SOCIA(L)

>4

Sejak kejadian di lapangan tadi, veron sampai kini belum kunjung masuk kelas. Padahal namanya dicariin sama bu rini-partner nya pak sam.

Urusan apaansih?penting banget emang. Ucap gue dalam hati.

Oji juga udah berusaha mencari  veron dari segala penjuru sekolah. Perkiraan gue, veron cabut lewat masjid. Soalnya, masjid disekolah gue langsung nyambung dengan jalanan.

Kebiasaan veron emang gini, suka bolos, tapi herannya ada aja alasan yang ngebuat dia ga di skors. Gue juga gak tau dia make ilmu apa, sampai bisa ngibulin orang tingkat pak sam.

Gue kaget saat cakra masuk, bukan karna cakranya, tapi karna orang yang dibelakangnya.

Veron,

Mukanya sembab, lebam, biru, persis seperti orang habis berantem. Heran gue, demen amat ama yang namanya tonjok-tonjokan.

"Ron, lo kenapa? " tanya gue saat cakra dan veron duduk.

"Biasa sa, " kata bram yang baru tiba.

" biasa gimana maksudnya?" Tanya gue yang belum paham.

"Ya gitu sa" kini cakra yang bicara.
" gue juga gak tahu, pas gue liat veron, udah gini keadaannya. Gak tahu siapa yang ngelakuin".

" siapa yang buat lo gini ron? " tanya gue spontan langsung ke veron. Gue gak suka kalo ada orang yang seenaknya mukul-mukul. Ya walaupun gue juga gak tahu ceritanya gimana. Setiap masalah punya jalan keluar masing masing, gak make kekerasan kayak gini juga.

Veron narik tangan gue keluar kelas, tepatnya kebelakang halaman sekolah.

" kenapa sih ron? " tanya gue ke veron.

" lo abis berantem sama jesika?" Gue nanya , dia juga nanya.

" ngga, gaberantem gue, "

"Gue gak suka sama orang yang tukang boong " kata dia tajam penuh penekanan.

" tapi emang gue gak ngelakuin itu ron ," kata gue sambil menatap wajahnya.

"Lo tau jesica siapa? " tanya veron ke gue.

" gak tahu, emang siapa?"

"Dia pacarnya musuh gue, satria." Ucap veron.

"Terus? "

" ya gue gak mau lo celaka."

Because,

" lo salah satu kelemahan gue."

Detik itu, veron berhasil ngebuat hati gue beku. Pikiran gue terus mencerna perkataan nya, tapi hati gue, gak bisa apa apa.

Seperti mati.