
Kulirik cermin di depanku memamerkan Fabian sedang duduk diatas kasur memperhatikan layar laptopnya dengan serius,
Aku mendekatikanya dengan mata yang terus tertuju padanya seolah tak mau lepas bukan karna apa tapi akankah nanti aku masih bisa menikmati pemandangan ini lagi setelah aku mengutarakan segala pertanyaan di kepalaku ini.
"Hey ,kemarilah ada apa?"
Bian mengulurkan tangannya menyambut tubuh kurusku kedekapannya,"Bian.."panggilku takut takut aku ingin dengan cepat mengeluarkan pertanyaanku padanya tapi tidak bisa seperti ada yang menahan setiap kata kataku di ujung lidah
"Hmmm" di mencium pucuk kepalaku
"Bian apa kita akan selalu bersama selamanya ..??"
"Pertanyaan apa itu sayang ,tentu saja jawabannya iya kita sudah terikat, sampai matipun akan bersamamu itulah pernikahan"
Aku mendengarkan jawabannya dengan presfektif lain dia akan mengikatku mungkin sampai mati atau aku sendiri yang mati lebih dulu karena perasaan bersalah dan kebencian Fabian nanti."Kenapa sekarang garis-garis tulang tulang mu sangat terlihat, apa kau tidak makan heh?" Fabian mengedarkan pandangannya pada setiap sudut lengan dan tulang didadaku.
Aku tak memberi jawaban hanya mengelus pipinya dengan lembut dan mengecupnya sekilas .
....
Malam menjadi sangat pekat buliran keringat menetes di leher dan pelipisku aku bermimpi,mimpi yang amat buruk refleks tangan ku mencari Bian aku lega dia masih berada di sampingku kupeluk erat dengan nafas yang masih ku atur dalam mimpiku Fabian pergi meninggalkan ku di dalam hutan dengan pepohonan menjulang tinggi dan besar gelap dan menakutkan aku memanggil hingga berteriak keras tetapi Bian tak menoleh sedikitpun
"Ada apa,kau bermimpi buruk,,?"
Aku sangat takut mimpi yang seperti nyata ,dalam mimpi saja aku merasa kehilangan hal besar saat ditinggalkan Fabian apalagi di dunia nyata,, .
"Bian .."aku memanggilnya lirih air mata ikut turun ,aku benar benar takut kehilangan suamiku
"Bian jangan pergi,jangan tinggalkan aku""Aku di sini kau hanya bermimpi, tenangkan dirimu tarik nafasmu perlahan"
"Bian maafkan aku ..."
"Untuk apa,?"
Kali ini semuanya harusku utarakan,, .
"Bian ,maafkan aku..maafkan semua kesalahan ku ,jangan tinggalkan aku,hiduplah bersamaku selamanya Bian ,,akk ku mencintaimu"Bian mencengkram pundaku erat dan aku tidak sanggup melihat kilatan matanya yang hitam lebih gelap dari malam dan begitu tajam.
"Apa maksudmu"
Berakhirkah semuanya?
"Aku .. Nadia mem__"
"Sialan.." Fabian dengan rahang yang mengetat marah sangat jauh berbeda dari sebelumnya.
"Fabian aku bersedia melakukan apapun untuk mendapat maaf darimu"
"Diam!! ,dasar Nadia dia yang memberitahumu hah"
"Bian aku mohon jangan begini"
"Apanya yang jangan begini?,sudah cukup katty aku tidak akan berpura - pura lagi di depan mu"
"Apa yang harus kulakukan Bian aku ingin hidup bersamamu maaf atas semua yang kulakukan di masa__"
"Kubilang diam katt,," Bian tiba tiba berdiri dan memukul meja nakas di samping tempat tidur membuatku terlonjak kaget.
"Selama ini aku sudah mulai terhibur dengan pernikahan ini melihat perubahan sikapmu yang dulu tidak pernah mau menerimaku tetapi sekarang kau menjadi begitu manis,tapi jika kau sudah mengetahui sandiwaraku berarti semuanya sudah cukup"
"Bian"suaraku bergetar pelan aku mendekati Bian yang kini tengah berdiri dekat jendela kamar seolah ingin semakin jauh dariku.
"Bahkan dulu saat aku meminta dan memohon jangan pergi kau tidak menoleh sedikit pun,ibuku sakit mengetahui kondisi pernikahan kita ,aku harus berbohong bahwa kita bercerai karena keputusan bersama bukan karena lelaki pujaanmu itu jika tidak begitu kondisi ibuku akan lebih drop,bayangkan kau di posisiku katt"
Aku menahan isakanku dengan terus mendengarkan kemarahan Bian yang telah di pendamnya selama ini aku semakin merasa buruk teringat masalalu,
"Iya aku memang bersalah dan setelah itu hidupku pun tidak pernah bahagia . Tuhan sudah banyak menghukumku,aku mohon berikan kesempatan untuku"
"Tidak lagi,,katty kita sudah akan berakhir kau sudah tahu sandiwaraku sesegera mungkin aku akan menceraikanmu"
"Tidak!,kumohon Bian"
Tubuh ku merosot kelantai sambil terisak tidak kuat mencerna setiap perubahan sikap Bian yang seperti ini di depanku sekarang.
"Ibumu ,,ingat ibumu Bian dia akan terluka lagi jika mendengar perceraian kita,selain aku sangat perduli pada orang tua kita ,aku juga ingin tetap hidup denganmu Bian"
Kulihat Bian diam seperti sedang berfikir,
"Baiklah jika itu keinginanmu,aku bisa saja tidak menceraikanmu tapi jangan harap kita bisa seperti sebelumnya perasaanku dengan dulu dan sekarang tidak sama lagi" Bian mendenguskan nafasnya dengan cepat dan berat.
"Kita lihat,masih bisakah kamu menjadi istriku yang baik.Meskipun dengan aku yang berbeda .
Bian beranjak pergi dengan dentuman keras pintu yang ditutupnya meninggalkan aku yang tangis yang tak bisaku hentikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love (End)
Romanceshort story.. Aku tersenyum getir ,cintaku,orang yang kusakiti dulu suamiku Fabian tidak lagi bisa ku miliki berkat kesalahanku yang berselingkuh aku benci diriku sendiri,kupukul cermin di depanku dengan gelas yang ku genggam. Tidak ada lagi harapan...