Candra dan Astronout

4 0 1
                                    

"Saya jengkel sekali Marlin." Keluh Candra.

Candra bercerita bagaimana perdebatanya dengan Genta. Candra yang bersikukuh bahwa sebenarnya di bulan tidak ada kehidupan. Namun, Genta membantah bahwa dia pernah membaca buku bahwa di bulan banyak makhluk hidupnya. Candra tak mau kalah, dia sebutkan ibunya pernah bercerita tentang ada astronout yang telah sampai ke bulan. Genta tidak mempercayainya. Candra pun jengkel.

Saya dengan sedikit terpaksa mendengarkan cerita perdebatan mereka. Terlalu fanatik, tidak mau saling meluruskan pengertian. Sama seperti orang-orang tua di televisi itu. Sering bertengkar mulut. Menurut saya permasalahan mereka bukan karena perbedaan. Tapi karena tidak punya telinga. Tidak mau mendengar.

Bukan hanya itu saja. Saya pernah mendengar ribut-ribut di ruang guru. Masing-masing saling berteriak dan merasa benar. Volume suara mereka terlalu keras. Tidak menghargai kuping lawan bicaranya. Itulah yang membuat saya heran. Saya harus memikirkannya nanti siang di kantor baru.

Saya sudah menceritakan tentang kantor itu pada Candra. Katanya dia ingin mengunjunginya nanti siang. Saya pun jujur ingin meminta pensil yang kemarin saya pinjam. Dia tidak mempermasalahkannya, "Asal jangan kamu hilangkan saja." Pesannya. Entah memang diberikan atau hanya dipinjamkannya saja dengan tempo yang lama. Yang pasti saya senang, akhirnya saya tidak perlu mendengarkan kisah Tuan Mata untuk membeli pensil baru.

Usai pulang sekolah saya langsung menuju ke rumah. Menganti pakaian lalu ke dapur mengambil kue pandan di atas meja makan. Kemudian keluar dengan tenang tanpa suara sedikit pun. Saya tidak ingin ibu mendengar saya pergi lagi siang ini. Sempat menemui Jingga di ruang tamu, dia tak bisa bersuara, mulutnya penuh mainan.

Hari ini kantor sepi, memang itu yang saya mau. Secara keseluruhan tempat ini sunyi. Tetapi kalau benar diamati, semut-semut itu saling berteriak. Saya suka membayangkan mereka seperti manusia di pasar. Saling berdesakkan, berebut makanan. Atau capung-capung merah marun. Terbang seperti pasukan elit. Siap merampok hasil jerih payah semut. Saya ingin filmkan itu dan menayangkanya di televisi.

Tidak lama kemudian Candra datang. Dia bilang tidak bisa lama-lama karena harus ke kota bersama keluarganya. Saya tidak masalah dengan itu. Dia memuji kantor saya dan berniat ingin ikut kerja di sini. Katanya kantor ini kantor terunik di dunia. Dan kami pun tertawa. Saya tawarkan kue pandan yang saya bawa dari rumah. Kami bercerita sebentar tentang hayalan anak kecil di masa depan.

Candra sudah pergi, saya pun ingin menyibukkan diri dengan berpikir lalu menuliskannya. Buku sudah saya siapkan.

Teman saya ribut mempermasalahkan pendapatnya, guru-guru juga begitu, bahkan orang-orang tua di televisi juga sama. Saya bingung mengapa mereka bisa ribut jika pengetahuan mereka tidak sama. Seharusnya mereka saling memberi tahu satu sama lain. Lalu mencari yang mana yang benar.

Coba kita lihat orang-orang sebenarnya tidak hidup dalam lingkungan yang sama. Candra hidup dengan keluarganya dan Genta juga begitu. Candra lebih sering belajar dengan ibunya. Sedangkan Genta lebih sering sendiri. Orang tuanya jarang di rumah. Genta suka baca buku cerita.

Saya tidak dapat putuskan siapa yang benar di antara mereka berdua. Saya tidak benar-benar tahu bagaimana keadaan bulan. Saya hanya mendengarnya melalui televisi. Tapi saya tidak yakin yang televisi katakan itu benar. Lain cerita jika saya pernah terbang ke bulan. Dan saya melihatnya. Itupun hanya sebatas pengalaman saya saja. Bulan sangatlah luas. Batas pandang saya tidak pantas untuk mewakili seluruh permukaan bulan. Saya sadar betul, pengetahuan itu penting dan tidak selalu benar.

Saya mulai mengerti, ibu sering memarahi saya jika saya pulang terlambat atau pergi tanpa izin. Mungkin ada sesuatu yang ibu lebih ketahui dari pada saya. Saya akan belajar mendengarkan mulai sekarang dan banyak belajar.

Saya teringat sesuatu, saya tadi kabur dari rumah tanpa izin. Saya harus kembali. Ibu akan marah. Saya harus cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejarah Pikiran MarlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang